TELADAN KU
FILIPI
3:17-21
“Teruslah ikuti teladanku, hai semua saudara-saudariku.
Perhatikanlah mereka yang mengikuti kami yang telah memberikan contoh kepada
kamu bagaimana kamu seharusnya bertindak. Banyak orang hidup sedemikian rupa
yang membuat mereka bermusuhan terhadap kematian Kristus di atas kayu salib.
Dulunya aku sering menceritakan tentang mereka kepada kamu, sekarang aku sangat
berduka harus mengatakan hal demikian lagi tentang mereka kepada kamu. Mereka
adalah orang-orang yang akhirnya akan menderita dibinasakan. Satu-satunya hal
yang mereka sembah atau fokus adalah keinginan-keinginan mereka yang badaniah.
Mereka bangga terhadap apa yang seharusnya malu dilakukan. Mereka hanya
memikirkan hal-hal seperti yang dilakukan sebagian besar orang di dunia ini.
Bagaimanapun, kita adalah warga sorga. Kita sangat menantikan Juruselamat kita
yaitu Tuhan Yesus Kristus datang dari sorga. Yesus Kristus akan mengubah tubuh
kita yang lemah dan tidak kekal ini dan membuatnya seperti tubuh kebangkitan
Yesus yang memiliki kualitas mulia dengan kuasa ilahi yang khusus dimiliki oleh
Yesus Kristus. Kuasa-Nya dapat menaklukkan segala sesuatu di bawah perintah
atau kontrol-Nya.”
Paulus
meminta jemaat bukan hanya untuk meneladani aspirasinya, tapi juga harus
menerapkan segala sesuatu yang telah mereka dengar, lihat dan pelajari, agar
dapat mengalami hadirat Allah dan berkat Allah. Dengan kata lain, jemaat harus
belajar dari kualitas hidup Paulus, aspirasi spiritualnya, bahkan dalam
kehidupan sehariannya. Berarti, kita harus meneladani kehidupan para hamba
Tuhan, bukan saja secara eksternal; kita harus meneladani aspirasinya, bukan
hal-hal yang eksternal.
Terdapat dua
alasan mengapa Paulus meminta jemaat meneladaninya: pertama, karena sangat
dibutuhkan suatu teladan agar dapat mempelajari sesuatu. Bagi seorang murid,
sangatlah penting untuk memiliki teladan agar dapat belajar dengan baik,
demikian juga dengan hal-hal surgawi. Sebagai contoh, saat guru meminta kita
mempelajari penulisan saat kita kecil, bagaimana kita melatih? Anak kecil melatih
dengan meniru; meniru apa yang telah dituliskan guru dan setiap hari melatih
menulis dengan meniru tulisan guru. Demikian juga dalam mempelajari bahasa
asing, mengapa sangat sulit untuk mempelajari bahasa asing? Alasannya sangatlah
sederhana, karena tanpa lawan bicara sangatlah sulit untuk melatih percakapan
lisan. Tanpa seorang yang dapat diteladani, kita hanya dapat belajar dari
kamus, mendengar rekaman atau menggunakan imajinasi untuk membayangkan
bagaimana suatu kata itu harus dilafal. Jadi sangatlah sulit untuk mempelajari
berbicara dalam suatu bahasa asing tanpa kita meneladani secara langsung. Saya
mengenal seorang yang telah sangat menguasai bahasa asing yang dipelajarinya.
Alasan mengapa dia begitu fasih berbicara dalam bahasa asing itu adalah karena
dia belajar secara langsung dari seorang asing itu selama beberapa waktu. Jadi
tidaklah mengherankan dia begitu menguasainya.
Harus ada
teladan di depan untuk kita tiru. Hal ini berlaku untuk banyak hal di dunia
ini, dan juga bagi hal-hal spiritual. Bagi orang percaya, ajaran-ajaran
spiritual itu agak abstrak: apa artinya mengejar kedewasaan? Bagaimana menjadi
seorang Kristen yang baik? Satu-satunya cara bagi orang percaya memahami
hal-hal ini adalah untuk menjadikan diri kita sebagai teladan. Kita harus
menerapkan ajaran-ajaran itu supaya hanya dengan sekilas pandang orang yang
melihat sudah mengerti. Sekalipun jemaat di Filipi tidak begitu mengenal
argumentasi teologi yang dalam, tapi saat mereka melihat Paulus mengejar apa
yang di depan, sekalipun berhadapan dengan penderitaan tetapi masih tetap
bersukacita demi Kristus, mereka akan tahu, itulah teladan seorang yang
spiritual. Mereka juga akan tahu bagaimana untuk meneruskan perjalanan mereka
dengan cara yang sama. Sekiranya mereka dapat meneladani aspirasi Paulus,
mengikuti jejaknya, hidup sesuai dengan teladannya, maka mereka juga akan
diterima oleh Allah, sebagaimana Paulus juga diterima oleh Allah.
Kedua, harus
ada yang dapat dijadikan teladan supaya sebuah jemaat itu dapat dipimpin dengan
baik, karena hanya pemimpin yang memimpin lewat teladan yang akan memiliki
kuasa, hanya pemimpin demikian yang akan dipakai oleh Allah. Dikatakan di Titus 2.7,
"Dalam
segala hal, hendaklah engkau menjadi teladan kelakuan yang baik. Kalau engkau
mengajar, engkau harus jujur dan bersungguh-sungguh. (Tit 2:7 BIS)". Tuhan Yesus Memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar