PERBDEAAN
MENJADIKAN PERSATUAN
Namun, ini
tidak berarti bahwa setiap orang Kristen diberi tahu secara tepat bagaimana
harus berpikir dan apa yang harus dilakukan dalam semua situasi kehidupan.
Sebagian besar masalah menyangkut pilihan pribadi. Perhatikan contoh ini.
Sejumlah orang Kristen abad pertama di Korintus memiliki keraguan tentang
memakan daging yang mungkin berasal dari kuil berhala. Ada yang sangat yakin
bahwa mengambil bagian dari daging itu sama saja dengan melakukan tindakan
ibadat palsu, sedangkan yang lain-lain merasa bahwa dari mana daging itu
berasal bukanlah hal yang relevan. Dalam mengatasi persoalan yang peka ini,
Paulus tidak membuat peraturan yang akan memberi tahu orang Kristen apa yang
harus dilakukan. Sebaliknya, ia mengakui bahwa orang-orang dapat membuat keputusan
yang berbeda-beda dalam soal tersebut.*—1 Korintus
8:4-13.
Dewasa ini,
tiap-tiap orang Kristen mungkin membuat keputusan yang berbeda-beda sewaktu
bicara tentang pekerjaan, kesehatan, rekreasi, atau beberapa bidang lain yang
menyangkut pilihan pribadi. Variasi demikian bisa membingungkan beberapa orang.
Mereka mungkin bertanya-tanya apakah perbedaan sudut pandangan bisa menyebabkan
pertikaian atau perpecahan di dalam sidang. Akan tetapi, efek demikian tidak
bisa dielakkan. Sebagai ilustrasi: Para komponis musik hanya memiliki sejumlah
not yang terbatas untuk menggubah lagu, tetapi kemungkinan untuk membuat musik
yang indah tak ada batasnya. Demikian pula, orang Kristen membuat pilihan yang
dibatasi oleh prinsip-prinsip yang saleh. Namun, mereka memiliki suatu tingkat
keleluasaan sewaktu membuat keputusan pribadi tertentu.
Dalam begitu banyak hubungan dan keadaan
dalam kehidupan, kita harus hidup dengan perbedaan. Di mana penting, pihak kita
terhadap perbedaan-perbedaan ini seharusnya tidak diingkari atau ditinggalkan,
namun sebagai para pengikut Kristus kita hendaknya hidup dengan damai bersama
orang lain yang tidak memiliki nilai yang sama dengan kita atau menerima
ajaran-ajaran yang diatasnya itu dilandaskan. Rencana keselamatan Bapa, yang
kita ketahui melalui wahyu kenabian, menempatkan kita dalam keadaan fana di
mana kita harus menaati perintah-perintah-Nya. Itu mencakup mengasihi sesama
kita dari budaya dan kepercayaan yang berbeda sebagaimana Dia telah mengasihi
kita. Sebagaimana nabi Kitab Mormon ajarkan, kita harus maju terus, memiliki
“kasih bagi Allah dan bagi semua orang” (2 Nefi
31:20).
Betapa pun
sulitnya hidup dalam kekacauan di sekitar kita, perintah Juruselamat kita untuk
saling mengasihi sebagaimana Dia mengasihi kita mungkin merupakan tantangan
terbesar kita. Saya berdoa semoga kita dapat memahami ini dan berupaya untuk
menjalankannya dalam semua hubungan dan kegiatan kita. Tuhan Yesus memberkati!.
Amin
Komentar
Posting Komentar