TUHAN ADALAH NOMOR 1
MATIUS 6:24
MATIUS 6:24
Dalam kehidupan sehari-hari seperti itu, dalam hal kerohanian pun demikian. Kita memang disebut anak Raja yang memegang Imamat Rajani (1 Petrus 2:9), tapi kita tidak boleh bersikap sombong karenanya. Karenanya saya suka menggambarkan posisi kita sebagai anak Raja yang berhati hamba. Seorang hamba seharusnya mengabdi kepada tuannya, dan hanya pada satu tuan saja, tidak boleh lebih. Mengabdi berhubungan dengan kesetiaan. Dalam kehidupan kita mungkin saja muncul beberapa tujuan yang ingin diraih, tapi dari sisi tingkat kepentingan atau urgensinya, tentu ada urutan yang paling atas yang kemudian disusul oleh urutan kedua, ketiga dan seterusnya. Apa yang saat ini tampil pada posisi teratas dalam daftar urut kita? Yesus mengingatkan hal ini dengan tegas lewat ayat bacaan hari ini. “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24).
Manusia memang tidaklah seperti Tuhan yang mampu hadir dimana-mana dan mampu melakukan begitu banyak pekerjaan dalam waktu yang sama dengan hasil yang sempurna. Sebagai manusia kita ini terbatas kemampuannya. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita hanya bisa memilih untuk mengabdi kepada salah satu, apakah kepada Allah atau kepada mamon. Mamon disini berarti lebih luas dari uang. Bisa diartikan juga sebagai harta kekayaan atau segala sesuatu keduniawian yang kita anggap penting, yang kadang bisa membuat kita menomorduakan atau bahkan meninggalkan Tuhan apabila tidak waspada. Jadi mana yang lebih kita dahulukan, apakah Allah atau mamon? Mungkin mudah jika menjawab lewat kata-kata saja, tapi dalam pelaksanaan seringkali susah. Banyak orang yang memilih untuk menomorsatukan uang/harta dan meletakkan urusan Tuhan pada urutan kesekian. Terlalu lelah bekerja membuat kita mengesampingkan pentingnya berdoa. Kita memilih untuk beristirahat dan bersantai atau bersenang-senang di hari Minggu ketimbang bersama-sama saudara seiman menyembah Tuhan dalam ibadah raya dan sebagainya. Seorang teman pernah menyampaikan posisi hatinya pada suatu kali. “Buat apa melayani? Daripada buang-buang waktu seperti itu lebih baik terus cari duit. Jika tidak keluarga mau makan apa? Memangnya bisa makan pelayanan?” katanya tertawa. Ada banyak orang yang sependapat dengannya, dan itu menggambarkan dimana posisi Tuhan dalam hidup mereka.
Apa yang ditegaskan Yesus adalah jelas. Pengabdian kita kepada Allah yang begitu mengasihi kita sungguh harus total dan tidak setengah-setengah. Tidak boleh terbagi-bagi, tidak boleh berbarengan dengan keduniawian apalagi ditempatkan lebih rendah, tidak boleh terpecah dan bercabang-cabang. Kita memang harus bekerja, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga dan diri kita sendiri. Namun itu bukanlah hal yang paling utama, karena cepat atau lambat jika kita fokus kepada harta, kita akan menjadi budak harta pada suatu ketika. Apabila kita khawatir akan kondisi keuangan kita, kita tidak harus menjadi panik lalu bekerja serabutan tanpa memikirkan waktu. Apa yang harus kita lakukan justru sebaliknya, yaitu terlebih dahulu mencari Tuhan, karena Dialah sebenarnya yang menyediakan segalanya.“Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.” (Matius 6:31-32). Tuhan tahu persis apa yang menjadi kebutuhan kita. Jika demikian apa yang harus kita lakukan? Tuhan Yesus berkata: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (ay 33). Kita justru harus mendahulukan atau memprioritaskan untuk mencari Kerajaan Allah. Itu artinya menomorsatukan Tuhan dalam kondisi atau situasi apapun. Tentu saja bukan berarti kita harus meninggalkan pekerjaan, meninggalkan keluarga, sahabat dan sebagainya, tapi apa yang dimaksud adalah meletakkan dan mengabdi kepada Tuhan pada prioritas di urutan pertama. Karenanya kita tidak perlu khawatir akan hari esok, seperti apa yang kemudian dilanjutkan Kristus: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (ay 34).
Yesus tidak mengajarkan kita untuk menjadi miskin demi kehidupan kekal. Dia sedang mengajarkan prioritas kita, kekayaan ataukah Yesus. Kita hanyalah pengelola atas setiap harta kekayaan yang bersumber dari Tuhan, bukan pemilik sehingga kita erat menggenggamnya. Kiranya kita dapat bijaksana menggunakan harta yang dimiliki sehingga tidak mengalangi kita untuk fokus dan terus mengikut Tuhan. Tuhan Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar