Salibkan Dia! Salibkan Dia!
Lukas 23:13-25, 33-49
“Tetapi
mereka berteriak membalasnya, katanya: Salibkanlah Dia! Salibkan Dia! (Lukas
23:21)
Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan
Yesus.
Hari ini seluruh orang percaya di seluruh
dunia kembali memperingati peristiwa kematian Yesus atau disebut juga dengan
Jumat Agung, sebagian besar orang yang datang beribadah memakai baju hitam
sebagai tanda berkabung. Juga kebanyakan gereja melaksanakan sakramen perjamuan
kudus sebagai peringatan akan kematian Yesus. Perjamuan kudus merupakan sebuah
penegasan akan kasih karunia Allah yang tidak bernilai. Namun, pertanyaan yang
muncul adalah, “Apakah makna Jumat Agung bagi kita pada saat ini?”, “Adakah
kita benar-benar membaharui hidup dan menerima keselamatan yang ditawarkan
Yesus melalui peristiwa penyalibaNya/ kematian-Nya?”.
Jumat Agung adalah hari yang istimewa. Tidak
biasanya orang Kristen bersekutu pada hari Jumat. Hari persekutuan dan ibadah
Kristen sepanjang segala masa adalah hari pertama dalam seminggu. Bukan hari
keenam, atau jumat. Dan kalau anak-anak kita bertanya: “Mengapa Jumat Agung lain dari jumat-jumat yang biasa ? Jawaban yang
pasti dari jawaban orangtua: “Karena pada hari Jumat Agung Yesus Kristus mati. Ia disalibkan dan
menyerahkan nyawanya sebagai tebusan bagi banyak orang”. Tentu saja jawaban ini
benaar. Tuhan Yesus mati pada hari Jumat.
Jumat Agung adalah hari yang unik. Lukas
mencatat bagi kita 3 kejadian ajaib yang membuat jemaat yang satu itu lain dari
kebanyakan hari jumat.
Keajaiban Pertama: ada kegelapan meliputi
seluruh daerah itu dari jam 12 sampai jam 3 sore. Matahari tidak mau bersinar. Bumi
menajdi gelap. Mengapa begitu? Para ilmuan bisa saja menjawab: yaitu terjadi
karena gerhana matahari total yang terjadi pada saat itu jawaban ini tidak
mungkin karena gerhana matahari hanya bisa terjadi jika bulan gelap. Tetapi pada
saat itu orang yahudi menyerahkan paskah. Perayaan paskah selalu terjadi pada
saat bulan purnama menurut perhitungan kalender Israel bulan baru selalu mulai
dengan awal munculnya bulan. Hari keempat belas dari bulan baru, yaitu saat dimana
domba paskah haru disembelih, jatuh sama dengan bulan purnama. Pada waktu itu
posisi bulan bersebrangan dengan matahari. Bumi berada diantara bulan dan
matahari. Gerhana matahari hanya mungkin terjadi kalau berada diantara matahari
dan bumi.
Jadi gelap gulita yang terjadi pada hari
jumat Agung tidak ada sangkut paut dengan gerhana matahari. Kegelapan saat itu
adalah sebuah kejadian yang janggal . ia bukan gejala alam biasa , yakni
gerhana matahari.
Keajaiban Kedua, dalam kitab Matius dan Lukas
dikisahkan bahwa bulan hanya matahri yang menjadi gelap. Tetapi ada juga gempa
bumi yang dahsyat. Ada tanda ajaib yaitu tirai Bait Allah terbelah dua. Di Bait
Allah tergantung dua tirai atau layar . yang pertama dipelantara depanyang
memisahkan ruang untuk umum dan ruang yang kudus. Terbelah nya tirain ini tentu
punya maksud, tercabiknya tirai tadi hendak menegaskan bahwa dengan kematian
Yesus adalah mengumumkan bahwa untuk menyembah Allah bukan hanya digedung
Ibadah dan rumah Doa, tetapi juga disetiap tempat dimana saja kita berada. Setiap
orang bisa langsung menghadap Allah.
Keajaiban Ketiga, seorang non Yahudi, bangsa
tidak bersunat kepala pasukan penyaliban berkata dihadapan umat umum “Sungguh,
Orang ini orang benar”. Allah adalah
Tuhan yang tidak diskriminatif. Kasih juga tidak pilih muka. Allah memberikan
kepada orang yang percaya maupun orang kafir kemampuan untuk mengenal kasih dan
menghormatinya peristiwa ini membawa perubahan hidup dan memuliakan Allah.
Jumat Agung akan semain menjadi Agung bila
hidup umatnya hanya hidup dan mengagungkan Tuhan. Salib Kristus melambangkan
kuasa pengampunan Tuhan yang menyelamatkan umat berdosa, Tuhan Yesus disalibkan
untuk menanggung hukuman dosa kita maka Ia menggantikan kita menerima hukuman. Marilah
kita mempermuliakan Raja kita yang telah memberi nyawaNya bagi kita. Tuhan
Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar