PERDAMAIAN YANG HARUS DI TEGAKKAN
”Jika
mungkin, sejauh itu bergantung padamu, hendaklah kamu suka damai dengan semua
orang.”—ROMA 12:18.
1. Mengapa
perdamaian umat Allah berbeda dengan perdamaian apa pun buatan manusia?
3 Meskipun demikian, perdamaian sejati memang ada dalam dunia yang
diporakporandakan perang ini. Di mana? Di antara para pengikut jejak kaki Yesus
Kristus, orang-orang Kristen sejati yang mengindahkan kata-kata Yesus dan
berjuang keras untuk meniru haluan hidupnya. (1 Korintus 11:1; 1 Petrus 2:21) Perdamaian yang terdapat di
antara orang-orang Kristen sejati dari beragam ras, kedudukan sosial, dan
kebangsaan ini bersifat murni karena hal itu dilandasi hubungan yang penuh
damai antara mereka dan Allah, yang didasarkan pada iman mereka akan korban
tebusan Yesus Kristus. Perdamaian mereka adalah karunia dari Allah, bukan
sesuatu yang direkayasa oleh manusia. (Roma 15:33; Efesus 6:23, 24) Hal itu adalah hasil
ketundukan mereka kepada ”Pangeran Perdamaian”, Yesus Kristus, dan hasil
penyembahan kepada Yehuwa, ”Allah kasih dan kedamaian”.—Yesaya 9:6; 2 Korintus 13:11.
2. Bagaimana
seorang Kristen ’mengejar’ perdamaian?
4 Perdamaian tidak dinikmati secara otomatis oleh manusia yang tidak
sempurna. Oleh karena itu, Petrus berkata bahwa tiap-tiap orang Kristen
hendaknya ”mencari perdamaian dan mengejarnya”. (1 Petrus 3:11) Bagaimana kita dapat
melakukannya? Sebuah nubuat dari masa lalu menunjukkan jawabannya. Yehuwa,
melalui Yesaya, berbicara demikian, ”Semua putramu akan menjadi orang-orang
yang diajar oleh Yehuwa, dan damai putra-putramu akan berlimpah.” (Yesaya 54:13; Filipi 4:9) Ya, perdamaian sejati
dinikmati oleh orang-orang yang mengindahkan pengajaran Yehuwa. Selain itu,
damai, beserta ”kasih, sukacita, . . . kepanjangsabaran, kebaikan hati, kebaikan,
iman, kelemahlembutan, pengendalian diri”, adalah buah roh kudus Allah. (Galatia 5:22, 23) Hal itu tidak dapat
dinikmati oleh seseorang yang tidak pengasih, tidak bersukacita, tidak sabar,
tidak baik hati, jahat, tidak setia, garang, atau tidak memiliki pengendalian
diri.
”Suka
Damai dengan Semua Orang”
3,4. (a)
Dalam Alkitab, apa artinya bersikap suka damai? (b) Kepada siapa saja
orang-orang Kristen berupaya keras untuk bersikap suka damai?
5 Damai didefinisikan sebagai ”keadaan tenteram atau tenang”.
Definisi demikian mencakup banyak situasi yang di dalamnya tidak terdapat
pertikaian. Bahkan orang yang mati pun dikatakan beristirahat dalam damai! Akan
tetapi, untuk menikmati perdamaian sejati, seseorang perlu menjadi lebih dari
sekadar bersikap tenang. Dalam Khotbah di Gunung, Yesus mengatakan,
”Berbahagialah yang suka damai, karena mereka akan disebut ’putra-putra
Allah’.” (Matius 5:9) Yesus
sedang berbicara kepada orang-orang yang belakangan mendapat kesempatan untuk
menjadi putra-putra rohani Allah dan menerima peri tidak berkematian di surga. (Yohanes 1:12; Roma 8:14-17) Dan, akhirnya, seluruh umat
manusia yang setia yang tidak memiliki harapan surgawi akan menikmati
”kemerdekaan yang mulia sebagai anak-anak Allah”. (Roma 8:21) Hanya orang yang suka damai yang
dapat memiliki harapan demikian. Kata Yunani untuk ”suka damai” secara harfiah
berarti ”pembawa damai”. Oleh karena itu, dalam pengertian Alkitab, suka damai
berarti menggalakkan perdamaian secara aktif, kadang-kadang membawa damai dalam
suatu situasi yang sebelumnya kurang damai.
6 Dengan mencamkan hal itu, perhatikan nasihat rasul Paulus kepada
jemaat di Roma, ”Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu, hendaklah kamu
suka damai dengan semua orang.” (Roma 12:18) Paulus tidak sedang memberi
tahu jemaat di Roma untuk sekadar memiliki kecenderungan yang tenang, meskipun
hal itu ada gunanya. Ia sedang menganjurkan mereka untuk mengupayakan perdamaian. Dengan
siapa? Dengan ”semua orang”—anggota keluarga, rekan-rekan Kristen, bahkan
orang-orang yang tidak seiman dengan mereka. Ia menganjurkan jemaat di Roma
untuk mengupayakan perdamaian dengan orang lain ’sejauh itu bergantung pada
mereka’. Ia tidak ingin agar mereka mengkompromikan kepercayaan mereka demi
perdamaian. Mereka hendaknya mendekati orang lain dengan maksud yang penuh
damai, bukannya menentang orang lain secara tidak perlu. Orang-orang Kristen
hendaknya berbuat demikian, entah sewaktu berurusan dengan orang di dalam atau
di luar sidang. (Galatia 6:10) Selaras
dengan hal itu, Paulus menulis, ”Kejarlah selalu apa yang baik bagi satu sama
lain dan bagi semua orang lainnya.”—1 Tesalonika 5:15.
5,6 Bagaimana
dan mengapa orang-orang Kristen bersikap suka damai kepada orang-orang yang
tidak seiman dengan mereka?
7 Bagaimana kita dapat bersikap suka damai dengan orang-orang yang
tidak seiman dan yang bahkan mungkin menentang kita? Salah satu cara, kita
berupaya untuk tidak memperlihatkan sikap lebih unggul. Sebagai contoh,
bukanlah bersikap suka damai jika kita berbicara tentang orang-orang tertentu
dengan menggunakan istilah-istilah yang merendahkan. Yehuwa telah menyingkapkan
penghakiman-Nya terhadap organisasi-organisasi serta kelompok-kelompok, tetapi
kita tidak punya hak untuk berbicara mengenai siapa pun seolah-olah ia sudah
divonis. Sebenarnya, kita tidak patut menghakimi orang lain, bahkan penentang
kita. Setelah memberi tahu Titus untuk menasihati orang-orang Kristen di Kreta
tentang cara mereka berurusan dengan kalangan berwenang manusia, Paulus
mengingatkan mereka untuk ”tidak menjelek-jelekkan siapa pun, tidak suka
berkelahi, bersikap masuk akal, bersikap lemah lembut kepada semua orang”.—Titus 3:1, 2.
8 Bersikap suka damai kepada orang-orang yang tidak seiman dapat
membuka jalan untuk memperkenalkan kebenaran kepada mereka. Tentu saja, kita
tidak memupuk persahabatan yang ”merusak kebiasaan yang berguna”. (1 Korintus 15:33) Namun, kita dapat
bersikap sopan, dan kita hendaknya memperlakukan semua orang dengan bermartabat
dan baik hati. Petrus menulis, ”Pertahankan tingkah lakumu tetap baik di antara
bangsa-bangsa, supaya apabila mereka mencela kamu sebagai pelaku kejahatan,
mereka akan memuliakan Allah pada waktu ia mengadakan pemeriksaan, karena
mereka telah menjadi saksi mata dari perbuatanmu yang baik.”—1 Petrus 2:12.
