Hidup Saling Mengasihi
Matius 22:37-39; Yohanes 13:31-35
Seorang yang mengaku mengasihi Tuhan harus juga dapat mengasihi sesama, mengasihi sesama adalah satu bukti dan wujud kasih kita kepada Tuhan, keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Kita tidak dapat memenuhi hukum yang satu dan mengabaikan hukum yang satunya, melakukan hukum yang satu berarti juga melakukan hukum yang lainnya, dan kita perlu melakukan kedua hukum tersebut dengan segenap hati kita, segenap jiwa dan akal budi kita (Matius 22 : 37-39), artinya kita mengasihi Tuhan dan sesama dengan seluruh keberadaan kita.
Dalam menikmati hidup ini, tidak jarang kita mengabaikan sesama kita, karena yang menjadi fokus kita adalah “diri kita sendiri”. Saat kita benar-benar menghayati ajaran Kristus tentang kasih, kita selalu disadarkan bahwa kita tidak hidup sendiri di tengah dunia ini. Hidup ini terlalu indah untuk dinikmati sendiri. Kita ditantang untuk ‘mempraktekan dan mereflksikan’ ajaran Tuhan tentang kasih. Ajaran ini tidak sulit, hanya dibutuhkan kesediaan dari kita!
Tuhan Yesus memberi teladan dan menunjukkan dalam injil Yohanes bagaimana seharusnya kasih yang benar itu dipraktekkan:
1. Kasih itu harus memiliki “daya tahan”. (ay 31,34)
Kebanyakan kasih kita gampang luntur, apabila kita dikecewakan orang lain. Apalagi ketika kita disakiti atau dikhianati (Hos 6:4c). Dalam hal ini, Tuhan Yesus memberi teladan bagaimana kasihNya yang tidak goyah, walau Ia menyadari betul saat itu, bahwa tiba saatnya Ia akan dikhianati oleh Yudas, disangkali oleh Petrus dan ditinggalkan oleh murid-muridNya. Tidak luntur atau goyah karena sikap orang lain yang mengecewakan kita.
Itulah kasih Tuhan Yesus yang selalu segar, memiliki kekuatan dan daya tahan, sehingga walau Ia dikhianati, disangkali, ditinggalkan sendirian. Tetapi kasih Yesus tak pernah berubah. “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi besar kesetiaanMu!” (Rat 3:22-23).
2. Kasih itu harus dipraktekkan bukan sekedar teori (ay 34)
Bagi Yesus, kasih memang tidak cukup hanya diajarkan atau teori, dijadikan simbol, slogan, atau wacana semata. Tetapi harus melekat dalam gaya hidup kita, sehingga menjadi ciri khas setiap murid-muridNya. Untuk itu, Yesus memberi pengajaran dan sekaligus teladan. Ia berkata: “.....supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu.......” (ay 34). Melalui ungkapan ini, kita dapat memahami bahwa ketika Ia memberi perintah untuk mengasihi, Ia telah mempraktekkan kasih itu terlebih dahulu, “sama seperti Aku telah mengasihimu....” Yesus tidak hanya pandai berteori tentang kasih, tetapi hidupNya adalah teladan bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. Dan salib di bukit Golgota adalah bukti kasihNya yang tiada taranya.
ingatlah bahwa Tuhan mengampuni orang yang mengampuni, mengasihi bahkan musuh kita dan tidak membalas memberikan kelegaan. Saat orang lain membenci kita memilih mengasihi, orang yang tidak nyaman ketika mengasihi musuhnya berarti dia belum mengasihi dengan tulus. Mungkin sebagian kita merasa berat melalui proses ini, ketika kita merasa begitu tersakiti. tetapi jika kita terus mencoba untuk melakukan seturut perintah Tuhan maka kita akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tuhan Yesus Memberkati!.Amin
Komentar
Posting Komentar