PERTOBATAN
YANG MEMBUAHKAN HASIL
Pertobatan
yang sejati adalah perubahan atas tujuan yang Anda kejar, dan bukan
sekadar perubahan dalam cara Anda mengejar cita-cita Anda. Tidak benar
jika dikatakan bahwa orang yang bertobat dengan yang tidak bertobat itu
memiliki cita-cita yang sama, dan perbedaannya hanya terletak pada cara
mengejarnya. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa malaikat Gabriel dan Iblis
sama-sama berjuang mengejar kebahagiaan pribadi mereka, hanya saja cara mereka
mengejarnya berbeda. Gabriel mentaati Allah bukan dalam rangka mengejar
kebahagiaan pribadinya.
Seseorang
bisa saja mengubah cara dia bertindak, namun tetap mengejar kebahagiaan
pribadinya. Dia bisa saja orang yang tidak percaya kepada Yesus, atau pada
kekekalan, akan tetapi dia bisa melihat bahwa berbuat baik itu bisa
menguntungkannya di dunia ini dan memberi dia banyak keuntungan pribadi (yang
bersifat sementara).
Anggaplah
orang ini akhirnya bisa melihat realitas dari kekekalan dan memeluk agama dalam
rangka mendapati kebahagiaan di dalam kekekalan itu. Nah, setiap orang tahu
bahwa tidak ada hal yang berharga yang bisa didapati di sini. Bukan pelayanannya
kepada Tuhan yang memberkati Tuhan, melainkan alasan mengapa dia
melayani Allah itulah yang terpenting.
Petobat
sejati menjadikan kemuliaan Allah dan kemajuan Kerajaan-Nya sebagai
cita-citanya. Dia memilih hal tersebut sebagai tujuan hidupnya, karena dia
melihat hal ini sebagai kebajikan yang lebih utama dibandingkan kebahagiaan
pribadinya. Bukan karena dia tidak peduli dengan kebahagiaan pribadinya,
melainkan karena dia lebih mengutamakan kemuliaan Allah, karena kemuliaan Allah
adalah kebajikan yang lebih utama. Dia mengejar kebahagiaan orang-orang lain
sesuai dengan makna penting yang bisa dia lihat di sana (sejauh dia mampu menilai hal tersebut),
dan dia memilih kebajikan tertinggi itu sebagai cita-cita utamanya.
Untuk
menuju pertobatan sejati ada langkah-langkah yang harus kita perhatikan:
Pertama,
kita harus menyadari bahwa diri kita ini adalah orang berdosa. Ada banyak
orang yang menganggap dirinya yang benar dan suci sehingga ia merasa bahwa
dirinya tidak perlu bertobat. Pengakuan jujur sebagai orang berdosa yang
memerlukan pengampunan dosa dari Tuhan Yesus adalah langkah awal
pertobatan. Pengakuan kita adalah bukti bahwa kita mau merendahkan diri
di hadapan Tuhan, sebab "Jika
kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan
kebenaran tidak ada di dalam kita." (1 Yohanes 1:8).
Apabila kita mau datang kepada Tuhan Yesus dan mengakui dosa-dosa kita, "...maka Ia adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan." (1 Yohanes 1:9), bahkan dikatakan "Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti
kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya
1:18). Kita harus percaya dan mengakui bahwa Yesus telah mati di kayu
salib untuk menebus dosa-dosa kita, dikuburkan dan bangkit pada hari yang
ketiga.
Kedua, kita pun harus mengaku dengan mulut dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, sebab "... dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Yesaya 1:18). Jadi kita diselamatkan bukan karena perbuatan kita, tapi semata-mata karena anugerahNya. Tertulis: "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Tuhan Yesus memberkati!. Amin
Kedua, kita pun harus mengaku dengan mulut dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, sebab "... dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Yesaya 1:18). Jadi kita diselamatkan bukan karena perbuatan kita, tapi semata-mata karena anugerahNya. Tertulis: "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Tuhan Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar