Dosa dan
Kerendahan Hati
Yakobus 4;Kejadian
39:9
Dalam
Yakobus 4:14 dikatakan bahwa "sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi
besok. Apakah arti hidupmu ? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja
kelihatan lalu lenyap". Uap bukan saja sekejap, tetapi juga tidak
terprediksi bentuknya. Apa yang akan terjadi dalam hidup kita nanti tidak
pernah kita tahu. Adalah bijaksana jika kita mengisi hari hidup ini hanya untuk
menyukakan hati Tuhan dengan hidup dalam pengendalian-Nya. Kita harus mengerti
bahwa hidup dalam pengendalian Tuhan atau penyerahan dimaksudkan agar kita
terbimbing masuk kerajaan sorga, yaitu : dengan mempercakapkan rencana-rencana
kita denga Tuhan, itu bukan bermaksud agar kita memperoleh keberhasilan atau
mencapai apa yang kita cita-citakan, tetapi supaya kita hidup menuruti
kehendak-Nya dan memenuhi rencana-Nya dalam hidup kita.
Mengapa Lucifer dikatakan congkak? Sebab ia tidak mau hidup dalam pemerintahan Tuhan. Itulah sebabnya, penyerahan diri untuk hidup dalam pemerintahan Tuhan adalah bentuk kerendahan hati. Hal inilah yang dinasihatkan Tuhan melalui Yakobus (Yakobus 4:13-17), agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan. Kerendahan hati disini ternyata diukur oleh sejauh mana seseorang melibatkan Tuhan dalam segala perencanaan. Sikap seperti ini sesungguhnya merupakan sikap yang mengakui bahwa Allah adalah Allah semesta alam, yang menentukan segala sesuatu dan berkuasa menyelesaikan segala sesuatu. Bukan saja mengakui bahwa Allah yang berkuasa menentukan segala sesuatu, tetapi juga bertindak menyelesaikan segala sesuatu. Oleh sebab itu rencana kita harus dimulai dengan kalimat :"Bila Tuhan menghendakinya". Kurang dari ini, berarti kita sombong dihadapan Tuhan.
“Bagaimanakah mungkin aku
melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” Kejadian
39:9 {ITB}Mengapa Lucifer dikatakan congkak? Sebab ia tidak mau hidup dalam pemerintahan Tuhan. Itulah sebabnya, penyerahan diri untuk hidup dalam pemerintahan Tuhan adalah bentuk kerendahan hati. Hal inilah yang dinasihatkan Tuhan melalui Yakobus (Yakobus 4:13-17), agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan. Kerendahan hati disini ternyata diukur oleh sejauh mana seseorang melibatkan Tuhan dalam segala perencanaan. Sikap seperti ini sesungguhnya merupakan sikap yang mengakui bahwa Allah adalah Allah semesta alam, yang menentukan segala sesuatu dan berkuasa menyelesaikan segala sesuatu. Bukan saja mengakui bahwa Allah yang berkuasa menentukan segala sesuatu, tetapi juga bertindak menyelesaikan segala sesuatu. Oleh sebab itu rencana kita harus dimulai dengan kalimat :"Bila Tuhan menghendakinya". Kurang dari ini, berarti kita sombong dihadapan Tuhan.
Kelemahlembutan dan kesetiaan Yusuf memenangkan hati kepala pasukan, yang menganggapnya sebagai seorang anak bukannya sebagai seorang budak. Tetapi iman dan integritas seorang Yusuf diuji dengan pencobaan yang berat. Istri tuannya berusaha keras untuk membujuk pemuda ini agar melanggar hukum Tuhan. Hingga saat itu, dia telah tidak terpengaruh oleh kejahatan yang merajalela di negeri kafir tersebut; tetapi pencobaan ini datang begitu tiba-tiba, begitu kuat, begitu menggairahkan—bagaimana dia dapat menghadapinya? Yusuf tahu betul apa akibat dari perlawanannya. Di satu sisi ada kerahasiaan, pertolongan, dan hadiah; di sisi yang lain ada kecemaran, penjara, dan mungkin kematian. Masa depannya bergantung kepada keputusan saat itu juga. Apakah prinsip yang akan menang? Apakah Yusuf akan tetap benar di hadapan Tuhan? Dengan rasa cemas yang tidak terungkapkan, para malaikat memperhatikan peristiwa ini.
Jawaban Yusuf mengungkapkan kekuatan prinsip beragama. Dia tidak akan mengkhianati kepercayaan tuannya di bumi, dan apapun konsekuensinya, dia akan berbuat yang benar di hadapan Tuannya di surga.
Yusuf menderita karena integritasnya; karena penggodanya membalas dendam dengan menuduhnya sebagai penjahat keji, dan membuatnya dimasukkan ke dalam penjara. Jika Potifar mempercayai tuduhan istrinya terhadap Yusuf, maka pemuda Ibrani ini akan kehilangan nyawanya; tetapi kesopanan dan kejujuran yang merupakan ciri tingkah lakunya menjadi bukti bahwa dia tidak bersalah; tetapi untuk menyelamatkan reputasi tuannya, dia dilemparkan ke dalam aib dan tahanan.
Tetapi karakter Yusuf yang sesungguhnya bersinar, bahkan di dalam penjara yang gelap. Dia memegang teguh iman dan kesabaran; tahun-tahun kesetiaan pelayanannya telah dibayar dengan sangat tidak adil, tetapi hal ini tidak membuatnya menjadi murung atau tidak beriman. Dia memiliki damai sejahtera yang timbul dari rasa tidak bersalah yang dia sadari, dan dia mempercayakan masalahnya kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar