Pengharapan
Orang Percaya
Roma 8:18-30
Setiap
orang pasti mempunyai pengharapan tersendiri di dalam hidupnya. Pengharapan itu
biasanya berupa suatu keadaan hidup yang lebih baik dari saat ini. Jika anda
sebagai orang tua, pasti berharap agar kelak anak-anak anda bisa menjadi orang
yang berguna. Anda biasanya tidak akan segan-segan membayar mahal untuk
menyekolahkan anak-anak anda di sekolah yang paling favorit dan terbaik. Anda
memberikannya segala les sampai kadang-kadang anak anda itu tidak ada waktu
untuk bermain. Tujuannya agar mereka lebih baik dari hari ini, paling sedikit
lebih baik dari kedua orang tuanya.
Setiap
manusia mengharapkan segala sesuatu yang terbaik, yang membahagiakan, yang
menggairahkan dan mengesankan. Dalam hidupnya, jarang seseorang mengharapkan
sesuatu yang buruk tentang hidupnya.
Bagaimana
pengharapan orang percaya? Apakah sudah menemui jalan buntu? Atau memang sudah
mentok disini, mandek? Mari kita coba memperhatikan tiga hal dibawah ini:
· Pengharapan
orang percaya itu pasti adanya
Ayat 21 menekankan kepada kita bahwa, baik penderitaan yang kita
alami (8:17-18) maupun kesia-siaan yang dialami oleh ciptaan Allah (8:20)
bersifat sementara, dan akan diganti dengan kemerdekaan yang mulia.
· pengharapan
orang percaya membuahkan hasil yang baik
sebagai orang percaya kita yakin bahwa semua kejadian yang terjadi
dalam hidup ini berada di bawah pengawasan Allah. Tidak ada satu kejadianpu
yang terluput, termasuk kejadian-kejadian yang buruk, yang merugikan, yang
tidak kita sukai dan yang menyakitkan kita. Dan sebagai orang percaya kita
harus yakin bahwa Allah akan mengerjakan hasil yang baik buat kita.
· Pengharapan
orang-orang percaya merupakan kemuliaan
Saudara, apabila kita memperhatikan Roma 8:29-30, disini
menggambarkan seuntai rantai yang terdiri dari lima mata rantai. Mara rantai
yang pertama, “sebab semua orang yang dipilih-Nya”. Paulus tidak mengatakan
oleh karena Allah mengenal kita dari semula maka Ia menentukkan kita menjadi
anak-anak-Nya.
Mata rantai yang kedua “ditentukan dari semuala” untuk menjadi
gambar Allah yang sejati. Mata rantai selanjutnya, “mereka dipanggil-Nya”,
kemudian “dibenarkan-Nya” dan akhirnya mereka “dimuliakan”. Tentunya ketiga
mata rantai ini ada prosesnya yang tersendiri. Orang-orang yang dipanggil itu
tentu merupakan suatu panggilan yang efektif dari Allah melalui iman pada
Kristus.
Marilah kita setiap saat mencoba hadir bersama Allah dalam doa dan
pengharapan untuk menatap masa depan yang penuh harapan. Tuhan Yesus
memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar