INDAHNYA
KEBERSAMAAN
KISAH PARA
RASUL 12:41-47
Ada
kalanya kita menguatkan, ada kalanya kita butuh dikuatkan. Jujur saja, nobody's
perfect. Tidak ada manusia yang 100% sempurna, 100% kuat dan sanggup
mengatasi segalanya sendirian. Bayangkan jika kita tidak memiliki teman-teman
bisa saling dukung dan saling menasehati, memberi masukan, mengingatkan,
menegur jika perlu, tentu kita akan jauh lebih kuat menghadapi timbunan masalah
yang hadir dalam hidup kita. Sebuah pertemuan-pertemuan ibadah dimana kita
sama-sama bersatu menyembah Tuhan sungguh baik dijadikan awal untuk saling
mengenal satu sama lain. Sayang sekali ada banyak orang yang menganggap
beribadah itu hanyalah kewajiban atau rutinitas semata, sehingga mereka hanya
datang, duduk, diam, dengar dan lalu pulang. Mereka yang seperti ini akan
melewatkan sebuah kesempatan untuk membina hubungan dengan saudara-saudara
seiman. Inilah yang diingatkan oleh Paulus. "Dan marilah kita saling
memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan
baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati,
dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."
(Ibrani 10:24-25). Paulus sungguh menyadari bahwa kita akan lemah dan jatuh
jika kita tidak saling memperhatikan dan saling mendorong. Pertemuan-pertemuan
ibadah janganlah hanya berpusat pada diri sendiri tanpa peduli orang-orang yang
mungkin duduk di sekitar anda. Semakin dekat hari kedatangan Tuhan, maka
seharusnya semakin giat pula kita untuk saling menasihati dan mengingatkan.
Dalam banyak kesempatan, Alkitab mengisyaratkan agar kita bekerjasama satu sama lain. Lihat contoh ketika ada orang lumpuh yang ingin menjumpai Yesus di Kapernaum dalam Lukas 2:1-12. Begitu banyak orang mengerumuni Yesus, sehingga tidak mungkin si lumpuh bisa menerobos kerumunan. Tapi akhirnya dia mampu bertemu Yesus dan disembuhkan. Bagaimana caranya? Empat orang temannya menggotongnya ke atas atap dan menurunkan dirinya yang terbaring di atas tilam dari atas atap. Seandainya si lumpuh tidak punya teman, dia akan gagal untuk berjumpa dengan Yesus dan mendapat mukjizat kesembuhan. Itu baru satu contoh, dan ada banyak lagi kisah-kisah dimana kita melihat pentingnya sebuah kebersamaan yang positif diantara kita. Ketika Yesus mengutus murid-muridNya untuk mewartakan kabar gembira pun kita melihat mereka diutus bukan untuk berjalan sendirian, tapi berdua-dua alias berpasang-pasangan. (Markus 6:7). Iman kita akan gampang merosot jika kita menghadapi masalah demi masalah sendirian. Tapi dengan adanya teman-teman yang saling berbagi, kita mampu tetap kuat. Betapa pentingnya sebuah kebersamaan yang saling bantu, saling sokong dan saling dorong, apalagi menjelang kedatangan Yesus buat kedua kalinya.
"Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.." (Roma 12:4-6). Ini sebuah pesan penting agar kita tetap sadar bahwa kita adalah bagian dari tubuh Kristus yang merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari saudara-saudara seiman lainnya. Selain itu Tuhan juga mengingatkan bahwa kita harus saling mengasihi, karena Tuhan sendiri begitu mengasihi kita. (1 Yohanes 4:11). Beban yang ditanggung manusia sesungguhnya tidak ringan dan mampu membuat iman kita memudar. Orang bisa hilang pengharapan jika didera masalah terus menerus. Kita diwajibkan untuk saling tolong menolong, dan dengan demikian artinya kita memenuhi perintah Yesus. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Jalin hubungan dengan tubuh Kristus lainnya dalam persekutuan-persekutuan, baik di Gereja, di kantor, di sekolah, di lingkungan dan sebagainya. Jangan melewatkan waktu-waktu beribadah di Gereja dimana kita bisa berinteraksi dan bersatu dalam kesatuan untuk menyembah Tuhan dan menguatkan satu sama lain.
Ke Gereja seminggu sekali saja tidaklah cukup, apalagi jika anda masih belum memiliki satu Gereja pun untuk bertumbuh. Jika saat ini anda masih mengabaikan salah satu pesan penting Tuhan untuk memiliki iman yang terus bertumbuh, pilihlah Gereja dimana anda bisa bertumbuh dan berbuahlah disana. Ambil waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Jadilah bagian dari sebuah tubuh Kristus, bersekutulah dalam doa, pujian dan penyembahan, dan hendaklah saling bantu, saling mengingatkan dan saling menasihati. Kita tidak akan kuat berjalan sendirian. Teman kita pun demikian. Mari kita bersatu dalam kasih, saling menguatkan dalam persekutuan-persekutuan kita dimana Kristus bertahta di dalamnya. Sejak awal Allah sudah menetapkan manusia sebagai makhluk sosial. Sejak semula kesendirian bukanlah ide yang baik. Manusia diciptakan untuk saling mengasihi dan menjaga. Kebersamaan semacam ini seharusnya lebih kuat dan esensial dalam relasi antar orang Kristen, karena yang mempersatukan kita adalah kasih Kristus sendiri. Kita harus mengasihi orang lain seperti Allah dan Kristus sudah mengasihi kita (Yoh 13:34; 15:12; 1 Yoh 4:7-12). Jika kebersamaan secara umum saja sudah sangat indah, apalagi kebersamaan di dalam darah Kristus! Pertanyaannya: Apakah kita mau meninggalkan “daerah kenyamanan” (comfort zone) kita dan mulai belajar mengenal orang lain yang Allah tempatkan di sekitar kita? Maukah kita membuang sikap individualistik ala dunia dan mulai belajar berbagi hidup dengan sesama? Kiranya Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk mematikan egoisme dan keacuhan dalam diri kita serta menggantinya dengan kepedulian dan kasih. Tuhan Yesus memberkati!. Amin
Dalam banyak kesempatan, Alkitab mengisyaratkan agar kita bekerjasama satu sama lain. Lihat contoh ketika ada orang lumpuh yang ingin menjumpai Yesus di Kapernaum dalam Lukas 2:1-12. Begitu banyak orang mengerumuni Yesus, sehingga tidak mungkin si lumpuh bisa menerobos kerumunan. Tapi akhirnya dia mampu bertemu Yesus dan disembuhkan. Bagaimana caranya? Empat orang temannya menggotongnya ke atas atap dan menurunkan dirinya yang terbaring di atas tilam dari atas atap. Seandainya si lumpuh tidak punya teman, dia akan gagal untuk berjumpa dengan Yesus dan mendapat mukjizat kesembuhan. Itu baru satu contoh, dan ada banyak lagi kisah-kisah dimana kita melihat pentingnya sebuah kebersamaan yang positif diantara kita. Ketika Yesus mengutus murid-muridNya untuk mewartakan kabar gembira pun kita melihat mereka diutus bukan untuk berjalan sendirian, tapi berdua-dua alias berpasang-pasangan. (Markus 6:7). Iman kita akan gampang merosot jika kita menghadapi masalah demi masalah sendirian. Tapi dengan adanya teman-teman yang saling berbagi, kita mampu tetap kuat. Betapa pentingnya sebuah kebersamaan yang saling bantu, saling sokong dan saling dorong, apalagi menjelang kedatangan Yesus buat kedua kalinya.
"Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.." (Roma 12:4-6). Ini sebuah pesan penting agar kita tetap sadar bahwa kita adalah bagian dari tubuh Kristus yang merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari saudara-saudara seiman lainnya. Selain itu Tuhan juga mengingatkan bahwa kita harus saling mengasihi, karena Tuhan sendiri begitu mengasihi kita. (1 Yohanes 4:11). Beban yang ditanggung manusia sesungguhnya tidak ringan dan mampu membuat iman kita memudar. Orang bisa hilang pengharapan jika didera masalah terus menerus. Kita diwajibkan untuk saling tolong menolong, dan dengan demikian artinya kita memenuhi perintah Yesus. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Jalin hubungan dengan tubuh Kristus lainnya dalam persekutuan-persekutuan, baik di Gereja, di kantor, di sekolah, di lingkungan dan sebagainya. Jangan melewatkan waktu-waktu beribadah di Gereja dimana kita bisa berinteraksi dan bersatu dalam kesatuan untuk menyembah Tuhan dan menguatkan satu sama lain.
Ke Gereja seminggu sekali saja tidaklah cukup, apalagi jika anda masih belum memiliki satu Gereja pun untuk bertumbuh. Jika saat ini anda masih mengabaikan salah satu pesan penting Tuhan untuk memiliki iman yang terus bertumbuh, pilihlah Gereja dimana anda bisa bertumbuh dan berbuahlah disana. Ambil waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Jadilah bagian dari sebuah tubuh Kristus, bersekutulah dalam doa, pujian dan penyembahan, dan hendaklah saling bantu, saling mengingatkan dan saling menasihati. Kita tidak akan kuat berjalan sendirian. Teman kita pun demikian. Mari kita bersatu dalam kasih, saling menguatkan dalam persekutuan-persekutuan kita dimana Kristus bertahta di dalamnya. Sejak awal Allah sudah menetapkan manusia sebagai makhluk sosial. Sejak semula kesendirian bukanlah ide yang baik. Manusia diciptakan untuk saling mengasihi dan menjaga. Kebersamaan semacam ini seharusnya lebih kuat dan esensial dalam relasi antar orang Kristen, karena yang mempersatukan kita adalah kasih Kristus sendiri. Kita harus mengasihi orang lain seperti Allah dan Kristus sudah mengasihi kita (Yoh 13:34; 15:12; 1 Yoh 4:7-12). Jika kebersamaan secara umum saja sudah sangat indah, apalagi kebersamaan di dalam darah Kristus! Pertanyaannya: Apakah kita mau meninggalkan “daerah kenyamanan” (comfort zone) kita dan mulai belajar mengenal orang lain yang Allah tempatkan di sekitar kita? Maukah kita membuang sikap individualistik ala dunia dan mulai belajar berbagi hidup dengan sesama? Kiranya Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk mematikan egoisme dan keacuhan dalam diri kita serta menggantinya dengan kepedulian dan kasih. Tuhan Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar