Jagalah Perkataanmu! Jangan Ada Perkataan Kotor Keluar
dari Mulutmu!
Efesus 4;29
Janganlah ada perkataan kotor
keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di
mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia
Mungkin sebagian besar dari
kita pernah mendengar kata-kata kotor, baik itu nama-nama binatang ataupun
kata-kata yang merendahkan bahkan menghina orang lain, dari mulut seseorang
Dan kita juga bisa merasakan
perasaan orang yang dikata-katai dengan kata-kata kotor yang merendahkan, hanya
bisa menyimpan kekesalan tanpa bisa berkata-kata apa-apa dan tidak bisa melawan
Atau kalau orangnya mempunyai
kemampuan dan kemauan untuk membalas, maka akan terjadi perselisihan,
pertengkaran bahkan kemungkinan akan terjadi tindak kekerasan
Ada begitu banyak kekuarga
yang hancur berantakan karena di dalam keluarga yang menonjol hanya kritik
pedas, caci maki dan kata-kata sinis dari anggota keluarga kepada anggota
keluarga lainnya
Kita seharusnya menyadari
bahwa kata-kata kita bisa memberkati orang lain, orang bisa merasakan kasih
karunia Tuhan lewat apa yang kita katakan, tetapi kata-kata kita juga bisa
menghancurkan hidup orang lain
Paulus mengatakan, “Hendaklah
kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu,
bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang”
Benar apa yang dikatakan dalam
kitab Amsal, bahwa hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya,
akan memakan buahnya”
Untuk itu, hati-hatilah dalam
berkata-kata, jangan sampai, dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita dan
dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari
mulut yang satu keluar berkat dan kutuk
Tuhan Yesus berkata, “Setiap
kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggung jawabkannya pada hari
penghakiman”
Marilah kita belajar
mengucapkan kata-kata yang membangun, bukan menghancurkan, menguatkan bukan
melemahkan, membuat orang lain terhibur, bukan membuat orang bersedih, biarlah
melalui ucapan kita, nama Tuhan dipermuliaka
Kadang-kadang,
dorongan untuk menyerang seseorang secara verbal dapat sulit dilawan. Sewaktu
seseorang dipersalahkan, ia mungkin merasa dibenarkan untuk menghukum si
pelanggar dengan kata-kata yang kejam dan kasar—entah di depannya entah di
belakangnya. Namun, orang Kristen melawan dorongan semacam itu. Amsal
10:19 menyatakan, ”Dalam banyaknya kata-kata, pelanggaran tidak akan
kurang, tetapi orang yang menahan bibirnya bertindak bijaksana.”
Malaikat-malaikat
Allah menetapkan teladan yang bagus. Mereka mengetahui segala kesalahan yang
dilakukan oleh umat manusia. Meskipun para malaikat mempunyai kekuatan dan
kuasa yang lebih besar daripada manusia, mereka tidak melontarkan tuduhan
terhadap manusia dengan kata-kata cacian, ”tidak melakukannya karena respek
kepada Yehuwa”. (2 Petrus 2:11) Karena tahu bahwa Allah menyadari
sepenuhnya perbuatan salah setiap orang dan sepenuhnya sanggup untuk mengoreksi
masalah, para malaikat menahan bibir mereka. Mikhael, kepala semua malaikat,
menahan diri untuk tidak menggunakan kata-kata cacian, bahkan terhadap Iblis.—Yudas 9.
Orang
Kristen berupaya keras untuk meniru para malaikat. Mereka mengikuti peringatan
Alkitab, ”Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan kepada siapa pun.
Pertimbangkanlah untuk melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan semua orang.
Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu, hendaklah kamu suka damai dengan
semua orang. Saudara-saudara yang kami kasihi, janganlah melakukan pembalasan,
tetapi berilah tempat kepada kemurkaan Allah; karena ada tertulis, ’Pembalasan
adalah hakku; aku akan membalas, kata Yehuwa.’”—Roma
12:17-19.
Sungguh
menarik, bahkan nada dan volume suara kita dapat memperparah apa yang kita
katakan. Sudah menjadi hal yang biasa bagi suami istri untuk saling menyakiti
dalam perang mulut. Banyak orang tua sering meneriaki anak-anak mereka. Akan
tetapi, kita tidak perlu berteriak-teriak sewaktu menyatakan perasaan kita.
Alkitab mendesak, ”Biarlah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian
disingkirkan darimu.” (Efesus
4:31) Alkitab juga mengatakan bahwa ”seorang budak dari Tuan tidak perlu
berkelahi, melainkan lembut terhadap semua orang”.—2 Timotius
2:24.
Karena
merajalelanya tutur kata kasar dan cabul dewasa ini, orang Kristen harus
memiliki strategi untuk melawan pengaruh yang merusak ini. Alkitab menyediakan
strategi yang unggul, yaitu mengasihi sesama kita. (Matius
7:12; Lukas 10:27) Kepedulian yang tulus dan kasih kepada sesama
akan memotivasi kita untuk selalu menggunakan kata-kata yang menyembuhkan.
Alkitab berkata, ”Jangan ada perkataan busuk yang keluar dari mulutmu melainkan
perkataan apa pun yang baik, untuk membangun sesuai dengan kebutuhan, sehingga
itu memberikan apa yang baik kepada para pendengar.”—Efesus
4:29.
Selain itu,
menanamkan Firman Allah dalam pikiran kita membantu kita menghindari tutur kata
yang menyakitkan. Membaca dan merenungkan Alkitab dapat membantu kita
’menyingkirkan segala yang kotor’. (Yakobus
1:21) Ya, Firman Allah dapat menyembuhkan pikiran kita. Tuhan Yesus
memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar