MELAYANI
DENGAN KASIH
Seseorang
yang kehilangan kasih semula, perasaan dan tingkah lakunya kepada seseorang
yang seharusnya dikasihi akan menjadi hambar. Sama seperti perasaan seorang
suami atau istri yang sudah kehilangan kasihnya kepada pasangannya, maka
rumah tangganya pun menjadi hambar. Padahal segala sesuatu yang dikerjakan
tanpa kasih, terlebih-lebih dalam hal ibadah dan pelayanan, tidak akan
mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan! Rasul Paulus menyatakan bahwa
sehebat-hebatnya orang, jika ia tidak memiliki kasih, keberadaannya sama
seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemercing, sama sekali tidak
berguna atau tidak ada faedahnya.
Ada
banyak orang yang mengeluh dan kecewa ketika melihat pelayan Tuhan yang dalam
kehidupan sehari-harinya tidak menunjukkan sifat atau karakter kristus.
Bukankah hal ini sangat menyedihkan? Padahal Alkitab menegaskan, "Barangsiapa
mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus
telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Di lingkup gereja mereka
tampak begitu rohani dan berhati seperti Yesus, tapi begitu berada di
tengah-tengah dunia ia sama sekali tidak peduli dengan orang lain dan sangat
egois. Kasih mereka menjadi sangat dingin. Jika demikian, apa
bedanya kita dengan orang-orang yang belum percaya? Padahal Tuhan Yesus
telah memberikan teladan hidup yang luar biasa, Ia datang "...bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45).
Bagaimana
kita bisa memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah jika kita sendiri tidak
mengasihi jiwa-jiwa? Namanya pelayan Tuhan, berarti tugas kita adalah
melayani seperti Tuhan Yesus melayani karena hati Yesus selalu dipenuhi belas
kasihan dan empati terhadap orang lain. Namun kita seringkali dengan
sengaja menghindar dan menjauhi orang lain karena kita tidak mau berkorban dan
direpotkan. Mengasihi orang lain atau memiliki kepedulian terhadap orang
lain tidak harus berkorban secara materi. Salah satu wujud kasih kepada
orang lain adalah kerelaan kita mendengar ungkapan hati mereka, belajar menjadi
good listener (pendengar yang baik) untuk setiap keluh kesah
mereka. Jadi permulaan kasih kepada sesama dimulai dari belajar
mendengarkan; dan kemauan untuk mendengar adalah syarat utama yang
dibutuhkan dengan muatan belas kasihan dan kesabaran. Dengan belajar
mendengar ungkapan hati orang lain kita sedang mendisiplinkan diri untuk
mendengarkan suara Tuhan. Tuhan Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar