YUDAS ISKARIOT
Matius 26:14-16
Apa yang ada dalam pikiran kita ketika mendengar nama YUDAS ISKARIOT? Sebab di kalangan
orang Kristen, nama YUDAS ISKARIOT pasti sudah tidak asing lagi. Disebut Yudas Iskariot, karena Yudas adalah
anak laki-laki dari Simon Iskariot. Namun YUDAS
ISKARIOT dianggap pengkhianat. Inilah STIGMA negatif orang
pada umumnya “dilabelkan” terhadap Yudas Iskariot.
Itu
sebabnya,
tidak ada orang tua yang memberikan nama kepada anaknya Yudas. Pada hal,
nama Yudas (dari akar kata Ibrani: Yehudah) itu memiliki arti: TERPUJILAH TUHAN, atau YANG
DIPUJI/PUJIAN.
Jika memperhatikan Yudas Iskariot. Yudas seharusnya adalah orang yang
berbahagia dan
orang yang sangat beruntung. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan yang
mendasar, karena:
·
Yudas dipilih
secara pribadi oleh Tuhan Yesus untuk menjadi seorang rasul (salah satu dari 12
rasul). Yudas
mempunyai hak yang luar biasa sebagai murid/ rasul Tuhan. Sehingga Yudas
mendapatkan pengajaran-pengajaran yang penting dan luar biasa lansgung dari
Tuhan Yesus sendiri.
·
Yudas hidup
bersama Tuhan Yesus selama 3 tahun lebih. Yudas melakukan pelayanan bersama-sama dengan Tuhan
Yesus.
Selama bersama-sama dengan Yesus
selama 3 1/2 tahun, Yudas melihat langsung mujijat demi mujijat yang Yesus
kerjakan. Yudas melihat langsung Kuasa Allah yang terjadi di dalam pelayanan
Yesus. Yudas melihat langsung nubuat-nubuat Yesus yg terjadi. Yudas melihat
langsung Kuasa dan wibawa Allah yg terjadi di dalam pelayanan Yesus.
·
Yudas ditunjuk
untuk menjadi bendahara.
TETAPI, Yudas tidak menghargai kesempatan
ini. Sehingga Yudas kehilangan semua anugerah Tuhan dan akhirnya dia menjadi
orang yang terbuang.
Orang yang paling malang di dunia ini adalah mereka
yang menyebut dirinya Kristen kemudian ikut sibuk dalam berbagai pelayanan, bahkan
berkorban uang dan waktu; tetapi ia sendiri tidak pernah menikmati kerajaan
Allah. Tidak pernah menikmati suka-cita pelayanan. Mengapa bisa demikian?
Peristiwa
yang tragis ini akan terjadi tatkala seorang pengikut Tuhan Yesus tidak
sungguh-sungguh berkomitmen di dalam peyerahan diri dan taat pada-Nya. Memang
benar mungkin ia selalu berada di dalam lingkungan persekutuan orang-orang
percaya, menjalankan upacara dan ibadah keagamaan yang cukup sakral,
namun, namun akan sia-sia jika ia tidak memiliki Roh yang dari pada-Nya.
Dalam Alkitab ada banyak tokoh-tokoh yang
kerohaniannya mengalami pasang naik dan surut, namun itu tidak menjadi masalah,
sebab firman Tuhan selalu menjadi pedoman untuk membawa mereka kembali ke jalan
yang benar, sehingga jarang ada yang gagal sama sekali.
Lain halnya dengan salah satu murid Yesus yang bernama
Yudas Iskariot ini, Yudas mengalami kegagalan yang berlipat ganda. Mengapa
demikian? Celakanya sampai akhir hayat hidupnya, dalam diri Yudas tidak
ditemukan adanya unsur-unsur kebaikan dan pertobatan. Hal ini sekali
lagi membuktikan bahwa hidup di dalam persekutuan dan lingkungan orang-orang
percaya tidak menjamin seseorang hidup di dalam Kristus.
Mengapa peristiwa tragis ini bisa terjadi? Apa penyebabnya? Mengapa Yudas dengan tega mengkhianati Gurunya? Apa latar belakangnya? Bukankah Yudas seharusnya seperti
murid-murid lain yang sangat mengasihi sang Guru?
Matius 26:14-16 merupakan reaksi dari ayat
sebelumnya. Yudas yang sebelumnya begitu sengit melihat minyak yang mahal yang
seharusnya dimilikinya tetapi tidak terjadi demikian, kemudian Yudas pergi ke
Imam Kepala untuk menjual, dan mencari
kesempatan untuk menyerahkan Tuhan Yesus.
Ada tiga hal yang akan kita perhatikan bersama, yaitu:
1. YUDAS TIDAK PERNAH MENGHARGAI TUHAN YESUS
Yudas Iskariot adalah murid yang sah, sebab dia
adalah salah satu murid yang dipilih Tuhan Yesus secara langsung setelah
melalui doa, ia berasal dari kota Keriot di Yehuda. Seharusnya sebagai
seorang murid yang baik pasti ia akan menghargai Gurunya, namun sikap ini
rupanya tidak terlihat dari sikap hidup Yudas.
Jadi boleh
dikatakan sejak semula sudah ada unsur-unsur yang nampak bahwa Yudas bakal
melakukan sesuatu yang secara manusia merugikan Tuhan Yesus.
Salah
satunya yang terlihat adalah tatkala Maria mengurapi kaki Tuhan Yesus
dengan minyak Narwastu. Yudas dengan terus terang menegur sikap Maria, baginya
minyak tersebut lebih baik dijual lalu uangnya dipersembahkan bagi orang-orang miskin dan pekerjaan Tuhan (coba anda perhatikan Yohanes 12:1-8
ada indikasi yang lebih jelas menyebutkan bahwa yang menegor itu Yudas, Matius
26:6-13 dan Markus 14:3-9 tidak menyebutkan nama murid).
Apakah etis, jika Yudas mengatakan kalimat ini
di depan Tuhan Yesus yang nota bene Gurunya. Melalui konteks pembicaraan ini,
jelas bahwa Yudas tidak menghargai Yesus sebagai seorang Guru, sehingga kalimat
itu dilontarkan tanpa perasaan bersalah. Tidak dihargai oleh seseorang
sesungguhnya sesuatu perbuatan yang sangat menyakitkan, saya yakin secara
manusiawi Yesus merasakan itu.
Oleh sebab
itu tidak heran kalau secara refleks Yesus menegor Yudas; "Orang-orang
miskin itu selalu ada di hati kalian, sementara Aku tidak"? Suatu
sindiran yg tajam, namun murid-murid-Nya tetap tidak mengerti.
Mengapa
Yudas sampai hati memperlakukan Yesus demikian? Jelas di sini pengenalannya
akan Yesus cukup dangkal, walaupun tidak dapat kita pungkiri bahwa Yudas pernah
hidup bersama-sama Tuhan Yesus kurang lebih tiga sampai tiga setengah
tahun, namun semua itu hanya merupakan pengenalan yang semu.
Yesus hanya
dianggap manusia biasa, guru biasa sama seperti manusia-manusia lainnya. Yudas
mengenal Yesus hanya sebatas sebagai "Rabi" seperti yang tertulis di
dalam Injil (bandingkan Matius 26:25), beda dengan murid-murid Yesus yang lain
mereka mengenal lebih dalam, Yesus sebagai Mesias Anak Allah yang Hidup
(Ini merupakan pengakuan Simon Petrus,
lihat dan baca Injil Matius 16:16) atau pengakuan Tomas yakni Tuhan Allah
(lihat Yohanes 20:28).
Oleh karena ambisi pribadinya, Yudas rela menjadi alat dari Iblis. Pada akhirnya dia tega menjual gurunya
dengan bayaran 30 keping uang perak. Inisiatif penjualan Yesus datang
dari Yudas, bukan dari pihak tokoh-tokoh Yahudi. Nilai dari 30 keping perak. William
Barclay mengatakan bahwa ‘uang perak’ (piece of silver) dalam bahasa Yunani
adalah ARGURIA, dan 1 arguria setara dengan upah orang bekerja dalam 4
hari. Jadi Yudas menjual Yesus seharga gaji orang bekerja selama 120 hari (4
bulan)! A. T. Robertson juga
mengatakan bahwa 30 keping perak itu setara dengan 120 dinar, upah buruh harian
selama 120 hari kerja.
Orang Kristen bisa menjual Kristus
dengan banyak cara, seperti:
ü Menggunakan kuasa gelap dalam
pekerjaan sehingga sukses secara luar biasa, mendapatkan kenaikan pangkat, dsb.
ü Menikah dengan orang agama lain dan
pindah ke agama pasangannya itu.
ü Bolos gereja demi suatu bisnis yang
menjanjikan banyak uang.
ü Mencuri di gereja!,dlsb.
Bagaimana dengan anda dan saya? Seberapa dalam pengenalan kita akan
Tuhan Yesus? Apakah Dia hanya
sebatas Guru? Apakah Dia hanya
sebatas Penolong? Apakah hanya
sebatas si Penjawab Doa?
Kalau kita
membatas-batasi pengenalan kita akan Tuhan Yesus demikian, maka kita akan mengalami
kerugian besar. Ketika kita mengalami masalah yang sulit terpecahkan, kita akan
menganggap bahwa Tuhan tidak akan mau menolong kita. Kita hanya
percaya bila segala permasalahan dan kesusahan itu bisa dilenyapkan oleh Yesus,
dengan kata lain menurut konsep ini orang yang percaya pada Tuhan Yesus tidak
pernah menderita. Ini konsep yang keliru, jangan anda terjerumus. Kalau kita
mengadopsi konsep yang keliru ini di dalam kehidupan kita, maka kita tidak
pernah akan menghargai Yesus sebagai Tuhan Allah.
2. YUDAS TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN
Jikalau Tuhan Yesus saja tidak dihargai, jangan
sekali-kali kita mengharapkan orang tersebut menghargai orang lain.
Tatkala
Maria mengurapi Tuhan Yesus jelas motivasinya
sangat murni, ia tidak berbuat hal yang salah. Tetapi sikap Yudas yg
tidak simpatik mucul di sini, ia menudingnya sebagai sebuah pemborosan. Nasihatnya memang cukup masuk
akal, lebih baik uang yg dibelikan Narwastu itu dipakai untuk menolong orang
miskin. Bahasanya cukup rohani
dan menyentuh perasan. TETAPI Yesus itu tidak bisa dibohongi, Ia membaca
isi hati dan pikiran manusia secara menyeluruh, termasuk juga apa yang sedang
dipikirkan Yudas. Dalam ucapan Yudas Iskariot yang kelihatannya masuk akal itu ada
tersimpan sesuatu motivasi tersembunyi atau rahasia yang mendalam.
Yudas sesungguhnya tidak bermaksud agar uang tersebut
dikirim kepada orang miskin, tetapi rupanya ia sedang memikirkan segi kegunaan
uang itu bagi pribadinya. Jabatannya di dalam kelompok persekutuan murid-murid
(rasul-rasul) sebagai seorang bendahara, sementara itu Yohanes 12:6
menyebutkannnya sebagai seorang pencuri.
Baginya jikalau ada persembahan yang masuk, itu berarti tabungannya juga
bertambah. Aktingnya terbongkar tatkala ia mencoba untuk menegor Maria, bagi Yudas
itu merupakan pemborosan, tetapi bagi Yesus tidak.
Oleh karena selalu mementingkan diri sendiri,
maka sikap Yudas Iskariot itu menjadi tidak menghargai orang lain. Aksi sosial yang dijalankan bagi orang
miskin hanya merupakan topeng belaka, sementara ada banyak dana yang dikorupsi
untuk keperluan pribadi. Jadi ketamakan yang ditambah dengan penipuan sudah
begitu menggerogoti jiwa dan menguasai hatinya.
Hal itu
membuat dirinya tidak sangup untuk melakukan sesuatu dengan jujur atau sesuatu
perbuatan yang baik dan menguntungkan orang lain. Segala perbuatan dalam
kehidupannya selalu hal yang merugikan orang lain.
Terlalu
gampang di dalam
kehidupan kita terjebak melakukan perbuatan yang seperti Yudas, bukan? Kita, kadang kala melakukan sesuatu perbuatan baik, tetapi
embel-embelnya nanti untuk diri sendiri, hal ini sering kali kita lakukan tanpa
disadari, bahkan dalam
hal-hal yang sangat rohani.
ü Kita memberi persembahan buat
pelayanan di gereja, maunya nama
kita dibaca oleh orang banyak.
ü Kita mau melayani kalau terpilih menjadi pengurus atau
majelis. Padahal firman Tuhan mengatakan apa yang diperbuat tangan kananmu
jangan diketahui oleh tangan kirimu (Matius 6:3).
Sungguh
riskan, padahal Tuhan itu maha tahu, tetapi kita lebih suka memberitahukan pada
manusia.
Mari kita cek motivasi dan hati
nurani kita, apakah ada unsur kepentingan diri lebih besar dari
mementingkan orang lain?
3. YUDAS TIDAK MENGHARGAI DIRI SENDIRI
Orang yang tidak menghargai Tuhan dan tidak
menghargai orang lain, maka diperkirakan ia tidak menghargai diri
sendiri. Kisah kehidupan Yudas tidak diakhiri dengan Happy Ending,
tetapi justru hal yang sangat
mengenaskan. Ia memang menyesal
telah menghianati Gurunya,
TETAPI bukan bertobat, namun ia bunuh diri dengan cara yang sangat
tragis.
Tragedi ini seharusnya menjadi peringatan
terus-menerus bagi orang-orang percaya. Memang ada orang yang mencoba
merekah-rekah, mengapa Yudas itu sampai hati menjual Gurunya.
Menurut
beberapa ahli secara psikologi, ternyata ada beberapa masukan yakni;
Yudas itu tamak, cinta uang, ada perasaan cemburu kepada murid-murid yang lain
dan ketakutannya akan akhir pelayanan Gurunya yang tidak terelakkan, Matius
20:17 (kematian), sehingga mendorongnya untuk menghianati Gurunya dan mengkhianati
rekan-rekannya dan pengkhianatan ini dilakukan demi menyelamatkan
diri.
Setiap orang pasti tidak mau dihianati, tetapi tahukah
saudara bahwa dunia ini penuh dengan penghianat-penghianat. Mungkin saudara
tidak mau disebut sebagai penghianat, tetapi saudara mengerjakan penghianatan.
Dan kita engga mau dihianati, kita berusaha agar tidak dihianati. Tetapi dalam
kenyataannya, kita harus melewati penghianatan juga.
Nah, banyak
orang yg tidak siap untuk dihianati, akhirnya mereka begitu kecewa. Ada banyak rumah tangga yg akhirnya
bercerai, kenapa? Suami saya berhianat. Ada
banyak orang yg rela menjadi wanita simpanan karena pacarnya dulu berhianat
kepadanya, sehingga hati saya luka dan sakit. Dan kalau laki-laki dapat berbuat
begitu kepada saya, maka saya juga dapat berbuat begitu kepada laki-laki.
Saudaraku, dihianati merupakan suatu hal yg menyakitkan.
Saudaraku yg
kekasih dalam Tuhan, Yesus juga dihianati. Tahukah saudara bahwa dimanapun Yesus ada, Yesus
selalu mengerjakan mujijat. Di manapun Yesus ada, Yesus memberkati. Di manapun
Yesus ada, Yesus selalu mengerjakan perkara-perkara yg besar dan luar biasa.
Seharusnya Yesus menerima pujian dan kata-kata yang manis. Tetapi, justru oleh
muridNYA (Yudas) sendiri Yesus dihianati.