Suka Damai dalam Pelayanan
7,8. Teladan
apa yang diberikan rasul Paulus tentang berurusan dengan orang-orang tidak
seiman dengan cara yang suka damai?
9 Orang-orang Kristen abad pertama dikenal karena keberanian mereka.
Mereka tidak mengencerkan berita mereka, dan sewaktu dihadapkan pada tentangan,
mereka bertekad untuk menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada
manusia. (Kisah 4:29; 5:29) Meskipun demikian, mereka bisa
membedakan antara bersikap berani dan bersikap kasar. Perhatikan pendekatan
Paulus sewaktu ia membela imannya di hadapan Raja Herodes Agripa II. Herodes
Agripa memiliki hubungan inses dengan adik perempuannya, Bernike. Akan tetapi,
Paulus tidak bermaksud menceramahi Agripa soal moral. Sebaliknya, ia
menandaskan pokok-pokok yang mereka berdua setujui, memuji Agripa sebagai
seorang yang ahli dalam kebiasaan orang Yahudi dan sebagai seorang yang percaya
kepada para nabi.—Kisah 26:2, 3, 27.
10 Apakah Paulus dengan tidak tulus menyanjung-nyanjung pria yang
dapat memberinya kebebasan? Tidak. Paulus mengikuti nasihatnya sendiri dan
berbicara kebenaran. Tidak satu hal pun yang ia katakan kepada Herodes Agripa
yang tidak benar. (Efesus 4:15) Tetapi,
Paulus adalah seorang pembawa damai dan tahu caranya menjadi ”segala sesuatu
bagi segala macam orang”. (1 Korintus 9:22) Tujuannya adalah membela
haknya untuk mengabar tentang Yesus. Sebagai seorang guru yang baik, ia memulai
dengan menyebutkan sesuatu yang dapat disepakati oleh Agripa maupun dirinya
sendiri. Dengan demikian, Paulus membantu raja yang amoral tersebut untuk
melihat Kekristenan dari sudut pandang yang lebih baik.—Kisah 26:28-31.
9. Bagaimana
kita dapat menjadi pembawa damai dalam pelayanan kita?
11 Bagaimana kita dapat menjadi pembawa damai dalam pelayanan kita?
Seperti Paulus, kita hendaknya menghindari perdebatan. Memang, kadang-kadang
kita perlu ”berbicara tentang firman Allah tanpa takut”, dengan berani membela
iman kita. (Filipi 1:14) Namun,
dalam kebanyakan kasus, tujuan utama kita adalah memberitakan kabar baik. (Matius 24:14) Jika seseorang memahami
kebenaran tentang maksud-tujuan Allah, ia dapat mulai menyingkirkan gagasan
agama palsu dan membersihkan dirinya dari praktek-praktek yang najis. Oleh
karena itu, sedapat mungkin, sebaiknya kita menandaskan hal-hal yang menarik
bagi pendengar kita, memulainya dengan hal-hal yang disetujui bersama. Akan
sangat tidak produktif jika kita menyerang seseorang yang, kalau didekati
dengan bijaksana, mungkin akan mendengarkan berita kita.—2 Korintus 6:3.
Pembawa Damai dalam Keluarga
10. Dengan
cara apa sajakah kita dapat menjadi pembawa damai dalam keluarga?
12 Paulus mengatakan bahwa orang-orang yang menikah ”akan mengalami
kesengsaraan dalam daging mereka”. (1 Korintus 7:28) Berbagai kesukaran dapat
dijumpai. Antara lain, beberapa pasangan akan berselisih dari waktu ke waktu.
Bagaimana hal itu hendaknya ditangani? Dengan cara yang suka damai. Seorang
pembawa damai akan berupaya untuk menghentikan konflik agar tidak semakin
berkobar. Caranya? Pertama-tama, dengan menjaga lidah. Apabila digunakan untuk
melontarkan komentar yang sarkastis dan menghina, organ yang kecil ini dapat
benar-benar menjadi ”sesuatu yang mencelakakan dan sukar dikendalikan, penuh
racun yang mematikan”. (Yakobus 3:8) Seorang pembawa damai
menggunakan lidahnya untuk membangun, bukannya meruntuhkan.—Amsal 12:18.
11,12 .
Bagaimana kita dapat memelihara perdamaian sewaktu kita berbuat salah dalam
tutur kata atau sewaktu emosi memuncak?
13 Karena tidak sempurna, kita semua kadang-kadang mengatakan sesuatu
yang belakangan kita sesali. Sewaktu hal itu terjadi, cepatlah meminta
maaf—mengupayakan perdamaian. (Amsal 19:11; Kolose 3:13) Jangan sampai terjerumus ke
dalam ”perdebatan tentang kata-kata” dan ”perbantahan yang sengit mengenai
hal-hal sepele”. (1 Timotius 6:4, 5)
Sebaliknya, kajilah duduk persoalannya dan berupayalah memahami perasaan teman
hidup Saudara. Jika kata-kata kasar dilontarkan kepada Saudara, jangan
membalasnya dengan kata-kata kasar juga. Ingatlah bahwa ”jawaban yang lemah
lembut menjauhkan kemurkaan”.—Amsal 15:1.
14 Kadang-kadang, Saudara mungkin perlu mempertimbangkan nasihat Amsal 17:14, ”Pergilah sebelum perselisihan
meledak.” Undurlah dari situasi yang memanas. Nanti, kalau emosi sudah lebih
tenang, Saudara mungkin akan dapat menyelesaikan masalahnya dengan damai. Dalam
beberapa kasus, barangkali bagus juga untuk meminta bantuan dari seorang
pengawas Kristen yang matang. Pria-pria yang berpengalaman dan berempati
seperti itu dapat menjadi bantuan yang menyegarkan sewaktu perdamaian dalam
perkawinan
13.
Bagaimana beberapa orang Kristen abad pertama memperlihatkan semangat seperti
yang dimiliki Setan?
16 Yakobus mendesak orang-orang Kristen untuk melawan berkembangnya
kecenderungan suka bertengkar, karena hal itu menghambat perdamaian. Ia
menulis, ”Apa sumber dari peperangan dan sumber dari perkelahian di antara
kamu? Bukankah sumbernya adalah keinginanmu yang besar akan kesenangan sensual
yang menimbulkan konflik dalam anggota-anggota tubuhmu?” (Yakobus 4:1) Di ayat itu, ’keinginan yang
besar akan kesenangan sensual’ dapat memaksudkan hasrat yang tamak akan
perkara-perkara materi atau hasrat untuk memperoleh kedudukan yang terkemuka,
kendali, atau pengaruh. Seperti Setan, beberapa orang di dalam sidang agaknya
ingin menonjolkan diri alih-alih menjadi ”pribadi yang lebih kecil”,
sebagaimana yang Yesus katakan mengenai para pengikutnya yang sejati. (Lukas 9:48) Semangat seperti itu dapat
merampas perdamaian sidang.
14.
Bagaimana orang Kristen dewasa ini dapat menjadi pembawa damai di sidang?
17 Dewasa ini, kita juga harus melawan kecenderungan terhadap
materialisme, kedengkian, atau ambisi yang sia-sia. Jika kita adalah pembawa
damai yang sejati, kita tidak akan merasa terancam jika beberapa orang di dalam
sidang lebih terampil daripada kita dalam soal-soal tertentu, kita juga tidak
akan menjelekkan mereka di mata orang lain dengan mempertanyakan motif mereka.
Jika kita memiliki kesanggupan yang menonjol, kita tidak akan menggunakannya
untuk membuat diri kita kelihatan lebih baik daripada orang lain, seolah-olah mengesankan
bahwa sidang akan bertumbuh hanya karena kecakapan dan keahlian kita. Semangat
seperti itu akan menyebabkan perpecahan; hal itu tidak akan mendatangkan
perdamaian. Pembawa damai tidak menonjolkan bakat mereka, tetapi menggunakannya
secara bersahaja untuk melayani saudara-saudara mereka dan mendatangkan hormat
bagi Yehuwa. Mereka menyadari bahwa pada akhirnya, kasihlah—bukan
kesanggupan—yang mengidentifikasi orang Kristen sejati.—Yohanes 13:35; 1 Korintus 13:1-3.
”Damai sebagai Pengawas”
15.
Bagaimana para penatua menggalang perdamaian di antara mereka?
18 Para penatua sidang berada di garis depan sebagai pembawa damai.
Yehuwa bernubuat tentang umat-Nya, ”Atasmu aku akan mengangkat damai sebagai
pengawas dan keadilbenaran sebagai pemberi tugas.” (Yesaya 60:17) Selaras dengan kata-kata
nubuat itu, orang-orang yang melayani sebagai gembala Kristen bekerja keras
untuk menggalang perdamaian di antara mereka sendiri dan di antara kawanan.
Para penatua dapat memelihara perdamaian di antara mereka dengan memperlihatkan
’hikmat dari atas’ yang suka damai dan masuk akal. (Yakobus 3:17) Mengingat latar belakang dan
pengalaman mereka dalam kehidupan berbeda-beda, para penatua dalam sebuah
sidang kadang-kadang akan memiliki perbedaan sudut pandangan. Apakah itu
berarti mereka tidak memiliki perdamaian? Tidak, jika situasi demikian
ditangani dengan sepatutnya. Pembawa damai dengan bersahaja mengungkapkan
pikirannya, lalu dengan penuh respek mendengarkan pikiran orang lain. Bukannya
bersikeras pada caranya sendiri, seorang pembawa damai justru akan dengan
sungguh-sungguh mempertimbangkan pandangan saudaranya. Jika tidak ada prinsip
Alkitab yang dilanggar, ia biasanya akan mentoleransi beragam sudut pandangan. Sewaktu
orang lain tidak sependapat dengannya, seorang pembawa damai akan mengalah dan
mendukung keputusan mayoritas. Dengan demikian, ia akan memperlihatkan diri
bersikap masuk akal. (1 Timotius 3:2, 3) Para pengawas yang
berpengalaman tahu bahwa memelihara perdamaian lebih penting daripada berkukuh
pada caranya sendiri.
16.
Bagaimana para penatua bertindak sebagai pembawa damai di dalam sidang?
19 Para penatua menggalang perdamaian dengan anggota kawanan dengan
mendukung mereka dan dengan tidak bersikap terlalu kritis terhadap upaya-upaya
mereka. Memang, kadang-kadang beberapa orang mungkin perlu disesuaikan kembali.
(Galatia 6:1) Tetapi, pekerjaan pengawas
Kristen yang utama bukanlah untuk menjalankan disiplin. Ia sering kali memberi
pujian. Para penatua yang pengasih berupaya keras untuk melihat hal-hal baik
dalam diri orang lain. Para pengawas menghargai kerja keras rekan-rekan
Kristen, dan mereka memiliki keyakinan bahwa rekan-rekan seiman mereka
melakukan yang terbaik.—2 Korintus 2:3, 4.
17. Dengan
cara bagaimana sidang mendapat manfaat jika semua anggotanya menjadi pembawa
damai?
20 Oleh karena itu, dalam keluarga, dalam sidang, dan dalam berurusan
dengan orang-orang yang tidak seiman dengan kita, kita berupaya keras untuk
bersikap suka damai, untuk mengupayakan perdamaian. Jika kita dengan rajin
memupuk perdamaian, kita akan turut menghasilkan kebahagiaan dalam sidang. Tuhan
Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar