IMAN
YANG KUAT
1
KORINTUS 12:8-13
Firman Tuhan dalam 1 Korintus 13:8-13, menolong kita
untuk memahami kemampuan berpikir manusia secara rohani: masih kanak-kanak atau
sudah dewasa. Orang yang berpikir kanak-kanak selalu memerlukan simbol (tanda).
Bagi kanak-kanak, apakah dirinya disayang papa atau mama, salah satu
indikasinya adalah apakah papa-mama suka beli kue? Karena tingkat pertumbuhan
rohaninya belum ada maka dia memerlukan simbul yang konkrit dan harus ada
wujudnya, barulah dia memahami itu. Jadi berpikir kanak-kanak itu membuat kita
terjebak pada simbol-simbol, atau nilai-nilai yang bisa menyenangkan kita.
Orang dewasa, meski katanya sudah terima Tuhan, juga bisa
berpikir kanak-kanak. Dia hanya bisa memahami kasih Kristus itu bila ada
kesembuhan, mukjizat, dapat uang, dapat pekerjaan, dan sebagainya. Itu yang
dipahaminya. Sulit bagi dia memahami kasih Kristus yang sudah menyelamatkan
itu, apalagi misalnya dia miskin, sakit.
Tetapi orang dewasa dalam iman, mau sakit kek, mau kaya
kek, sehat, miskin, baginya enggak ada masalah, karena dia semakin dewasa
memahami kasih Tuhan.
Jadi, kasih Tuhan itu tidak identik dengan “punya uang
atau tidak punya uang”. Kasih Tuhan itu identik dengan pemeliharaan hidup, di
mana kita semakin hari semakin mengerti kehendak Tuhan. Itu sebab rasul-rasul
itu lain dari orang kebanyakan. Dulu petrus itu kekanak-kanakan , maunya serba
OK, harus menang. Dan kemenangan itu dipahami sebagai “musuhnya harus kalah”. Itu
sebab, dalam jiwa kekanak-kanakan itu petrus memanggal telinga hamba imam
sampai putus, tetapiYesus memasangnya kembali. Tetapi kemudian kita melihat
bagaimana kedewasaan imam Petrus berkembang secara luar biasa, sehingga waktu
diancam, dia tidak bertarung. Dia hanya berkata,”Hei imam-imam lebih baik aku
taat kepada Allah daripada kalian”. Sesudah dia betul-betul masuk dalam
kedewasaan iman, dia tidak lagi memenggal telinga orang. Hidupnya susah, dia
tidak ribut, tetapi dia nikmati. Keluar masuk penjara dia tidak pusing, justru
dia nikmati. Rasul-rasul berkata: “Kami merasa terhormat, berbahagia karena
kami boleh menderita untuk Kristus”.
Perubahan cara berpikir dari kanak-kanak ke dewasa itu
memberikan kebijaksanaan dan pengertian yang hebat bagi kita. Di dalam proses
bertumbuh seperti itulah, sebagai orang yang sudah percaya dan menerima
Kristus, kita melihat bagaimana kualifikasi pemikiran kita. Dan berpikir itu
adalah sebuah prosesyang tidak pernah berhenti selama hidup. Begitulah kita
sebagai orang percaya. Sehingga proses pembelajaran itu berjalan terus. Maka perlu
kesetiaan, kejujuran, kesungguhan dalam menyikapi semuanya. Tuhan Yesus
memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar