Langsung ke konten utama

INGIN TAAT, TAPI BERAT


 INGIN TAAT, TAPI BERAT
(Yoh 18:17-30)

“Saya ingin taat pada Firman Tuhan, tapi kok rasanya berat!” begitu tutur banyak orang tentang pergumulan hidupnya. Nats renungan Firman Tuhan berdasarkan Yohanes 19:17-30 ini mencoba mengeksplorasi lebih lanjut tentang betapa beratnya pergumulan kita untuk taat, dan bagaimana tetap melangkah dalam ketaatan walau terasa berat.
Orang bisa taat dengan beragam motivasi.
·       Ada yang taat, karena takut!
Kalau saya tidak taat dengan peraturan lalu lintas pasti kena tilang. Lagi ada polisi yang jaga nih. Akibatnya, kalau tidak ada yang membuat takut, ya tidak taat.
·       Ada yang taat karena ketaatan itu menguntungkan
Kalau saya turuti semua keinginan atasan saya pasti saya akan segera dinaikkan pangkat. Akibatnya kalau tidak menguntungkan, ya masa bodo dengan ketaatan.
·       Ada yang taat, karena ketaatan itu bagaian dari tradisi, walau tidak lagi dihayati maknanya. Ketaatan menjadi satu legalisme.
Contoh: dulu setiap hari senin ada upacara di sekolah, semua murid wajib ikut mengapa harus ikut? Karena aturan sudah begitu peraturannya.

Penulis injil Yohanes menggambarkan dengan jelas bagaimana Tuhan Yesus menjalani ketaatan itu:
·       Yesus musti memanggul salib bersama dengan dua orang penjahat menuju Golgota. Beberapa kali ini terjatuh dan tidak kuat melanjutkan perjalanan karena kondisi tubuh nya yang melemah akibat siksaan yang tak kunjung selesai. Ketaatan itu melelahkanNya secara fisik.
·       Yesus musti rela dijadikkan tontonan umum dengan tubuh yang nyaris telanjang, karena para prajurit pun dengan buas mengambil pakaiannya dan membuang undi atas nya. Kelelahan itu melelahkanNya secara psikologis
·       Yesus musti mengalami kehausan yang amat sangat sehingga akhirnya ia berkata “Aku haus” dan orang hanya memberikan anggur asam bagiNya. Ketaatan itu menyebabkanNya mengalami kekurangan
·       Yesus musti mengalami penderitaan terberat yang dialami oleh manusia pada waktu itu: disalibkan. Begitu berat penderitaanNya, sehingga ketika orang harus menghabiskan berhari-hari tersiksa di kayu salib Yesus meninggal hanya dalam beberapa jam setelah ia disalibkan.
Bila jalan salib adalah jalan ketaatan maka mengapa Yesus  menempuh jalan ketaatan yang menimbulkan berbagai penderitaan itu? Apa yang menjadi motivasinya?
·       Apakah Yesus menempuh jalan salib, jalan ketaatan itu karena takut?  Takut pada siapa? Yesus tidak takut pada siapapun juga benar bahwa di taman Getsemani ia gentar menghadapi penderitaan yang akan datang. Kalau ia gentar dan takut menghadapi penderitaan, mengapa Ia mengambil jalan salib? Mengapa Ia tidak melarikan diri dari jalan ketaatan ini? Tentu bukan karena rasa takut pada seseorang maka Yesus mengambil jalan salib, jalan ketaatan.
·       Apakah Yesus menempuh jalan salib. Jalan ketaatan karena Ia menguntungkan bagiNya? Apanya yang untung, karena disalib adalah penderitaan manusia terberat pada jaman itu. Begitu bar-bar nya penyaliban itu, sehingga akhirnya hukuman itu dilenyapkan dari muka bumi, karena dianggap terlalu kejam. Nampaknya bukan karena keuntungannya Yesus menempuh jalan salib, jalan ketaatan. Bila keuntungan menjadi pertimbangan maka ada banyak cara mati yang lebih “menguntungkan” alias terhormat
·       Atau apakah Yesus Kristus menempuh jalan salib, jalan ketaatan itu karena legalistis? Ketaatan yang tidak dapat dijelaskan alasannya dan yang penting taat? Ketaatan yang buta? nampaknya tidak begitu. Catatan injil menunjukkan beberapa kali Yesus mengetahui untuk apa Ia datang dan menderita di dunia.

