Hidup yang Dikuasai Roh Kudus
Roma
8:2-13
Apakah itu hidup yang sia-sia? Hidup yang sia-sia
bukanlah karena tahun yang lalu engkau menjalani hidup yang tidak sukses. Hidup
yang sia-sia bukanlah karena tahun yang lalu ada rencana hidupmu yang tidak
terpenuhi. Hidup yang sia-sia bukanlah karena engkau mencari pekerjaan dan
tidak kunjung mendapatnya. Hidup yang sia-sia bukan berarti segala sesuatu yang
sudah engkau rencanakan gagal di tengah jalan sehingga engkau tidak mendapatkan
hasil sesuai rencanamu. Seringkali perspektif dari dunia membuat kita menilai
hidup kita dengan cara seperti itu. Alkitab berkata hidup yang sia-sia bukan
berkaitan dengan soal itu. Sebab jika soal sukses, keberhasilan, achievement,
apa yang engkau raih dan dapatkan menjadi tolok ukur dari satu hidup yang tidak
sia-sia, maka orang-orang yang marginal, yang miskin, yang tidak punya apa-apa
selama di dunia ini tidak akan pernah diperhitungkan Allah jikalau itu tolok
ukurnya. Alkitab berkata meskipun selama di dunia kita mendapatkan segala
sesuatu, sukses mengerjakan apapun, tetapi jika kita lakukan itu di dalam
posisi kita melawan Tuhan, itulah hidup yang sia-sia. Paulus berkata, “Mereka
yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada Allah” (Roma 8:8). Hidup
yang tidak sia-sia adalah hidup yang memperkenan Allah.
Apakah itu hidup yang bodoh? Seseorang dikatakan bodoh
bukan karena intelektual atau kecerdasannya yang menjadi tolok ukur. Seseorang
bodoh bukan karena hasil nilai ATAR atau EBTA yang jelek, bukan karena hasil
ujian sekolah buruk atau kuliah yang gagal di tengah jalan. Alkitab tidak
memberikan definisi orang yang bodoh karena dia tidak memiliki intelektual yang
cukup. Banyak orang tua kecewa dan merasa kuatir memiliki anak yang bodoh
karena perspektif dunia. Banyak kali orang Kristen dirusak oleh perspektif
seperti ini. Akhirnya kita kuatir kenapa anak kita biasa-biasa saja dalam
studi, selalu ada di urutan paling akhir. Kita mungkin sudah mengeluarkan uang
yang banyak untuk les ini-itu dan kita merasa anak kita tidak ada kemajuan,
lalu kita merasa anak kita tidak mungkin bisa berhasil dalam hidupnya dan itu
membuat kita menjadi kuatir. Anak kita mungkin didiagnosa oleh dokter sebagai
anak bodoh dan mengalami kelainan, mengidap penyakit, autism, ADHD, dia
mempunyai banyak kelainan sehingga dia tidak bisa fokus, lalu kita kuatir akan
semua hal itu. Alkitab tidak pernah berbicara hidup orang yang bodoh dengan
definisi dan konsep seperti itu. Yesus berkata, “Hai engkau orang bodoh, pada
malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang engkau sediakan,
untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan
harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah” (Lukas
12:20-21) dan “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan
nyawanya?” (Matius 16:26). Orang kaya itu dikatakan bodoh bukan karena dia
tidak sukses di dalam bisnisnya. Orang kaya itu bodoh karena dia tidak menaruh
Tuhan paling utama dalam segala-galanya.
Apa yang Yesus katakan betapa benar adanya, hidup
seseorang bukan ditentukan oleh berapa besar kekayaan yang dia miliki di dunia
yang fana ini, tetapi berapa kayakah dia di hadapan Allah? Apa yang Yesus
katakan ini bukan sekedar satu cerita tetapi realita yang tragis. Tragisnya
bukan karena hal itu bisa terjadi kepada siapa saja, tetapi begitu banyak orang
tidak menyimak dan merenungkan hal ini di dalam hidup mereka, sampai semuanya
sudah terlambat. Dalam Efesus 5:15 Paulus berkata, “Perhatikanlah dengan
seksama bagaimana kamu hidup. Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti
orang arif.” Bebal atau bodoh di sini adalah soal apakah hidup orang itu adalah
hidup yang dipenuhi dengan sentralitas Tuhan dalam hidupnya atau tidak. Itu
yang menjadi pokok penting di dalam hidup ini.
Roma 8 adalah bagian yang luar biasa bicara mengenai
hidup yang telah dibenarkan di dalam Yesus Kristus. Kita adalah milik Allah,
kita sudah diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Mulai dari ayat 2 dan
seterusnya Paulus memperlihatkan kepada kita dimensi yang indah yaitu kuasa
pekerjaan Roh Kudus di dalam setiap kita. Paulus melontarkan dua hal yang
penting. Pertama, hidup kita sekarang ini hanya bisa menang oleh karena Kristus
sudah menang mengalahkannya. Lalu yang kedua, kita masuk kepada rahasia yang
penting dalam Roma 8:2 “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam
Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Ini adalah ayat yang begitu indah dan
penting sekali, penekanan kepada Roh Kudus, Allah pribadi ke tiga di dalam
hidup kita. Kita masuk ke dalam dimensi yang lain, bukan dengan kemampuan kita
sendiri, bukan dengan kekuatan kita, tetapi bagaimana kita membiarkan hidup
kita dikontrol, dikuasai oleh Roh Allah dan kita menjadi manusia rohani. Dalam
terjemahan NLT Roh Kudus disebutkan sebagai “the life-giving Spirit.” Siapakah
Roh Kudus itu? Ia adalah the live-giving Spirit, Roh yang memberikan kehidupan.
Roma 8 bicara mengenai Dia, apa yang Ia lakukan, apa buktinya the power of the
life-giving Spirit, kuasa dari Roh sang Pemberi hidup itu diam di dalam hidup
kita, bekerja dan berkarya dalam hidup kita.
Kalau kita mendengar apa kata Tuhan, hasilnya kita
akan melihat bahwa hidup kita penuh makna, hidup kita menjadi berarti dalam
tangan Tuhan dan hidup kita adalah orang-orang yang diberkati Tuhan, ketika
kita melakukan apa yang Tuhan mau. Kalau kita mau menjalani hidup ke Kristenan
yang penuh arti, kita tidak lagi mengukur siapa diri kita dengan adanya
pencapaian-pencapaian secara manusia. Sebab semua pencapaian yang ada diatas
muka bumi ini, satu kali akan di tinggalkan.
Bagai mana cara menjadikan hidup kita bermakna;
1.
Ketika kita punya belas kasihan untuk menjadi jawaban
bagi orang lain.
o Hidup
keKristenan tidak lebih berorientasi bagi diri sendiri.
2.
Ketika kita tahu pengorbanan kita tidak sia-sia.
o kita
berkorban waktu, tenaga, harta, perasaan dan juga stategi tim.
3.
Percaya tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
o Jangan
gentar bersama dengan Tuhan kita bisa!
Kesimpulan: Pastikan hidup kita menjadi jawaban yang pasti di
dalam Yesus, karena kita punya jati diri yang benar. Hidup kita akan menjadi
lebih bermakna, ketika kita berani meletakkan hidup kita menjadi alat
dalam tangan Tuhan. Ketika kita mau bekerja sama dengan Tuhan.
Tuhan
Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar