Langsung ke konten utama

Yudas Iskariot



YUDAS ISKARIOT
Matius 26:14-16



Apa yang ada dalam pikiran kita ketika mendengar nama YUDAS ISKARIOT? Sebab di kalangan orang Kristen, nama YUDAS ISKARIOT pasti sudah tidak asing lagi. Disebut Yudas Iskariot, karena Yudas adalah anak laki-laki dari Simon Iskariot. Namun YUDAS ISKARIOT dianggap pengkhianat. Inilah STIGMA negatif orang pada umumnya “dilabelkan” terhadap Yudas Iskariot.
Itu sebabnya, tidak ada orang tua yang memberikan nama kepada anaknya Yudas. Pada hal, nama Yudas (dari akar kata Ibrani: Yehudah) itu memiliki arti: TERPUJILAH TUHAN, atau YANG DIPUJI/PUJIAN.
Jika memperhatikan Yudas Iskariot. Yudas seharusnya adalah orang yang berbahagia dan orang yang sangat beruntung. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan yang mendasar, karena:
·        Yudas dipilih secara pribadi oleh Tuhan Yesus untuk menjadi seorang rasul (salah satu dari 12 rasul). Yudas mempunyai hak yang luar biasa sebagai murid/ rasul Tuhan. Sehingga Yudas mendapatkan pengajaran-pengajaran yang penting dan luar biasa lansgung dari Tuhan Yesus sendiri.  
·        Yudas hidup bersama Tuhan Yesus selama 3 tahun lebih. Yudas melakukan pelayanan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Selama bersama-sama dengan Yesus selama 3 1/2 tahun, Yudas melihat langsung mujijat demi mujijat yang Yesus kerjakan. Yudas melihat langsung Kuasa Allah yang terjadi di dalam pelayanan Yesus. Yudas melihat langsung nubuat-nubuat Yesus yg terjadi. Yudas melihat langsung Kuasa dan wibawa Allah yg terjadi di dalam pelayanan Yesus.
·        Yudas ditunjuk untuk menjadi bendahara.

TETAPI, Yudas tidak menghargai kesempatan ini. Sehingga Yudas kehilangan semua anugerah Tuhan dan akhirnya dia menjadi orang yang terbuang.

Orang yang paling malang di dunia ini adalah mereka yang menyebut dirinya Kristen kemudian ikut sibuk dalam berbagai pelayanan, bahkan berkorban uang dan waktu; tetapi ia sendiri tidak pernah menikmati kerajaan Allah. Tidak pernah menikmati suka-cita pelayanan. Mengapa bisa demikian? 
Peristiwa yang tragis ini akan terjadi tatkala seorang pengikut Tuhan Yesus tidak sungguh-sungguh berkomitmen di dalam peyerahan diri dan taat pada-Nya. Memang benar mungkin ia selalu berada di dalam lingkungan persekutuan orang-orang percaya, menjalankan upacara  dan ibadah keagamaan yang cukup sakral, namun, namun akan sia-sia jika ia tidak memiliki Roh yang dari pada-Nya.

Dalam Alkitab ada banyak tokoh-tokoh yang kerohaniannya mengalami pasang naik dan surut, namun itu tidak menjadi masalah, sebab firman Tuhan selalu menjadi pedoman untuk membawa mereka kembali ke jalan yang benar, sehingga jarang ada yang gagal sama sekali.
Lain halnya dengan salah satu murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot ini, Yudas mengalami kegagalan yang berlipat ganda. Mengapa demikian? Celakanya sampai akhir hayat hidupnya, dalam diri Yudas tidak ditemukan adanya unsur-unsur kebaikan dan pertobatan. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa hidup di dalam persekutuan dan lingkungan orang-orang percaya tidak menjamin seseorang hidup di dalam Kristus. 
Mengapa peristiwa tragis ini bisa terjadi? Apa penyebabnya? Mengapa Yudas dengan tega mengkhianati Gurunya? Apa latar belakangnya? Bukankah Yudas  seharusnya seperti murid-murid lain yang sangat mengasihi sang Guru? 
Matius 26:14-16 merupakan reaksi dari ayat sebelumnya. Yudas yang sebelumnya begitu sengit melihat minyak yang mahal yang seharusnya dimilikinya tetapi tidak terjadi demikian, kemudian Yudas pergi ke Imam Kepala untuk menjual, dan  mencari kesempatan untuk menyerahkan Tuhan Yesus.  Ada tiga hal yang akan kita perhatikan bersama, yaitu:

1. YUDAS TIDAK PERNAH MENGHARGAI TUHAN YESUS
Yudas Iskariot adalah murid yang sah, sebab dia  adalah salah satu murid yang dipilih Tuhan Yesus secara langsung setelah melalui doa, ia berasal dari kota Keriot di Yehuda.  Seharusnya sebagai seorang murid yang baik pasti ia akan menghargai Gurunya, namun sikap ini rupanya tidak terlihat dari sikap hidup Yudas.
Jadi boleh dikatakan sejak semula sudah ada unsur-unsur yang nampak bahwa Yudas bakal melakukan sesuatu yang secara manusia merugikan Tuhan Yesus.
Salah satunya yang terlihat adalah tatkala Maria mengurapi kaki Tuhan Yesus dengan minyak Narwastu. Yudas dengan terus terang menegur sikap Maria, baginya minyak tersebut lebih baik dijual lalu uangnya dipersembahkan bagi orang-orang miskin dan pekerjaan Tuhan (coba  anda perhatikan Yohanes 12:1-8 ada indikasi yang lebih jelas menyebutkan bahwa yang menegor itu Yudas, Matius 26:6-13 dan Markus 14:3-9 tidak menyebutkan nama murid).
Apakah etis, jika Yudas  mengatakan kalimat ini di depan Tuhan Yesus yang nota bene Gurunya. Melalui konteks pembicaraan ini, jelas bahwa Yudas tidak menghargai Yesus sebagai seorang Guru, sehingga kalimat itu dilontarkan tanpa perasaan bersalah. Tidak dihargai oleh seseorang sesungguhnya sesuatu perbuatan yang sangat menyakitkan, saya yakin secara manusiawi Yesus merasakan itu.

Oleh sebab itu tidak heran kalau secara refleks Yesus menegor Yudas; "Orang-orang miskin itu selalu ada di hati kalian, sementara Aku tidak"? Suatu sindiran yg tajam, namun murid-murid-Nya tetap tidak mengerti.
Mengapa Yudas sampai hati memperlakukan Yesus demikian? Jelas di sini pengenalannya akan Yesus cukup dangkal, walaupun tidak dapat kita pungkiri bahwa Yudas pernah hidup bersama-sama Tuhan Yesus kurang lebih  tiga sampai tiga setengah tahun, namun semua itu hanya merupakan pengenalan yang semu.
Yesus hanya dianggap manusia biasa, guru biasa sama seperti manusia-manusia lainnya. Yudas mengenal Yesus hanya sebatas sebagai "Rabi" seperti yang tertulis di dalam Injil (bandingkan Matius 26:25), beda dengan murid-murid Yesus yang lain mereka mengenal lebih dalam, Yesus sebagai Mesias Anak Allah yang Hidup (Ini merupakan pengakuan Simon Petrus, lihat dan baca Injil Matius 16:16) atau pengakuan Tomas yakni Tuhan Allah (lihat Yohanes 20:28).
Oleh karena ambisi pribadinya, Yudas rela menjadi alat dari Iblis. Pada akhirnya dia tega menjual gurunya dengan bayaran 30 keping uang perak.  Inisiatif penjualan Yesus datang dari Yudas, bukan dari pihak tokoh-tokoh Yahudi. Nilai dari 30 keping perak. William Barclay mengatakan bahwa ‘uang perak’ (piece of silver) dalam bahasa Yunani adalah ARGURIA, dan 1 arguria setara dengan upah orang bekerja dalam 4 hari. Jadi Yudas menjual Yesus seharga gaji orang bekerja selama 120 hari (4 bulan)! A. T. Robertson juga mengatakan bahwa 30 keping perak itu setara dengan 120 dinar, upah buruh harian selama 120 hari kerja.
Orang Kristen bisa menjual Kristus dengan banyak cara, seperti:
ü  Menggunakan kuasa gelap dalam pekerjaan sehingga sukses secara luar biasa, mendapatkan kenaikan pangkat, dsb.
ü  Menikah dengan orang agama lain dan pindah ke agama pasangannya itu.
ü  Bolos gereja demi suatu bisnis yang menjanjikan banyak uang.
ü  Mencuri di gereja!,dlsb.
Bagaimana dengan anda dan saya? Seberapa dalam pengenalan kita akan Tuhan Yesus? Apakah Dia hanya sebatas Guru? Apakah Dia hanya sebatas Penolong? Apakah hanya sebatas si Penjawab Doa?   
Kalau kita membatas-batasi pengenalan kita akan Tuhan Yesus demikian, maka kita akan mengalami kerugian besar. Ketika kita mengalami masalah yang sulit terpecahkan, kita akan menganggap bahwa Tuhan  tidak akan mau menolong kita.  Kita hanya percaya bila segala permasalahan dan kesusahan itu bisa dilenyapkan oleh Yesus, dengan kata lain menurut konsep ini orang yang percaya pada Tuhan Yesus tidak pernah menderita. Ini konsep yang keliru, jangan anda terjerumus. Kalau kita mengadopsi konsep yang keliru ini di dalam kehidupan kita, maka kita tidak pernah akan menghargai Yesus sebagai Tuhan Allah.       

2. YUDAS TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN
         
Jikalau Tuhan Yesus saja tidak dihargai, jangan sekali-kali kita mengharapkan orang tersebut menghargai orang lain.

Tatkala Maria mengurapi Tuhan Yesus jelas motivasinya sangat murni, ia tidak berbuat hal yang salah. Tetapi sikap Yudas yg tidak simpatik mucul di sini, ia menudingnya sebagai sebuah pemborosan. Nasihatnya memang cukup masuk akal, lebih baik uang yg dibelikan Narwastu itu dipakai untuk menolong orang miskin. Bahasanya cukup rohani dan menyentuh perasan. TETAPI Yesus itu tidak bisa dibohongi, Ia membaca isi hati dan pikiran manusia secara menyeluruh, termasuk juga apa yang sedang dipikirkan Yudas. Dalam ucapan Yudas Iskariot yang kelihatannya masuk akal itu ada tersimpan sesuatu motivasi tersembunyi atau rahasia yang mendalam.
Yudas sesungguhnya tidak bermaksud agar uang tersebut dikirim kepada orang miskin, tetapi rupanya ia sedang memikirkan segi kegunaan uang itu bagi pribadinya. Jabatannya di dalam kelompok persekutuan murid-murid (rasul-rasul) sebagai seorang bendahara, sementara itu Yohanes 12:6 menyebutkannnya sebagai seorang pencuri. Baginya jikalau ada persembahan yang masuk, itu berarti tabungannya juga bertambah. Aktingnya terbongkar tatkala ia mencoba untuk menegor Maria, bagi Yudas itu merupakan pemborosan, tetapi bagi Yesus tidak.
Oleh karena selalu mementingkan diri sendiri, maka sikap Yudas Iskariot itu menjadi tidak menghargai orang lain. Aksi sosial yang dijalankan bagi orang miskin hanya merupakan topeng belaka, sementara ada banyak dana yang dikorupsi untuk keperluan pribadi. Jadi ketamakan yang ditambah dengan penipuan sudah begitu menggerogoti jiwa dan menguasai hatinya.
Hal itu membuat dirinya tidak sangup untuk melakukan sesuatu dengan jujur atau sesuatu perbuatan yang baik dan menguntungkan orang lain. Segala perbuatan dalam kehidupannya selalu hal yang merugikan orang lain.

Terlalu gampang di dalam kehidupan kita terjebak melakukan perbuatan yang seperti Yudas, bukan? Kita, kadang kala melakukan sesuatu perbuatan baik, tetapi embel-embelnya nanti untuk diri sendiri, hal ini sering kali kita lakukan tanpa disadari, bahkan dalam hal-hal yang sangat rohani
ü  Kita memberi persembahan buat pelayanan di gereja, maunya nama kita dibaca oleh orang banyak.  
ü  Kita mau melayani kalau terpilih menjadi pengurus atau majelis. Padahal firman Tuhan mengatakan apa yang diperbuat tangan kananmu jangan diketahui oleh tangan kirimu (Matius 6:3).
Sungguh riskan, padahal Tuhan itu maha tahu, tetapi kita lebih suka memberitahukan pada manusia.
Mari kita cek motivasi dan hati nurani kita, apakah ada unsur kepentingan diri  lebih besar dari mementingkan orang lain?

3. YUDAS TIDAK MENGHARGAI DIRI SENDIRI
Orang yang tidak menghargai Tuhan dan tidak menghargai orang lain, maka diperkirakan ia tidak menghargai diri sendiri. Kisah kehidupan Yudas tidak diakhiri dengan Happy Ending, tetapi justru hal yang sangat mengenaskan. Ia memang menyesal telah menghianati Gurunya, TETAPI bukan bertobat, namun ia bunuh diri dengan cara yang sangat tragis.
Tragedi ini seharusnya menjadi peringatan terus-menerus bagi orang-orang percaya. Memang ada orang yang mencoba merekah-rekah, mengapa Yudas itu sampai hati menjual Gurunya.
Menurut beberapa ahli secara  psikologi, ternyata ada beberapa masukan yakni; Yudas itu tamak, cinta uang, ada perasaan cemburu kepada murid-murid yang lain dan ketakutannya akan akhir pelayanan Gurunya yang tidak terelakkan, Matius 20:17 (kematian), sehingga mendorongnya untuk menghianati Gurunya dan mengkhianati rekan-rekannya dan pengkhianatan ini dilakukan demi menyelamatkan diri.
Setiap orang pasti tidak mau dihianati, tetapi tahukah saudara bahwa dunia ini penuh dengan penghianat-penghianat. Mungkin saudara tidak mau disebut sebagai penghianat, tetapi saudara mengerjakan penghianatan. Dan kita engga mau dihianati, kita berusaha agar tidak dihianati. Tetapi dalam kenyataannya, kita harus melewati penghianatan juga.
Nah, banyak orang yg tidak siap untuk dihianati, akhirnya mereka begitu kecewa. Ada banyak rumah tangga yg akhirnya bercerai, kenapa? Suami saya berhianat. Ada banyak orang yg rela menjadi wanita simpanan karena pacarnya dulu berhianat kepadanya, sehingga hati saya luka dan sakit. Dan kalau laki-laki dapat berbuat begitu kepada saya, maka saya juga dapat berbuat begitu kepada laki-laki. Saudaraku, dihianati merupakan suatu hal yg menyakitkan.

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, Yesus juga dihianati. Tahukah saudara bahwa dimanapun Yesus ada, Yesus selalu mengerjakan mujijat. Di manapun Yesus ada, Yesus memberkati. Di manapun Yesus ada, Yesus selalu mengerjakan perkara-perkara yg besar dan luar biasa. Seharusnya Yesus menerima pujian dan kata-kata yang manis. Tetapi, justru oleh muridNYA (Yudas) sendiri Yesus dihianati.
Pelajaran terpenting lain tentang “PENGHIANATAN’, yg dapat kita pelajari dari bagian teks Matius 26:14-16 ini:
·        Penghianatan bisa saja terjadi dengan orang yang dekat dengan kita. Orang yg menurut kita engga mungkin bisa berbuat seperti itu.  Tuhan Yesus dihianati bukan oleh orang Farisi, atau oleh ahli-ahli Taurat, atau oleh orang-orang yg mejanya pernah dibalikkan oleh Yesus, atau oleh orang-orang yg pernah berada di Bait Allah. TETAPI, Yesus dihianati oleh orang yg dekat denganNYA.
Meskipun orang yg terdekat sekalipun dengan saudara dapat menyakiti saudara, janganlah saudara langsung kecewa, dan lari dari kenyataan hidup. Kalau Tuhan ijinkan ini terjadi, pasti ada maksud yg terbaik di balik semuanya.
Kita mungkin belum mengerti, kita mungkin belum memahami. Tetapi dengar baik, bahwa setan bisa pakai siapa saja dan apa saja yg dapat dipakainya. Setan dapat membuat engkau mundur dari Tuhan, membuat engkau kecewa, membuat engkau lari dan bahkan menjadi murtad sekalipun. Cara yg paling gampang dari setan adalah dengan mendatangkan penghianatan dari orang yg dekat dengan kita.

·         Penghianatan bisa terjadi tanpa sebuah kesalahan. Yesus tidak berbuat salah kepada Yudas, tetapi Yudas menghianatiNya. Itulah sebabnya ketika penghianatan terjadi, saudara engga perlu kecil hati dan bilang,"apakah salah saya?" Bisa saja orang yang pernah saudara tolong, tiba-tiba ia berhianat kepada saudara. Orang yg begitu dekat dan saudara percayai, bahkan segala kunci rahasia saudara telah beberkan.
Tetapi, tiba-tiba ia berhianat kepada saudara. Di depan saudara mungkin ia seorang penjilat yg manis, tetapi di belakang saudara, ia adalah seorang yg menikam saudara dari belakang. Bila itu terjadi dalam hidup kita, tegarkanlah hati saudara dan bilang sama Tuhan, "Tuhan, Allah adalah hakim di atas segala-galanya yg adil, kalau saya buat kesalahan, biarlah saya siap untuk ditegur, tetapi kalau saya tidak buat kesalahan, Allah akan menyatakan kebenaran saya."
·        Bagi orang benar/percaya di balik penghianatan ada rencana yg indah. Tahukah saudara justru lewat penghianatan Yudas, justru ada salib. Lewat salib justru ada kematian. Lewat kematian ada penebusan. Lewat penebusan ada kebangkitan, lewat kebangkitan ada Karya Allah yg besar untuk menjemput kita bersama-sama ke Sorga. Jadi, di mana Yesus berada, kita akan berada untuk selama-lamanya.
Hari ini, mungkin engkau dihianati, tetapi jika engkau tetap tegar, tetap mengampuni dan tetap menyerahkannya dalam keadilan Allah, ingat! Bahwa Allah dapat mengubah kutuk menjadi berkat dalam hidup saudara!.
Mengasihi orang yang mengasihi kita itu namanya hal yang wajar/ manusiawi; mengkhianati orang yang mengasihi kita itu namanya kurang ajar/ tidak manusiawi, tetapi mengasihi orang yang mengkhianati kita itu adalah ilahi.

Kita sering melihat diri Yudas sebagai satu-satunya pengkhianat yang pernah menjual diri Kristus. Padahal Yudas bukanlah satu-satunya orang yang mengkhianati Yesus di dalam kehidupan kekristenan. Dia hanyalah salah satu orang yang mengkhianati Yesus. Orang percaya juga dapat mengkhianati Yesus, seperti Yudas jikalau tidak bersungguh-sungguh mengikuti Tuhan.

Ibu/Bapak/ Sdr-sdrku yg kekasih dalam Tuhan Yesus...,
          Yudas tidak mengargai Tuhan Yesus, tidak menghargai sesama dan tidak menghargai dirinya sendiri.
Alkitab tidak pernah menceritakan pertobatan Yudas, memang ia pernah menyesal karena menyerahkan Tuhan Yesus dengan imbalan tiga puluh keping perak, tetapi ia tidak pernah bertobat (Matius 27). Yudas tidak bertobat, ia hanya  mengambil jalan pintas. Kisah 1:25 mencatat bahwa ia telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.  Seorang pengkhianat Yesus yang tidak mau kembali pada Yesus, tempat yang wajar baginya yakni neraka, tidak ada pilihan lain lagi.

Inilah pembuktian bahwa Yudas sesungguhnya tidak menghargai dirinya sendiri. Tuhan Yesus cukup memberikan didikan, kesabaran, namun dia tetap tidak mau kembali ke jalan yang benar, dia merasa dirinya hina, tidak berharga, lebih wajar jika ke neraka.

PENUTUP
PERTANYAAN MENDESAK yang harus direnungkan bagi setiap kita, adalah:
ü  Apakah motivasi Saudara dalam mengikut Tuhan dan rajin beribadah? Yudas hidup bersama, dekat dan mengikut Tuhan Yesus selama 3 tahun lebih, Ia bahkan melihat sendiri kuasa Tuhan Yesus dan mendengar sendiri pengajaran Tuhan Yesus tetapi Yudas memiliki motivasi dan “agenda pribadi” selama dia mengikut Yesus. Kedekatannya dengan Tuhan tidaklah otomatis memberikannya jaminan keselamatan. Yudas mengikuti Tuhan Yesus secara fisik NAMUN tidak secara hati. Yudas memang tidak pernah sungguh-sungguh berkomitmen mengikuti Tuhan Yesus sebagai murid yang sejati, walaupun secara lahiriah ia sibuk mengikuti dan menaati Tuhan Yesus.
Keaktifan kita terlibat dalam hal rohani atau sudah lama menjadi orang Kristen, bukanlah bukti utama bahwa kita murid Kristus yang sejati!.



ü  Apakah Saudara memiliki pertobatan yang sejati?  Pertobatan yang sejati tidak cukup berhenti pada rasa bersalah, TETAPI bagaimana mengambil keputusan untuk kembali kepada Bapa, itulah pertobatan yang sejati. Kata “SHUB” (bhs. Ibrani, “METANOIA”, bhs. Yunani artinya: “BERBALIK” – Sadar akan kesalahan, menyesal, kemudian mengambil keputusan berbalik kepada Allah, meninggalkan segala doa dan hidup baru menuju kepada Allah di dalam Tuhan Yesus). Itu pertobatan yang sejati!.

ü  Apakah Saudara “menjual” Tuhan Yesus demi hal lain dalam hidupmu?  Mungkin anda bukan pengkhianat Yesus, anda tidak pernah menjual Yesus hingga disalibkan. Pengertian “menjual” Tuhan Yesus, dapat diartikan kita rela mengorbankan atau menomorduakan Tuhan demi “sesuatu” atau hal lain. Hal itu bisa karir/ pekerjaan, studi, memilih jodoh/ pasangan, dsb. Ketika kita menggeser posisi Tuhan Yesus sebagai yang utama dalam hidup kita dengan yg lain, maka kita sama dgan ‘menjual’ Tuhan Yesus.
Marilah kita menghargai Tuhan Yesus, artinya menomorsatukan Tuhan Yesus dalam segala hal, dengan demikian kita pasti akan menghargai sesama, yaitu memiliki motivasi dan hati nurani mementingkan orang lain,  serta menghargai diri kita sendiri – sebab kita sudah menerima Tuhan Yesus, kita sudah diselamatkan – sehingga hidup kita ini berharga, maka dengan kasih yang murni harus kita serahkan sebagai alat untuk kemuliaan Tuhan Yesus.  Tuhan Yesus memberkati!.Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pola Hidup Jemaat Filadelfia

Pola Hidup Jemaat Filadelfia Wahyu 3:7-13                                                                PENDAHULUAN Melalui pembacaan firman Tuhan yang terambil dari kitab Wahyu 3:7-29 ini saya ingin mengajak kita semua untuk melihat bagaimana luar biasanya jemaat Tuhan di kota ini. Mereka yang tidak memiliki kekuatan besar tetapi mampu tetap mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus. Kota Filadelfia adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh gunung berapi sehingga di kota ini seringkali terjadi gempa bumi yang hebat dan sering disebut juga tanah berapi. Karena kota ini dikelilingi oleh banyak gunung berapi, maka kota ini memiliki tanah yang subur. Kota...

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI 1 Petrus 5:1-6 Melayani menjadi satu respons yang indah ketika seseorang mengalami hidup yang diberkati Tuhan. Bukan saja mereka yang duduk di dalam jabatan, bukan saja mereka yang berada di dalam satu pelayanan di dalam gereja, setiap anak Tuhan sepatutnya dan seharusnya memiliki prinsip hidup kita adalah hidup yang melayani Tuhan. Surat 1 Petrus , khususnya pasal ke 5 adalah satu bagian dimana Petrus yang sudah tua sedang berbicara kepada hamba-hamba Tuhan yang masih muda, dan juga kepada badan-badan pengurus gereja dimana mereka melayani. Tetapi saya juga yakin dan percaya firman Tuhan ini relevan diberikan untuk setiap kita, memberi direksi bagaimana sikap kita, hidup kita melayani Kristus yang sudah datang terlebih dahulu sebagai Gembala kita yang agung yang melayani kita semua. Ada 3 Bagian tentang Hamba-hamba Tuhan yang Masih Muda Ada 3 bagian di sini, bagian pertama, ayat 1 berbicara mengenai dasar kenapa hidup kita melayani...

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN Dalam sepanjang hidup ini, setiap dari kita tentunya sudah pernah merasakan  kebaikan Tuhan. Kita ada sampai dengan saat ini dalam keadaan yang baik tanpa kekurangan suatu apapun, juga merupakan salah satu anugrah serta kebaikan Tuhan yang patut kita syukuri. Bahkan sedikit atau banyak kita semua pasti pernah mendapatkan anugrah dari Tuhan, apakah itu berupa kesembuhan, berkat ataupun pertolongan Tuhan yang lain, sebab Yesus yang kita sembah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan dan kemurahan. Kebaikan terbesar yang Tuhan nyatakan yaitu ketika Ia rela mengorbankan diriNya di atas kayu salib bagi keselamatan umat manusia, dan tidak ada yang dapat menandingi kebaikan Tuhan. Oleh sebab itu, setiap hari kita perlu bersyukur atas kebaikan yang Tuhan nyatakan. Jangan pernah mengeluhkan kondisi yang kita alami, sebab ketika kita dapat bersyukur kita akan dapat melihat kebaikan Tuhan yang lebih besar lagi. Mazmur 34:9 mengatakan kecaplah ...