Orang bisa taat karena takut, menguntungkan, atau karena sudah menjadi tradisi. Tetapi , Yesus Kristus taat karena satu motivasi yang jelas: kita! Ya betul, anda dan saya. Bagaimanapun keadaan kita. Bukankah Firman Tuhan berkata,” tetapi Ia tertikam oleh karena pemberontakkan kita, dan diremukkan oleh karena kejahatan kita!” (Yes 52:5). Yesus Kristus taat karena kasihNya pada anda dan saya. Walau kita memberontak terhadapNya. Ia terus menanti kita untuk menerima kasihNya.
·       Ketaatan yang didasarkan pada kasih tidak membuat orang menghitung untung dan ruginya ketaatan.
·       Ketaatan yan didasarkan pada kasih akan terus dilakukan walau tidak ada pengawasan.
·       Ketaatan yang didasarkan pada kasih bukan ketaatan legalistis, tanpa motivasi dan tujuan yang jelas.
·       Ketaatan yang berdasarkan pada kasih tidak bertanya apa atau seberapa banyak yang saya dapatkan lewat ketaatan ini; tetapi seberapa saya bisa memberi lewat ketaatan ini?
Kalau Yesus Kristus menempuh jalan salib jalan ketaatan karena kasihNya pada kita. Bersediakah kita membalas kasihNya dengan cara:
·       Taat pada Firmannya, walau itu berarti kerugian: kehilangan keuntungan, kehilangan kepuasan diri, kehilangan apa yang kita sebut sebagai harga diri?
·       Taat pada FirmanNya walaupun tidak ada hukuman atas dosa dan pelangaran kita terhadap kehendakNya? Atau selama ini kita taat karena takut pada hukumanNya.

Bersediakah kita taat kepadaNya bukan karena menginginkan berkat-berkatNya, tetapi karena mengasihiNya? Apakah tindakan konkrit kita hari ini untuk menunjukkan bahwa hari ini adalah hari kemurahan Tuhan? Paling tidak anda bisa mendoakan dan menunjukkan kasih kepada orang-orang lain.! Tuhan Yesus memberkati!. Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pola Hidup Jemaat Filadelfia

Pola Hidup Jemaat Filadelfia Wahyu 3:7-13                                                                PENDAHULUAN Melalui pembacaan firman Tuhan yang terambil dari kitab Wahyu 3:7-29 ini saya ingin mengajak kita semua untuk melihat bagaimana luar biasanya jemaat Tuhan di kota ini. Mereka yang tidak memiliki kekuatan besar tetapi mampu tetap mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus. Kota Filadelfia adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh gunung berapi sehingga di kota ini seringkali terjadi gempa bumi yang hebat dan sering disebut juga tanah berapi. Karena kota ini dikelilingi oleh banyak gunung berapi, maka kota ini memiliki tanah yang subur. Kota...

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI 1 Petrus 5:1-6 Melayani menjadi satu respons yang indah ketika seseorang mengalami hidup yang diberkati Tuhan. Bukan saja mereka yang duduk di dalam jabatan, bukan saja mereka yang berada di dalam satu pelayanan di dalam gereja, setiap anak Tuhan sepatutnya dan seharusnya memiliki prinsip hidup kita adalah hidup yang melayani Tuhan. Surat 1 Petrus , khususnya pasal ke 5 adalah satu bagian dimana Petrus yang sudah tua sedang berbicara kepada hamba-hamba Tuhan yang masih muda, dan juga kepada badan-badan pengurus gereja dimana mereka melayani. Tetapi saya juga yakin dan percaya firman Tuhan ini relevan diberikan untuk setiap kita, memberi direksi bagaimana sikap kita, hidup kita melayani Kristus yang sudah datang terlebih dahulu sebagai Gembala kita yang agung yang melayani kita semua. Ada 3 Bagian tentang Hamba-hamba Tuhan yang Masih Muda Ada 3 bagian di sini, bagian pertama, ayat 1 berbicara mengenai dasar kenapa hidup kita melayani...

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN Dalam sepanjang hidup ini, setiap dari kita tentunya sudah pernah merasakan  kebaikan Tuhan. Kita ada sampai dengan saat ini dalam keadaan yang baik tanpa kekurangan suatu apapun, juga merupakan salah satu anugrah serta kebaikan Tuhan yang patut kita syukuri. Bahkan sedikit atau banyak kita semua pasti pernah mendapatkan anugrah dari Tuhan, apakah itu berupa kesembuhan, berkat ataupun pertolongan Tuhan yang lain, sebab Yesus yang kita sembah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan dan kemurahan. Kebaikan terbesar yang Tuhan nyatakan yaitu ketika Ia rela mengorbankan diriNya di atas kayu salib bagi keselamatan umat manusia, dan tidak ada yang dapat menandingi kebaikan Tuhan. Oleh sebab itu, setiap hari kita perlu bersyukur atas kebaikan yang Tuhan nyatakan. Jangan pernah mengeluhkan kondisi yang kita alami, sebab ketika kita dapat bersyukur kita akan dapat melihat kebaikan Tuhan yang lebih besar lagi. Mazmur 34:9 mengatakan kecaplah ...