Pelajaran terpenting lain tentang “PENGHIANATAN’, yg
dapat kita pelajari dari bagian teks Matius 26:14-16 ini:
·
Penghianatan bisa saja terjadi
dengan orang yang dekat dengan kita. Orang yg menurut kita engga mungkin bisa
berbuat seperti itu. Tuhan Yesus dihianati bukan oleh orang Farisi,
atau oleh ahli-ahli Taurat, atau oleh orang-orang yg mejanya pernah dibalikkan
oleh Yesus, atau oleh orang-orang yg pernah berada di Bait Allah. TETAPI, Yesus
dihianati oleh orang yg dekat denganNYA.
Meskipun orang yg terdekat sekalipun
dengan saudara dapat menyakiti saudara, janganlah saudara langsung kecewa, dan
lari dari kenyataan hidup. Kalau Tuhan ijinkan ini terjadi, pasti ada maksud yg
terbaik di balik semuanya.
Kita mungkin belum mengerti, kita
mungkin belum memahami. Tetapi dengar baik, bahwa setan bisa pakai siapa saja
dan apa saja yg dapat dipakainya. Setan dapat membuat engkau mundur dari Tuhan,
membuat engkau kecewa, membuat engkau lari dan bahkan menjadi murtad sekalipun.
Cara yg paling gampang dari setan adalah dengan mendatangkan penghianatan dari
orang yg dekat dengan kita.
·
Penghianatan
bisa terjadi tanpa sebuah kesalahan. Yesus tidak berbuat salah kepada
Yudas, tetapi Yudas menghianatiNya. Itulah sebabnya ketika penghianatan
terjadi, saudara engga perlu kecil hati dan bilang,"apakah salah saya?" Bisa saja orang yang pernah saudara
tolong, tiba-tiba ia berhianat kepada saudara. Orang yg begitu dekat dan
saudara percayai, bahkan segala kunci rahasia saudara telah beberkan.
Tetapi, tiba-tiba ia berhianat
kepada saudara. Di depan saudara mungkin ia seorang penjilat yg manis, tetapi
di belakang saudara, ia adalah seorang yg menikam saudara dari belakang. Bila
itu terjadi dalam hidup kita, tegarkanlah hati saudara dan bilang sama Tuhan,
"Tuhan, Allah adalah hakim di atas
segala-galanya yg adil, kalau saya buat kesalahan, biarlah saya siap untuk
ditegur, tetapi kalau saya tidak buat kesalahan, Allah akan menyatakan
kebenaran saya."
·
Bagi orang benar/percaya di balik
penghianatan ada rencana yg indah. Tahukah saudara justru lewat penghianatan Yudas, justru ada salib. Lewat salib justru ada kematian. Lewat kematian ada penebusan. Lewat penebusan ada kebangkitan, lewat kebangkitan ada Karya Allah yg besar untuk menjemput
kita bersama-sama ke Sorga. Jadi, di mana Yesus berada, kita akan berada untuk
selama-lamanya.
Hari ini, mungkin engkau dihianati,
tetapi jika engkau tetap tegar,
tetap mengampuni dan tetap menyerahkannya dalam keadilan
Allah, ingat! Bahwa Allah dapat mengubah kutuk menjadi berkat dalam
hidup saudara!.
Mengasihi orang yang mengasihi kita
itu namanya hal yang wajar/ manusiawi; mengkhianati orang yang mengasihi kita
itu namanya kurang ajar/ tidak manusiawi, tetapi mengasihi orang yang
mengkhianati kita itu adalah ilahi.
Kita sering melihat diri Yudas sebagai satu-satunya
pengkhianat yang pernah menjual diri Kristus. Padahal Yudas
bukanlah satu-satunya orang yang mengkhianati Yesus di dalam
kehidupan kekristenan. Dia hanyalah salah
satu orang yang mengkhianati Yesus. Orang percaya juga dapat mengkhianati
Yesus, seperti Yudas jikalau tidak bersungguh-sungguh mengikuti Tuhan.
Ibu/Bapak/ Sdr-sdrku yg kekasih dalam Tuhan Yesus...,
Yudas
tidak mengargai Tuhan Yesus, tidak
menghargai sesama dan tidak menghargai
dirinya sendiri.
Alkitab
tidak pernah menceritakan pertobatan Yudas, memang ia pernah menyesal karena
menyerahkan Tuhan Yesus dengan imbalan tiga puluh keping perak, tetapi ia tidak
pernah bertobat (Matius 27). Yudas tidak bertobat, ia hanya mengambil
jalan pintas. Kisah 1:25 mencatat bahwa ia telah jatuh ke tempat yang wajar
baginya. Seorang pengkhianat Yesus yang tidak mau kembali pada Yesus,
tempat yang wajar baginya yakni neraka, tidak ada pilihan lain lagi.
Inilah pembuktian bahwa Yudas sesungguhnya
tidak menghargai dirinya sendiri. Tuhan Yesus cukup memberikan didikan, kesabaran,
namun dia tetap tidak mau kembali ke jalan yang benar, dia merasa dirinya hina,
tidak berharga, lebih wajar jika ke neraka.
PENUTUP
PERTANYAAN
MENDESAK yang harus direnungkan bagi setiap kita, adalah:
ü Apakah
motivasi Saudara dalam mengikut Tuhan dan rajin beribadah? Yudas
hidup bersama, dekat dan mengikut Tuhan Yesus selama 3 tahun lebih, Ia bahkan
melihat sendiri kuasa Tuhan Yesus dan mendengar sendiri pengajaran Tuhan Yesus
tetapi Yudas memiliki motivasi dan “agenda pribadi” selama dia mengikut Yesus.
Kedekatannya dengan Tuhan tidaklah otomatis memberikannya jaminan keselamatan. Yudas
mengikuti Tuhan Yesus secara fisik NAMUN tidak secara hati. Yudas memang
tidak pernah sungguh-sungguh berkomitmen mengikuti Tuhan Yesus sebagai murid
yang sejati, walaupun secara lahiriah ia sibuk mengikuti dan menaati Tuhan
Yesus.
Keaktifan
kita terlibat dalam hal rohani atau sudah lama menjadi orang Kristen, bukanlah bukti utama bahwa kita murid
Kristus yang sejati!.
ü Apakah Saudara
memiliki pertobatan yang sejati? Pertobatan yang sejati tidak
cukup berhenti pada rasa bersalah, TETAPI bagaimana mengambil keputusan
untuk kembali kepada Bapa, itulah pertobatan yang sejati. Kata “SHUB” (bhs. Ibrani, “METANOIA”, bhs. Yunani artinya:
“BERBALIK” – Sadar akan kesalahan, menyesal, kemudian mengambil keputusan
berbalik kepada Allah, meninggalkan segala doa dan hidup baru menuju kepada Allah
di dalam Tuhan Yesus). Itu pertobatan yang sejati!.
ü Apakah Saudara
“menjual” Tuhan Yesus demi hal lain dalam hidupmu? Mungkin anda bukan pengkhianat
Yesus, anda tidak pernah menjual Yesus hingga disalibkan. Pengertian
“menjual” Tuhan Yesus, dapat diartikan kita rela mengorbankan atau
menomorduakan Tuhan demi “sesuatu” atau hal lain. Hal itu bisa karir/
pekerjaan, studi, memilih jodoh/ pasangan, dsb. Ketika kita menggeser posisi
Tuhan Yesus sebagai yang utama dalam hidup kita dengan yg lain, maka kita sama
dgan ‘menjual’ Tuhan Yesus.
Marilah kita menghargai
Tuhan Yesus, artinya menomorsatukan Tuhan Yesus dalam segala hal,
dengan demikian kita pasti akan menghargai
sesama, yaitu memiliki
motivasi dan hati nurani mementingkan orang lain, serta menghargai
diri kita sendiri – sebab kita
sudah menerima Tuhan Yesus, kita sudah diselamatkan – sehingga hidup kita ini
berharga, maka dengan kasih yang murni harus kita serahkan sebagai alat untuk
kemuliaan Tuhan Yesus. Tuhan
Yesus memberkati!.Amin
Komentar
Posting Komentar