Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

KEDATANGAN TUHAN

KEDATANGAN TUHAN WAHYU 21:1-8 Minggu ini kita memasuki minggu adven 1, merenungkan kembali tentang “pengharapan/Penantian Tuhan” penantian akan kerajaan Tuhan Allah tentang konsep langit baru dan bumi baru. Adven dalam bahasa latin artinya empat minggu sebelum merayakan natal (minggu I-IV sebelum tanggal 25 desember) adalah masa menanti kedatangan mesias atau kristus. Minggu kedua advem menjelang natal tidak boleh dilewatkan begitu saja, karena kita cepat-cepat ingin merayakan natal dengan meriah dan penuh semangat. Sayangnya kalau kita berbicara tentang minggu-minggu adven, banyak orang Kristen tidak peduli, sehingga adven Kristen diperhitungkan karena perhatian kita selalu terarah pada perayaan natal, sehingga mulai awal tanggal 1,2, 3 atau pertengahan desember. Pada hal adven baru dimiliki awal desember jadi, kenyataannya banyak gereja atau persekutuan tidak tahan dengan masa adven atau saat kedua penantian itu. Penantian akan kedatangan Tuhan memiliki 2 sisi yaitu:

HIDUP BERSAMA SAUDARA SEIMAN

HIDUP BERSAMA SAUDARA SEIMAN Kita harus hidup di dunia namun tidak menjadi dari dunia. Kita harus hidup di dunia karena, sebagaimana Yesus ajarkan dalam sebuah perumpamaan, kerajaan-Nya adalah “seperti ragi,” yang fungsinya adalah untuk menggembungkan seluruh adonan melalui pengaruhnya (lihat Lukas 13:21; Matius 13:33; lihat juga1 Korintus 5:6–8). Para pengikut-Nya tidak dapat melakukan itu jika mereka bergaul hanya dengan mereka yang memiliki kepercayaan dan kebiasaan yang sama. Namun Juruselamat juga mengajarkan bahwa jika kita mengasihi Dia, kita akan menaati perintah-perintah-Nya (lihat Yohanes 14:15). Juruselamat memperlihatkan caranya ketika para lawan-Nya menghadapkan kepada-Nya perempuan yang telah “tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina” (Yohanes 8:4). Ketika merasa malu dengan kemunafikan mereka sendiri, para penuduh itu menarik diri dan meninggalkan Yesus sendirian dengan perempuan itu. Dia memperlakukan perempuan itu dengan kebaikan hati dengan menolak u

ROH KUDUS SEBAGAI PENOLONG

ROH KUDUS SEBAGAI PENOLONG Yesus memperkenalkan Roh Kudus dengan julukan ‘Penolong yang lain.’ Di dalam bahasa aslinya, kata “yang lain” itu sebenarnya mendahului kata Penolong. Maka di dalam terjemahan bahasa Inggris saya rasa lebih cocok: “I will ask the Father another Helper.” Maksudnya apa? Kalau Yesus bilang ini Penolong yang lain artinya murid-murid sudah punya Penolong pendahulu. Siapa? Ya sang penolong yang akan pergi meninggalkan mereka, yaitu Yesus sendiri. Dan di dalam kitab Yohanes, banyak sekali persamaan Yesus dengan Roh Kudus: sama-sama diutus oleh Bapa, berdiam d murid-murid, tidak diterima oleh dunia, membawa orang kepada kebenaran, menghakimi, menyingkapkan, dan lain sebagainya. Pekerjaan Musa diteruskan oleh Yosua. Pekerjaan Elia diteruskan oleh Elisa. Dsini pekerjaan Yesus diteruskan oleh Roh Kudus. Namun jangan salah sangka. Roh Kudus tidak menggantikan Yesus, karena Roh Kudus tidak mati d kayu salib. Roh Kudus membuat kehadiran Yesus menjadi nyata di d

PERBDEAAN MENJADIKAN PERSATUAN

PERBDEAAN MENJADIKAN PERSATUAN Namun, ini tidak berarti bahwa setiap orang Kristen diberi tahu secara tepat bagaimana harus berpikir dan apa yang harus dilakukan dalam semua situasi kehidupan. Sebagian besar masalah menyangkut pilihan pribadi. Perhatikan contoh ini. Sejumlah orang Kristen abad pertama di Korintus memiliki keraguan tentang memakan daging yang mungkin berasal dari kuil berhala. Ada yang sangat yakin bahwa mengambil bagian dari daging itu sama saja dengan melakukan tindakan ibadat palsu, sedangkan yang lain-lain merasa bahwa dari mana daging itu berasal bukanlah hal yang relevan. Dalam mengatasi persoalan yang peka ini, Paulus tidak membuat peraturan yang akan memberi tahu orang Kristen apa yang harus dilakukan. Sebaliknya, ia mengakui bahwa orang-orang dapat membuat keputusan yang berbeda-beda dalam soal tersebut. * ​— 1 Korintus 8:​4-​13 . Dewasa ini, tiap-tiap orang Kristen mungkin membuat keputusan yang berbeda-beda sewaktu bicara tentang pekerjaan, kesehata

TETAP PERCAYA WALU TIDAK MELIHAT

TETAP PERCAYA WALU TIDAK MELIHAT YOHANES 20:24-29 Untuk bisa percaya pada umumnya manusai membutuhkan bukti. Kerap kita denagr percakapan, “mana buktinya, jangan asal ngomong! Tunjukkan buktinya sekarang, seperti ini negara kita akan menghadapi hajatan besar”, semua para elit-elit politik berlomba-lomba dalam memberikkan (melalui kampanye) “kami berikan bukti, bukan janju”, atau “saatnya memberi bukti , bukan janji” mengapa? Karena, manusia tanpa bukti manusia sulit untuk dipercaya, yang unik   yang bisa kita perhatikan ada banyak caleg ramai mencuri hati rakyat dengan cara memberi bantuan dan harapan nanti saat pemilu dia dipilih, tetapi ketika suaranya tidak terpenuhi bantuannya diminta/ditarik kembali sehingga tidak sedikit caleg yang sakit jiwa dan stress karena tidak siap untuk kalah. Tetapi, harus disadari bahwa dalam hidup ini tidak semua hal bisa dibuktikkan. Tidak semua hal bisa   dijelaskan dengan akal sehat. Contoh dalam kendaraan umum yang begitu padat penumpang