PERJUANGAN KEHIDUPAN
YEHEZKIEL 14:12–23
Oleh sebab itu perjuangan hidup orang beriman tidak selalu aman. Yehezkiel 14:12–23, menyebutkan dalam rangkaian kesaksiannya bahwa tokoh Alkitab yakni Nuh, Daniel dan Ayub sebagai salah satu ukuran yang disebutkan menjadi contoh orang beriman yang “berjuang dalam imannya” kepada TUHAN dan berkenan dihadapanNya.
Sangat jelas kita dapat baca pada bagian masing–masing kesaksian hidup mereka (Nuh dalam kitab Kejadian; Daniel dalam kitab Daniel; Ayub dalam kitab Ayub) sebagaimana tercatat dalam Alkitab. Jika Nuh, Daniel, Ayub dapat bertahan dalam konteks pergumulan masing–masing dengan tetap bertahan dalam keyakinan hidup beriman untuk menjunjung tinggi kebenaran selaku orang yang beriman yakni mengikuti kata TUHAN, bukan kata dunia (sifatnya duniawi), mengapa orang lain yang mengungkapkan ia beriman tidak dapat “berjuang dalam iman” (= mempertahankan iman) walau ada badai yang menghadang; ketika dihadapannya ada godaan ataupun tantangan hidup yang menyesakkan. Satu tanggung jawab orang beriman adalah menjunjung tinggi kesetiaan dan kebenaran.
Hilangnya kesetiaan yang bergandengan tangan dengan kebenaran, akan berujung pada keberdosaan dihadapan TUHAN. Keberdosaan dihadapan TUHAN tentu berujung pada penghukuman sebagaimana yang disaksikan dalam bagian bacaan kita yaitu tedapat ungkapan bangsa yang berobah setia (lih. Ay. 13 : “… negeri berdosa kepadaKu dengan berobah setia …”), hal tersebut mencerminkan bahwa umat tidak lagi menjalankan kebenaran TUHAN melainkan kehendak dunia ini yang diikuti. Kondisi tersebut pada akhirnya hanya akan mendapatkan hukuman yang berat dan berujung pada kematian, yakni melalui : kelaparan, serangan binatang buas, pedang (terkait dengan “peperangan”) dan penyakit sampar.
Manusia yang mendapat anugerah dari TUHAN melalui karya Keselamatan Pribadi Yesus Kristus ; mestilah secara berkelanjutan merespon kasih TUHAN dengan menjadi manusia yang mengimani dan beriman kepada setiap karya TUHAN dan seharusnya tetap bertahan dalam keimanannya walau sekalipun
disekitarnya mengalami dekadensi (kemerosotan) iman yang berimbas dalam kehidupan moral. Hal tersebut terkait erat dengan tanggung jawab iman dari tiap orang percaya, sehingga dalam rangkaian kesaksian Yehezkiel 14 : 12 – 23, disatu sisi menyebutkan bahwa ada yang mendapat penghukuman yakni kemusnahan diri melalui kematian dan disisi lain yakni keselamatan dalam wujud kehidupan sebagai bagian dari orang – orang yang terluput dari malapetaka, namun diberi tanggung jawab yakni selaku orang yang bertahan dalam perjuangan iman (:oleh karena tidak menjadi serupa dengan dunia ini).
Tanggung jawab yang diemban pejuang – pejuang iman yang mampu bertahan adalah dengan menjadi pelipur lara : sumber sukacita bagi mereka yang merasakan dampak malapetaka yang dialami sebagai wujud penyataan kuasa TUHAN, (dimana TUHAN ALLAH senantiasa mengerjakan segala sesuatu dengan memiliki alasan (Yeh. 14 : 23).
Suatu kebanggaan bagi orang beriman adalah bertahan dalam keberimanannya dan dapat menjadi alat perpanjangan kasih TUHAN bagi orang lain yang mengalami ketertekanan dalam proses perjuangan imannya ; sebab orang beriman hadir untuk memberikan “topangan” dalam bentuk motivasi dan penguatan iman bagi mereka yang “tertekan dan berbeban berat”
Banyak sekali tantangan yang dihadapi anak-anak Tuhan
saat ini sehingga perjuangan yang sangat berat untuk dapat mempertahankan iman
percaya kita kepada Tuhan Yesus. Ada satu contoh dalam alkitab dimana seorang
hamba Tuhan dapat mempertahankan imannya kepada Tuhan walaupun tantangan yang
dihadapinya tidaklah mudah yaitu Ayub. Kita dapat mencontohi sikap keteladanan
dari Ayub. Ayub mampu bertahan dalam situasi yang sangat sulit sekalipun. Ayub
mampu berpegang teguh pada janji Tuhan bahwa Tuhan tidak akan pernah
meninggalkan anak-anakNya. Dengan iman yang teguh dari Ayub suatu kesaksian
dapat kita lihat bahwa kehidupan Ayub setelah dipulihkan Tuhan dipermuliakan.
Ayub menjadi satu contoh bagaimana kita dituntut untuk tetap bertahan di tengah
persoalan sesulit apapun karena ada tangan Tuhan yang sedang menopang kehidupan
kita sehingga kita dapat mampu bertahan dan keluar dari masa sulit tersebut
sehingga upah yang Tuhan sediakan dapat kita raih yaitu mahkota kehidupan.
Mazmur 37 dikatakan bahwa dengan kita percaya kepada Tuhan, diam dan berlakulah setia kepada Tuhan dan bergembiralah sehingga apa yang kita inginkan akan diberikan Tuhan kepada kita. Tuhan telah memberikan keselamatan kepada kita untuk itu janganlah kita mengundurkan diri dari Tuhan karena Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk mundur dariNya. Tuhan menginginkan kita meraih upah yang telah disediakanNya dengan satu syarat bahwa kita tetap di dalam pengharapan di dalam Tuhan. Ada tiga hal (sesuai pembacaan Firman) yang harus dilakukan untuk menerima upah yang kekal adalah:
1. Hiduplah Dengan Iman
2. Jangan kita melepaskan keyakinan kita
3. Jangan kita mengundurkan diri.
Tuhan
Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar