Langsung ke konten utama

Ibadah kepada Allah yang Benar



Ibadah kepada Allah yang Benar
Keluaran 20:1-17


 Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah” baik di surga maupun di bumi dan memang benar ada banyak “allah” dan ada banyak “tuhan” yang demikian, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja yaitu Bapa, yang daripadaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Korintus 8:5-6).

 


Tuhan memberikan 10 Hukum Taurat, karena Tuhan mengasihi umat-Nya dan menuntut supaya umat-Nya mengerti, serta tidak melakukan apa yang dilarang Tuhan berdasarkan apa yang dipaparkan dalam Keluaran 20:1-17.
Pembagian Sepuluh Hukum Allah
Dekalog yang terdiri dari sepuluh firman tersebut adalah butir-butir hukum Tuhan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Seluruhnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Pelanggaran terhadap salah satu butir hukum tersebut berarti melanggar keseluruhan dari hukum tersebut (Yak. 2:10). Dalam menerima butir-butir dekalog hendaknya kita tidak tergoda untuk mengubah susunannya atau menyatukan butir-butirnya. Namun jika ditinjau dari obyeknya, dekalog dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
(1) Bagian pertama terdiri dari hukum kesatu sampai keempat. Bagian ini merupakan hukum-hukum yang mengatur hubungan umat dengan Allah.
(2) Bagian kedua terdiri dari hukum kelima sampai kesepuluh. Bagian ini merupakan hukum-hukum yang mengatur hubungan antar sesama.
Untuk itu, di bawah ini akan menjelaskan dengan memberikan empat kebenaran penting mengenai pentingnya Hukum Taurat bagi kita selaku orang percaya.

1. “Dimurnikan” (Keluaran 20:2-4)
- Tidak menyembah berhala
- Untuk hanya menyembah Allah
  • Keluaran 20:1: Dasa Titah ini diberikan secara langsung dari Tuhan kepada bangsa Israel melalui suara yang dapat didengar dan dahsyat sehingga mereka meresponinya dengan penuh ketakutan. Karena sebelum Dasa Titah diberikan, juga sesudah Dasa Titah dikeluarkan, Tuhan selalu berfirman melalui nabi-nabi. Dasa Titah merupakan suatu pedoman bagi perjalanan kehidupan umat Tuhan dan kompas kehidupan orang percaya.
·         Sepuluh Hukum dibuka dengan kalimat yang pendek saja, tetapi itu menjadi dasar dari perjanjian diteguhkan. “Akulah Tuhan Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir dan dari tempat perbudakan.” Dengan melakukan covenant ini mereka tidak hanya tahu, kenal dan alami tanpa Allah yang mereka tahu, kenal dan alami itu memberikan batasan definisi yang penting akan siapa Dia. Akulah Allah yang telah melakukan segala karya ini. Allah inilah yang harus engkau sembah dan taati sepenuhnya. Maka setelah menyebutkan hal itu, Tuhan menyatakan satu batasan definisi yang Tuhan beri kepada umatNya. “Jangan ada allah lain di hadapanKu…” Tentu Allah Yahweh itu harus dikontraskan dengan berhala dan illah-illah yang ada pada waktu itu untuk tidak boleh menjadi kompetisi dan tidak boleh disejajarkan setara dengan Allah. Waktu itu begitu banyak illah-illah yang disembah bangsa-bangsa. Ada Dagon, illah orang Filistin; ada Molokh, illah orang Kanaan, ada Baal dan Asyera, dsb. Belum lagi selama 400 tahun mereka berada di Mesir, ada berapa banyak illah Mesir yang sedikit banyak telah mengkontaminasi pola pikir dari bangsa Israel.

  • Keluaran 20:2: Allah yang telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir menghendaki agar kita yang telah dipilih/orang-orang percaya berkewajiban untuk belajar mentaati perintah Allah dan mengetahui secara nyata bahwa YHWH adalah Tuhan dan Allah yang telah menguduskan dan menyelamatkan kita oleh darah Yesus. Dalam badai pergumulan, seringkali ada ombak yang sering membuat kita takut, tetapi kalau kita melakukan firman Tuhan dan hidup di dalam kebenaran-Nya kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
  • Keluaran 20:3: Titah Pertama, yang menekankan tidak boleh percaya kepada allah lain melainkan kepada satu Allah saja. Titah ini melarang penyembahan kepadaberbagai dewa. Allah tidak mau menerima hati yang mendua. Kita harus  menginvestasikan seluruh hidup kita kepada-Nya. Hidup ini penuh dengan ketidakpastian tetapi Allah yang kita sembah adalah Allah yang pasti. Ia harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan kita. Bila kita mementingkan kebutuhan diri sendiri, menempatkan keluarga sebagai yang utama, sibuk dalam pekerjaan, studi, hobi, dll sehingga kita dikendalikan oleh sifat keduniawian dan menomorsatukan hal lain selain Allah adalah bertentangan dengan titah yang diberikan Allah.
Jangan mengutamakan apapun dan siapapun lebih daripada Tuhan melainkan kita harus lebih lagi mengasihi Allah dengan segenap hati sambil selalu bergantung kepada-Nya, dan kita akan memperoleh lebih dari yang kita harapkan dari Tuhan.
Kedua, mengapa Allah dengan tegas di awal mengatakan “jangan ada allah lain padamu,” karena betapa gampang dan betapa mudahnya orang yang mengaku percaya Tuhan bisa memiliki berhala alternatif yang kepadanya kita bersandar. John Calvin mengatakan “Our heart is the perpetual factory of idols.” Bukan soal ada patung di rumahmu baru engkau disebut sebagai penyembah berhala. Tetapi ini adalah soal hati. Hati manusia yang berdosa seperti pabrik berhala yang terus ada di dalam hidupnya. Kalimat ini biar menjadikan kita mawas diri.
Maka 10 Hukum ini memperlihatkan Tuhan sendiri tahu orang yang datang menyembahNya selalu tergoda untuk mencari berhala-berhala yang lain yang cocok buat dia, yang convenient bagi dia. Sampai kepada era Tuhan Yesus bagaimana memahami hukum yang diberikan Tuhan dengan Musa, semua hukum itu hanya bisa disimpulkan dengan dua kalimat ini, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.” Keluaran 20:2 menyatakan berhala itu dalam bentuk yang berwujud patung, ukiran, dsb. Mungkin kita tidak mempunyai benda-benda seperti itu dalam rumah kita, tetapi apakah panggilan Tuhan untuk mengasihiNya dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan kita itu sungguh ada di dalam hati kita kepada Tuhan? Martin Luther memberikan batasan apa itu berhala, yaitu kepada siapa hati kita bersandar lebih daripada segala-galanya, itulah berhala kita. Sama seperti Thomas Watson, seorang tokoh Puritan abad 17 berkata kepada siapa engkau trust sepenuhnya lebih daripada engkau trust kepada Tuhan, itulah berhalamu.
Idolatry adalah satu tindakan penyembahan yang dilakukan manusia di dalam lubuk hati sedalam-dalamnya, meskipun ingin mengenal Tuhan, ingin percaya kepadaNya, tetapi berhala membutakan hati manusia.

Titah kedua yang menyatakan agar kita tidak menyembah Tuhan secara sembarangan berisi 2 larangan:
  • Larangan membuat patung untuk disembah. Tuhan tidak melarang membuat patung (contoh: Bilangan 21:8). Larangan ini berlaku bagi hal membuat patung yang tujuannya untuk disembah. Keluaran 32:2-4: Yang pertama kali melanggar titah kedua ini ternyata Harun, kakak dan juru bicara Musa sendiri, yang ditetapkan sebagai imam. Kita yang sudah percaya pun bisa jatuh ke dalam dosa ini dan akibatnya adalah murka Tuhan yang luar biasa artinya Tuhan tidak kompromi akan dosa. Patung untuk disembah dibuat berdasarkan pengertian dan imajinasi pembuat mengenai Allah sedangkan tidak ada orang yang pernah melihat rupa-Nya. Jadi bila seseorang menggambarkan Tuhan berdasarkan pengertian dan imajinasinya, itu pasti penggambaran tentang Tuhan yang salah. Yohanes 4:24: karena Allah adalah Roh maka tidak bisa digambarkan dengan benda seperti patung yang berwujud. Dari esensi ini kita bisa mengerti bahwa meski kita tidak membuat patung pun, bisa saja kita melanggar titah kedua ini. Segala sesuatu bentuk penyembahan yang berdasar pada imaginasi kita itu adalah pelanggaran akan titah kedua. Contoh: doa orang yang meminta Tuhan menampakkan diri bila benar-benar ada, atau doa janji serius melayani kalau Tuhan menyatakan diri, dsb. Sebaiknya kita berdoa supaya Tuhan menolong mata rohani kita agar bisa melihat Tuhan.
  • Larangan menyembah dan beribadah kepada patung. Kita harus beribadah, yaitu menyembah dan melayani Tuhan. Tapi aspek kedua ini mengajak kita untuk lebih jauh lagi, yaitu untuk menyembah dan melayani Tuhan dengan tidak sembarangan. Dengan adanya patung dapat membantu kita untuk mengimajinasikan Tuhan sehingga lebih mudah menyembah tetapi Tuhan ingin kita menyembah-Nya sesuai dengan cara yang Tuhan inginkan. Allah kita adalah Allah yang cemburu (Keluaran 20:5). Ada 2 jenis cemburu, yaitu cemburu tanpa alasan tepat, dan cemburu dengan alasan tepat. Cemburu yang dimiliki Allah adalah cemburu dengan alasan tepat, cemburu kudus, benar, yang hanya dimiliki Allah. Patung sebagus apapun tidak mungkin menggambarkan Allah dan jauh lebih rendah dari keberadaan Allah sesungguhnya. Kalau kita menyembah patung, kita merendahkan Allah. Itulah sebabnya Allah cemburu. Keluaran 20:5: murka Tuhan sedemikian besar atas pelanggaran ini dan Tuhan bahkan mengatakan bahwa orang yang menyembah patung adalah orang yang membenci Dia. Jangan menyembah dan melayani Tuhan sesuka hati, tetapi kita harus terus mengoreksi diri akan pengertian yang kurang sempurna mengenai Tuhan atau pelayanan yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan.

Pemahaman dan penyembahan yang salah terhadap Allah akan diteruskan dari generasi ke generasi sehingga bisa dimengerti tentang bagian mengenai murka Tuhan sampai ke keturunan keempat. Tetapi di sisi lain dinyatakan tentang kemurahan Allah yang menunjukkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang yang mengasihi-Nya dan berpegang pada perintah Tuhan. Kemurahan Allah jauh lebih besar, tinggi dan dalam dibanding kecemburuan Allah. Itulah sebabnya kita bisa diampuni Allah. Mari kita memelihara titah kedua dengan cara mengasihi Tuhan dan berpegang pada perintah-Nya bukan karena Allah cemburu dan akan murka, tapi karena Allah adalah Allah yang menunjukkan kasih setia-Nya kepada kita. Sudahkah kita menyembah dan melayani Tuhan baik secara pribadi maupun bersama-sama di gereja?
Titah ketiga ini melarang untuk menyebut nama “TUHAN”, Allah kita, dengan sembarangan. Nama “TUHAN” adalah penggambaran dari sifat Allah, nama Tuhan harus dikuduskan, dimuliakan dan dijunjung tinggi sebagai yang teramat kudus dan suci.
Penerapan titah ketiga ini:
  • Dalam ungkapan sehari-hari. Tidak boleh mengucapkan nama Tuhan secara basa-basi atau sembrono karena itu artinya mendukung kepalsuan kita/membohongi diri kita sendiri. Para ahli alkitab sekarang menyebut nama Tuhan ini dengan nama Yahweh (Ibrani: YHWH). Ketika kita menyebut nama Tuhan secara teologis seperti “puji Tuhan”, “Tuhan memberkati”, kita harus mengucapkannya dengan sungguh-sungguh sebagai ungkapan kerinduan hati kita.
  • Sumpah/janji. Dalam Matius 5:34, Ulangan 6:13, Ibrani 6:16, jelas ditekankan bahwwa kita tidak boleh bersumpah dusta. Alkitab tegas melarang sumpah dusta yang merupakan suatu dosa. Penilaian secara positif terhadap sumpah/janji yaitu kita boleh bersumpah jika kita sungguh menyatakannya sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
  • Dalam ibadah. ketika kita menyanyi atau berdoa dan menyebut nama Tuhan tidak dengan ketulusan hati sehingga ini merupakan peluang pelanggaran titah ketiga tanpa kita sadari. Di sisi lain, ketika kita memuji Tuhan dan berseru kepada-Nya dalam doa dan ucapan syukur, kita harus benar-benar memahami dan berpegang pada konsep bahwa Tuhan Yesus yang terutama dan di atas segala-galanya dalam hidup kita.
Keluaran 20:7: Tuhan tidak berkenan kepada orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Pelanggaran akan titah ketiga ini akan mendatangkan hukuman yang tertentu. Apakah kita sudah serius melakukan aspek positif dari titah ketiga ini? Mari kita mengaku dosa dan meminta ampun bila kita telah melanggar titah ini dan menggunakan nama Tuhan dengan sikap hormat sehingga kita dapat membawa hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya.

Kita perlu mengatur kehidupan kita dan meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang penting dalam hidup kita. Ada 4 hal mengenai hari Sabat yang ditegaskan dalam Ulangan 5:12-15 dan Keluaran 20:8–11:
·         Ingat dan kuduskan hari Sabat (Ul 5:12, Kel 20:8). Selain mengingat hari Sabat, kita juga diperintahkan untuk menguduskan hari Sabat dengan memisahkan, membedakan, mengkhususkan hari Sabat untuk Tuhan. Hari Sabat bagi bangsa Israel adalah Jumat malam sampai Sabtu malam, namun bagi orang Kristen, hari Sabat adalah hari pertama, yaitu hari Minggu. Mengapa berbeda? Orang Kristen merayakan hari Sabat pada hari Minggu karena mengikuti perubahan yang dilakukan oleh Tuhan. Walaupun tidak ada ayat Firman Tuhan yang mengatakan hal itu secara eksplisit, namun ada banyak ayat-ayat yang mencatat peristiwa-peristiwa yang membuat kita mengambil kesimpulan tersebut, seperti kebangkitan, penampakan Tuhan Yesus setelah kebangkitan, dan hari Pentakosta pada hari Minggu. Tuhan Yesus memberikan Paskah yang baru dengan makna yang baru dengan membedakan dan mengkhususkan hari Minggu dengan hari-hari yang lain. Peristiwa-peristiwa yang sangat penting dalam kekristenan dan berakar dari bangsa Yahudi diberi makna baru dan terjadinya juga di hari yang baru, sehingga kita dapat mengambil kesimpulan hari Sabat orang Kristen telah mengalami perubahan oleh Tuhan. Kita harus meluangkan waktu hari Minggu untuk hari Sabat.
·         a.     Bekerja dengan segenap hati (Ul 5:13, Kel 20:9). Orang Kristen harus mau bekerja dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan mengerjakan segala bagian pekerjaannya (Kolose 3:23, Efesus 4:25: standar bekerja orang Kristen). Menurut Max Weber, etika kerja orang Kristen telah membuat negara Eropa yang dipengaruhi etika kekristenan lebih maju dibandingkan dengan negara Eropa yang dipengaruhi pengajaran komunis. Malas bekerja merupakan pelanggaran titah ke-4.
·         b.    Maksimal bekerja 6 hari seminggu (Ul 5:13, Kel 20:9). Apabila kita melanggar maka ada kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan keuntungan. Contohnya generasi yang lahir setelah perang dunia ke-2 di Jepang bekerja keras membangun Jepang, namun ada juga akibat negatif seperti banyak orang yang stres dan bunuh diri, banyak keluarga berantakan, rendahnya tingkat kebahagiaan. Hal ini terjadi karena mereka melanggar batasan yang Tuhan buat. Mari kita bekerja keras, namun ada batasannya yaitu hari Minggu.
·         Pedoman mengisi hari Sabat (Ul 5:14, Kel 20:10). Tujuan utama kita berhenti dari rutinitas dan beristirahat di hari Minggu supaya hari itu dikhususkan untuk Tuhan. Hari Minggu merupakan hari untuk kita menyembah dan melayani Tuhan bersama-sama orang percaya di gereja. Karena seluruh hidup kita adalah milik Tuhan, seharusnya setiap hari kita beribadah dan melayani Tuhan. Tetapi Tuhan menurunkan standar tuntutan-Nya itu dan mengijinkan kita untuk bersama-sama beribadah dan melayani di gereja hanya di hari Minggu.
·         Alasan dan dasar mengingat hari Sabat (Ul 5:15, Kel 20:11): penciptaan, penyelamatan dan berkat Tuhan. Perintah untuk mengingat hari Sabat adalah untuk kebaikan kita sehingga kita menyadari bahwa segala berkat berasal dari Tuhan dan bersyukur. Kita mengingat Tuhan sebagai Pencipta kita yang telah menyelamatkan kita dari perbudakan dosa supaya kita menjadi anak-anak-Nya. Mari kita mempergunakan hari Minggu untuk mensyukuri berkat Tuhan.

2. “Menghormati” (Keluaran 20:12)
    - Agar mengalami umur yang panjang
    - Terhindar dari kejatuhan
I. Bagian Perintah: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu’. Menghormati adalah sikap dan tindakan dari seorang anak terhadap orangtua. Ada beberapa aspek dalam menghormati, yaitu:
Dalam bahasa Ibrani, hormat berarti menjadi berat, membuat berat. Menjadi berat berarti menjadi lambat, tidak cepat-cepat, tidak sembrono, tidak sembarangan melainkan sopan tehadap ayah dan ibu. Dalam penerapan kita tidak sembarangan berbicara melainkan memikirkan dulu apa yang pantas disampaikan oleh anak kepada orangtua. Sebaiknya kita memilih, merenungkan kata-kata yang pantas. Jangan memandang rendah orang tua terutama saat kita memiliki tingkat pendidikan atau kekayaan yang lebih baik dari mereka.  Jangan mengutuk, mengharapkan hal-hal yang buruk atau berbicara hal-hal yang jahat kepada orang tua. Semuanya itu adalah pelanggaran berat terhadap titah 5 dan di masa PL hal itu bisa dihukum mati. Marilah koreksi diri, sikap, perkataan dan tindakan terhadap orang tua. Walaupun mereka kurang baik, jahat bahkan kejam, tetapi kita harus berjuang untuk tetap sopan tanpa memandang kondisi mereka.
Dalam bahasa Yunani, membuat/menganggap berat berarti menghargai, memberi harga. Seorang anak harus menganggap orang tuanya berharga, benilai, berbobot dan hal ini meliputi keberadaan, pandangan, nasehat dan kebiasaan. Dalam penerapannya kita menghargai setiap perbedaan kebiasaan dan pandangan, serta jangan menganggap remeh pendapat orang tua yang berbeda dengan kita. Menganggap berharga juga berarti memelihara orang tua, sebab mereka adalah media yang Tuhan pakai dan atur untuk menghadirkan, mengasuh dan membesarkan kita di dunia. Sehingga saat orang tua tidak dapat melakukan apa-apa lagi, maka kita harus memelihara mereka. Jangan menghindari tanggung jawab untuk memelihara orang tua dengan dalih kepentingan kita. Perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia tentang hal merawat orangtua, haruslah disepakati sebelum menikah melalui konseling pernikahan.
Menghormati berarti taat (Efesus 6:1-2). Ketaatan satu langkah lebih maju dari menghargai, yakni taat pada apa yang kita hargai. Dengan kata lain kita harus mau melakukan apa yang diminta atau diperintahkan. Ada beberapa batasan dalam aspek ketaatan, yaitu:
a.       Firman Tuhan (Kis. 5:29). Kita tidak harus melakukan perintah orang tua yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Namun hal ini bukan menjadi batasan dalam sikap sopan dan menghargai. Walaupun tidak melakukan perintah tetapi harus menjaga sikap sopan dan menghargai mereka. Contohnya orang tua yang belum percaya Yesus dan memberikan perintah yang tidak sesuai Firman Tuhan harus tetap dihormati, dihargai dan dipelihara.
b.      Orang tua harus mengajar anak-anak untuk menghormati mereka dengan contoh yang benar. Jadilah orang tua yang mudah dihormati dan dihargai oleh anak-anak. Miliki kualitas yang tinggi dan baik sehingga anak-anak bisa hormat dan taat pada orang tua. Berilah contoh yang baik untuk setiap perintah yang diberikan dan kondisikan diri agar mudah dihormati oleh anak-anak.
c.       Orang tua harus memperhatikan kondisi dan tahap perkembangan anak. Ketaatan anak kepada perintah orangtua menyesuaikan dengan pertumbuhan mereka. Bayi dan balita harus memiliki ketaatan mutlak pada perintah orangtua. Namun ketika beranjak remaja dan dewasa maka ketaatan penuh akan berkurang, kemudian diganti dengan kemampuan mengambil keputusan sendiri. Jadi jangan sampai anak-anak mengalami ketergantungan pada orang tua.
II. Janji Tuhan: ‘supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu’. Dibalik perintah yang sulit untuk dilakukan, ada janji Tuhan yang indah. Hormat pada orang tua akan memperoleh umur panjang yang bahagia. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat.  Anak anak yang bisa menghormati orang tua, akan memiliki hubungan baik dengan sesama, termasuk menghormati atasan dan pimpinan dalam masyarakat. Hubungan baik dengan sesama akan membawa kedamaian dengan orang-orang disekeliling, tidak memiliki musuh sehingga dapat menikmati umur panjang dengan bahagia.
Dasa titah ke-6 memuat larangan yang sangat pendek yaitu “jangan membunuh” tetapi mempunyai cakupan yang luas. Larangan membunuh ini bukan artinya tidak boleh membunuh semua makhluk hidup tetapi hanya berlaku untuk manusia. Walaupun begitu harus diingat bahwa Tuhan memerintahkan manusia untuk mengusahakan dan memelihara dunia ini artinya kita perlu juga menjaga dan memelihara hewan dan tumbuhan di dalamnya (tidak sembarangan membunuh) (Kejadian 2:15). Larangan ini juga tidak berlaku bagi petugas yang ditunjuk oleh Tuhan untuk menegakkan keadilan dengan menghukum orang-orang yang melanggar perintah Tuhan (Roma 13:4; Keluaran 21:12-17; Ulangan 20:10-18).
Larangan tidak boleh membunuh artinya kita tidak boleh membunuh sesama manusia tetapi juga diri sendiri. Cara membunuh diri sendiri dapat dibagi 2, yaitu:
1.    Secara langsung. Alasan membunuh diri bermacam-macam seperti kekecewaan, kesedihan atau sakit hati akibat hilang pekerjaan, keadaan ekonomi yang sulit, patah hati, ataupun sakit yang tidak sembuh-sembuh. Orang Kristen pun tidak kebal terhadap berbagai masalah seperti itu tetapi janganlah itu menjadi alasan untuk membunuh diri. Bahkan alasan bunuh diri apapun tidaklah diperbolehkan menurut dasa titah ke-6 ini. Kita perlu belajar dari Ayub mengenai ini. Ayub sangat diberkati Tuhan dengan banyak harta kekayaan dan anak tetapi kehilangan segalanya dalam satu hari saja. Bahkan istrinya tidak memihak kepadanya lagi dengan menyuruh dia mengutuki Tuhan dan mati. Teman-temannya yang datang untuk menghibur dia akhirnya malah menuduh dia telah berbuat dosa sehingga mengalami semuanya itu. Walaupun mengalami kesedihan yang begitu mendalam dia tidak menyerah dan bunuh diri.
2.    Secara perlahan-lahan. Ketika kita merusak tubuh kita dengan olahraga yang berlebihan atau membahayakan (memanjat gunung berapi saat mau meletus, dsb), bekerja atau belajar berlebihan sehingga sakit, ataupun makan makanan yang tidak sehat secara berlebihan, itu semua adalah tindakan membunuh diri secara perlahan dan merupakan bentuk pelanggaran titah ke-6 juga.
Mengenai membunuh sesama manusia juga dapat dibagi dua yaitu:
1.    Secara langsung, yang jelas adalah pelanggaran titah ke-6.
2.    Secara perlahan-lahan. Ketika kita menyakiti hati orang lain dengan perkataan atau perbuatan kita sehingga dia akhirnya sakit hati dan bunuh diri, artinya kita telah membunuhnya secara perlahan-lahan. Ini juga adalah bentuk pelanggaran titah ke-6.
Satu hal penting yang juga berkaitan dengan titah ke-6 ini adalah hal aborsi. Manusia berusaha menentukan sejak kapan janin di dalam kandungan disebut makhluk hidup dari segi ilmu kedokteran dan hukum. Tetapi firman Tuhan jelas berkata bahwa janin itu adalah karya Tuhan dan sangat dihargai oleh Tuhan (Hakim-hakim 13:7; Mazmur 139:13; Yesaya 44:2,24; Yesaya 49:1,5; Yeremia 1:5; Galatia 1:15). Memang ada keadaan khusus seperti keadaan yang membahayakan jiwa ibu bila tidak dilakukan aborsi tetapi ini sangat jarang sekali. Jelas bahwa tindakan aborsi adalah pelanggaran titah ke-6, tindakan yang harus kita hindari.
Mari kita taat dan setia akan dasa titah yang ada dalam firman Tuhan, belajar untuk menyerahkan setiap masalah kepada Tuhan serta mencontoh kepada para tokoh Alkitab yang sudah memenangkan ujian.
3. “Terhindar kedagingan” (Keluaran 20:14)
    - Tidak dikuasai hawa nafsu
    - Tidak memikirkan perjinahan

Berzinah dalam arti harafiah berarti berhubungan seksual dengan wanita yang sudah menikah. Kata cabul dalam alkitab dipakai dengan arti berhubungan seksual dengan wanita yang belum menikah. Tapi kata zinah ini dalam alkitab dipakai dengan arti yang lebih luas, yaitu berhubungan seks dengan pria yang bukan suami atau wanita yang bukan istri. Bahkan zinah juga dipakai untuk menggambarkan waktu bangsa Israel menyembah selain Allah. Hukuman dari pelanggaran ini adalah hukuman mati terhadap baik pria maupun wanita yang melakukan hubungan seks dengan istri atau suami orang lain. Saat ini banyak istilah yang digunakan untuk ‘menghaluskan’ perzinahan, tetapi semua adalah usaha iblis supaya dosa kelihatan bukan dosa malah indah, sehingga kita tertarik. Ini juga taktik yang dipakai iblis terhadap Hawa. Mari kita sadari bahwa langgaran berzinah adalah dosa dan hukumannya adalah hukuman mati.
Titah ketujuh selain sebagai larangan, sekaligus juga adalah perintah. Yaitu kalau kita mau berhubungan seks, harus dengan suami atau istri kita sendiri. Dalam keluarga mungkin kita sering merasakan pria atau wanita lain kelihatan lebih baik seperti pepatah “rumput tetangga terlihat lebih hijau”. Tetapi kalau kita tanya ke tetangga kita kemungkinan besar tetangga kita akan berpikir hal yang sama bahwa rumput kitalah yang kelihatan lebih hijau. Dan seandainya benar-benar terbukti bahwa rumput tetangga kita itu lebih hijau, walaupun tidak kita lihat tentunya itu karena tetangga kita lebih berusaha merawat sehingga rumput mereka lebih baik. Pelajaran yang bisa diambil bagi para suami yaitu perlu lebih menghargai, mengasihi dan memelihara istrinya, dan bagi para istri yaitu suami akan kelihatan lebih bijaksana dan perhatian bila istri-istri banyak memuji dan mau berkorban untuk suami. Hal yang penting adalah jangan menuntut dulu, tapi berusahalah terlebih dahulu.
Untuk yang belum menikah, titah ketujuh ini adalah larangan total untuk berhubungan seks dengan siapa saja. Yusuf adalah teladan yang baik. Dia yang dijual oleh saudara-saudaranya sendiri sebagai budak tetapi kemudian berhasil di rumah Potifar, tidak menerima ajakan istri Potifar untuk tidur bersama. Secara manusia, dengan dia menerima tawaran ini dapat mengokohkan posisinya di rumah Potifar tetapi kita dapat lihat integritas iman Yusuf yang menolak hal ini. Ketika kita menghadapi masalah, kita harus menghadapi dan tidak boleh lari, tetapi ketika kita menghadapi tawaran untuk berzinah, kita harus lari seperti Yusuf yang lari ketika dipaksa istri Potifar. Orang yang merasa kuat dalam hal seks justru adalah orang-orang yang jatuh dan malah terperangkap dalam kecanduan akan dosa seks ini.
Matius 5:27-28: Orang Israel hanya memahami titah ketujuh sebagai perbuatan fisik saja tetapi Yesus menuntut titah ketujuh ini diterapkan sampai dengan keinginan, pemikiran dan hati kita. Beberapa cara menjaga diri dari dosa seks supaya kita tetap kudus dalam hal seks ini yaitu
1.         Ayub 31:1,9: bagian ini menuliskan standar yang ditetapkan Ayub yaitu dia membuat perjanjian dengan matanya supaya tidak melihat wanita lain yang bukan istrinya sehingga dia tertarik untuk melakukan hubungan seks dengan orang tersebut. Komitmen ini memang terutama bagi pria, tetapi perlu juga kerjasama dari wanita agar tidak mengenakan pakaian yang bisa menggoda kaum pria.
2.         Kita perlu menghindari situasi berdua di tempat tertutup. Waktu istri Potifar menuduh Yusuf berusaha menodainya, tidak ada yang membela Yusuf. Dan istri Potifar berani memaksa Yusuf sampai memegang bajunya karena tidak ada orang lain yang melihat (Kejadian 39:11), sehingga tidak ada saksi yang bisa membela Yusuf.
3.         Menyadari bahayanya pornografi. Perkembangan teknologi (internet, dll) membuat pornografi makin berkembang dan banyak orang terjerumus. Pornografi mengajarkan banyak hal yang salah mengenai seks (merendahkan wanita menjadi hanya objek untuk memenuhi kepuasan pria; mengajarkan seks sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan Tuhan).
Seks sebenarnya ciptaan Allah yang sangat baik dan mulia karena dalam Kejadian 2 setelah Allah memberkati manusia, Allah memberi perintah untuk bertambah banyak. Dan Allah sudah menentukan setelah laki-laki dan perempuan meninggalkan orang tuanya dan bersatu dalam pernikahan barulah seks diizinkan. Marilah kita menjaga diri baik-baik agar bisa menikmati ciptaan Tuhan ini sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah.

4. “Hidup dalam kelimpahan” (Keluaran 20:15)
    - Tidak mencuri dan bersumpa palsu
    - Terhindar dari kutukan
Mencuri adalah segala perbuatan mengambil sesuatu yang bukan hak kita, bukan milik kita yang sah. Titah yang ke-8 ini memiliki cakupan yang sangat luas, salah satunya yaitu pencurian harta benda.
Ada beberapa point penting yang terkandung dalam dasa titah ke-8 ini yaitu:
1) Jangan mencuri. Dalam dasa titah ke-8 ini, Tuhan melarang kita untuk melakukan perbuatan mencuri. 2) Konsep penatalayan Allah (Mazmur 89:12, Roma 11:36, Matius 25:14-30). Konsep dasarnya yaitu “Segala sesuatu adalah milik Tuhan”, dan Allah mempercayakan beberapa bagian kepada kita (Matius 25:14-30). Maksud Tuhan menitipkan beberapa bagian kepada kita adalah supaya kita memelihara dan mengembangkan apa yang dititipkan oleh Tuhan tersebut. Kita diajar supaya kita jangan iri terhadap apa yang diberikan Allah terhadap orang lain. Kita diajarkan untuk mengetahui apa yang Tuhan titipkan dan memelihara serta membangunnya untuk kemuliaan Tuhan. Tuhan memberikan kebebasan kepada kita untuk mengelola semua titipan tersebut tetapi ada tanggung jawab yang harus kita berikan kepada Tuhan. Dengan memiliki konsep dasar ini, maka kita akan terhindar dari kemungkinan untuk melakukan dosa mencuri.
Wujud kita melakukan dasa titah ke-8 dalam Efesus 4:28 yaitu :
1.     Harus mau menjadi orang yang bekerja keras dalam melakukan hal yang baik
2.     Mengubah konsep dasar hidup (lihat konsep penatalanan Allah), bagaimana kita bisa memberi sesuatu kepada orang yang berkekurangan dan tidak mencari keuntungan sendiri.
Ada beberapa kategori pencurian, yaitu : 1) Pinjaman/piutang. Apa yang dipinjam tidak dikembalikan. 2) Waktu. tidak menggunakan waktu dengan baik. Contoh dalam hal bekerja, bekerjalah sesuai dengan standard waktu yang telah ditetapkan. Begitu juga dalam hal beribadah, saat beribadah pergunakanlah seluruh waktu ibadah untuk Tuhan, dst. 3) Hak. Ada hak dan ada kewajiban dimana jika kita tidak melakukan kewajiban kita, maka ada orang lain yang tidak mendapatkan haknya. Dengan kata lain, tidak melakukan kewajiban = mencuri hak orang lain. 4) Selain itu ada juga berbagai bentuk pencurian, seperti dalam persembahan (persembahan khusus dan perpuluhan). Dalam hal ini gereja memiliki 2 pandangan berbeda mengenai kewajiban melakukan persembahan ini, wajib dan tidak wajib. Pandangan pertama (wajib) memiliki nilai positif dari pandangan ini yaitu membentuk disiplin dalam diri kita. Pada pandangan kedua (tidak wajib) pun ada beberapa nilai positifnya, yaitu adanya konsep persembahan harus disertai dengan rasa syukur.
Dengan kata lain jangan memberi persembahan dengan terpaksa. Konsep segala sesuatu adalah 100% milik Allah, dimana segala sesuatu pun harus 100% untuk kemuliaan Allah. Perpuluhan tidak wajib 10% tetapi seharusnya bisa lebih dari 10%. Begitu juga dengan waktu, bukan hanya di gereja saja memuji dan memuliakan nama Tuhan, tetapi setiap hari kita harus memuji, memuliakan dan menyembah Tuhan. Seperti dalam Maleakhi 3:10-11, Tuhan memberikan kunci kebahagiaan untuk sisi ekonomi kita, jika kita melakukan kewajiban kita dengan membawa seluruh persembahan perpuluhan untuk Tuhan.
Jangan mengucapkan saksi dusta adalah perintah ke-9.  Kata ‘saksi’ berkaitan erat dengan pengadilan, yakni untuk memproses yang salah dan yang benar. Saksi adalah seseorang yang memberikan keterangan yang benar (Ulangan 19:15; 18-19). Kesaksian menjadi penentu keputusan yang akan diambil pengadilan. Karena kesaksian menjadi penentu kehidupan seseorang, maka orang yang memberikan kesaksian dusta harus dihapus dari antara umat Allah. Dan jika kita menjadi saksi dalam pengadilan maka, jadilah saksi yang benar.
Arti luas dari ‘jangan mengucapkan saksi dusta’ adalah:
1.    Perlindungan terhadap keadilan di pengadilan. Kondisi dunia sekarang lebih banyak memutar-balikkan keadilan. Pengadilan di Indonesia telah menjadi tempat yang paling tidak adil. Keadilan menjadi mainan dan dapat diperjualbelikan. Dan para pelakunya adalah para hakim dan jaksa yang juga merupakan orang-orang percaya. Komitment untuk mentaati titah ke-9 ini seharusnya dimiliki oleh semua orang Kristen.
2.    Dalam kehidupan sehari hari, tidak berdusta atau berbohong. Orang percaya harus menghapus keinginan berkata dusta dalam hati dan pikiran (Efesus 4:25). Kita harus berkata-kata yang benar, yang dapat dipegang. Dunia harus mengenal orang Kristen dalam keseharian sebagai orang yang tidak mau berdusta, yang berjuang untuk tidak berkata bohong.
3.    Ucapan dan tindakan yang tidak merusak nama baik. Tindakan bergosip dan fitnah adalah tindakan yang merugikan nama baik orang lain. Tindakan memanipulasi data dan tidak memberitahukan informasi yang benar juga merusak nama baik. Seperti yang terjadi saat perusahaan mobil Toyota harus merecall semua produksi mobil untuk diperbaiki pedal remnya. Fakta bahwa 23% kasus terjadi karena pengendara tidak menginjak pedal rem telah di manipulasi oleh petugas badan keamanan lalulintas US. Hal ini menyebabkan perusahaan Toyota mengalami kerugian yang besar secara materiil maupun nama baik. Oleh karena itu, jika kita dihadapkan pada dilema harus membuka informasi yang benar, tetapi akan merugikan orang lain yang tidak bersalah, maka sebaiknya kita meminta hikmat dari Tuhan terlebih dahulu.
Setiap kita memiliki keinginan, dan hal memiliki keinginan itu sendiri tidak salah karena Tuhan mencipta kita sebagai makhluk yang punya keinginan. Tapi bila keinginan itu tidak terkontrol akibatnya kita sudah dikuasai olehnya dan akhirnya keinginan itu membawa kita jatuh ke dalam pencobaan dan berdosa (Yakobus 1:14).
Keinginan yang dapat membawa kita jatuh ke dalam dosa yaitu keinginan terhadap milik orang lain (harta benda, talenta, dsb). Kalau kita terpikat keinginan ini akan membuat kita melakukan banyak dosa seperti Raja Daud yang mengingini Batsyeba, isteri Uria, lalu jatuh dalam dosa perzinahan, kemudian dia berusaha menipu Uria dan akhirnya jatuh dalam dosa pembunuhan Uria (2 Samuel 11:1-27). Raja Ahab yang mengingini kebun anggur milik Nabot sehingga membiarkan Izebel, isterinya mengatur fitnah tentang Nabot sehingga Nabot mati dilempari batu (2 Raja-Raja 21:1-16).
Titah kesepuluh adalah pengaman bagi kita, tetapi bila kita langgar maka tanpa disadari kita sudah melanggar titah-titah yang lainnya. Titah-titah Tuhan ibaratnya jaket pelampung yang adalah alat penyelamat di kapal. Bila di tengah laut, gerakan kita akan terbatas dengan jaket ini dan kurang nyaman, tapi kita aman. Tanpa jaket pelampung, sebelum sampai daratan maka kita akan habis tenaga berenang dan akhirnya mati tenggelam.
Mengingini milik orang lain timbul karena ketidakpuasan di dalam hati. Ketidakpuasan ini tidak dapat dipenuhi dengan harta yang berlimpah (Lukas 12:15b). Tuhan menciptakan kita menurut gambar dan rupa Allah sehingga ada sifat kekekalan yang ditaruh di dalam diri kita (Pengkhotbah 3:11) sehingga kita merindukan sesuatu yang bernilai atau bersifat kekal.
Cara menjaga diri agar tidak melanggar titah kesepuluh ini:
1.    Menemukan kepuasan sejati. Yohanes 5:11-13: Manusia bisa mendapat kekekalan dan kepuasan sejati hanya di dalam Tuhan Yesus yaitu dengan percaya kepada nama Yesus Kristus.
2.    Menggunakan dan mengembangkan apa yang kita miliki. Matius 25:24-30: Kita perlu belajar dari hamba yang baik yang menggunakan dan mengembangkan talenta yang diberikan oleh tuannya. Di mata Tuhan, bukanlah siapa yang memiliki talenta lebih banyak atau lebih baik, tapi siapa yang sudah menggunakan dan mengembangkannyalah yang dinilai.
3.    Mencukupkan diri dengan apa yang ada (Ibrani 13:5). “Besar pasak daripada tiang” yang artinya “lebih besar pengeluaran daripada penghasilan” bukanlah yang Tuhan inginkan. Tapi banyak orang Kristen mengalami kondisi ini. Bahkan waktu pemasukan bertambah, ternyata pengeluaran juga lebih bertambah lagi. Karena itu kita perlu menerapkan prinsip di Ibrani 13:5 yaitu tidak menjadi hamba uang, cukupkan diri dengan apa yang ada. Orang yang percaya Tuhan ada dan menyertai serta tidak membiarkan dan meninggalkan dia, tidak perlu menjadi hamba uang. Justru sebaliknya menjadi tuan uang yaitu dapat mengatur uang dengan baik, sehingga uang yang banyak juga cukup, uang sedikit juga cukup. Cara ampuh untuk dapat mencukupkan diri yaitu dengan memberikan persembahan secara rutin.
Dengan membiasakan diri memberi persembahan secara teratur maka kita akan benar-benar sadar uang yang kita miliki dan dapat mengaturnya dengan baik tentang apa yang perlu dan apa yang tidak. Ini juga merupakan salah satu wujud janji Tuhan dalam Maleakhi 3:11 dimana Tuhan akan menghardik belalang pelahap, artinya Tuhan menjauhkan kita dari pengeluaran/keinginan yang tidak perlu.



Kesimpulan:
Maksud Allah Memberikan Sepuluh Hukum Allah. Hukum-hukum yang Allah berikan menciptakan harmonisasi antara Allah dengan umat maupun antar umat itu sendiri.
Ketahuilah bahwa dalam Perjanjian Lama manusia berusaha genapi Hukum Taurat dengan kekuatan sendiri. Sedangkan dalam Perjanjian Baru Tuhan memberikan Roh Kudus untuk memampukan kita melakukannya. Untuk itu, jadikanlah keempat perintah dan himbauan tersebut di atas sebagai acuan kebenaran untuk dilakukan, bukan sekedar tahu.
Sepuluh Hukum adalah hukum moral yang selalu dan tetap dan berlaku bagi hidup kita. Pada waktu kita berdiri di hadapanNya, Ia yang sudah berjanji mengasihi kita sepenuhnya, seperti induk rajawali kepada anak-anaknya, di tengah kemuliaan dan kedahsyatanNya sebagai Allah yang agung dan mulia itu, kita membawa hati dan hidup kita di hadapan gunungNya yang kudus. Ia bukan memberikan hukum yang memberatkan kita, tetapi justru menjadi kelepasan dan kebebasan kita bisa bersyukur menyatakan iman dan identitas kita sebagai umatNya. Hanya Dia semata-mata Tuhan yang kita sembah, karena kita adalah perkumpulan orang-orang yang sudah Tuhan tebus, yang sekarang ini boleh berdiri di hadapanNya dan menjadikan Tuhan satu-satunya yang kita percaya dan sembah dan tidak ada allah lain bagi kita di hadapanNya. Tuhan Yesus Memberkati!. Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pola Hidup Jemaat Filadelfia

Pola Hidup Jemaat Filadelfia Wahyu 3:7-13                                                                PENDAHULUAN Melalui pembacaan firman Tuhan yang terambil dari kitab Wahyu 3:7-29 ini saya ingin mengajak kita semua untuk melihat bagaimana luar biasanya jemaat Tuhan di kota ini. Mereka yang tidak memiliki kekuatan besar tetapi mampu tetap mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus. Kota Filadelfia adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh gunung berapi sehingga di kota ini seringkali terjadi gempa bumi yang hebat dan sering disebut juga tanah berapi. Karena kota ini dikelilingi oleh banyak gunung berapi, maka kota ini memiliki tanah yang subur. Kota...

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI 1 Petrus 5:1-6 Melayani menjadi satu respons yang indah ketika seseorang mengalami hidup yang diberkati Tuhan. Bukan saja mereka yang duduk di dalam jabatan, bukan saja mereka yang berada di dalam satu pelayanan di dalam gereja, setiap anak Tuhan sepatutnya dan seharusnya memiliki prinsip hidup kita adalah hidup yang melayani Tuhan. Surat 1 Petrus , khususnya pasal ke 5 adalah satu bagian dimana Petrus yang sudah tua sedang berbicara kepada hamba-hamba Tuhan yang masih muda, dan juga kepada badan-badan pengurus gereja dimana mereka melayani. Tetapi saya juga yakin dan percaya firman Tuhan ini relevan diberikan untuk setiap kita, memberi direksi bagaimana sikap kita, hidup kita melayani Kristus yang sudah datang terlebih dahulu sebagai Gembala kita yang agung yang melayani kita semua. Ada 3 Bagian tentang Hamba-hamba Tuhan yang Masih Muda Ada 3 bagian di sini, bagian pertama, ayat 1 berbicara mengenai dasar kenapa hidup kita melayani...

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN Dalam sepanjang hidup ini, setiap dari kita tentunya sudah pernah merasakan  kebaikan Tuhan. Kita ada sampai dengan saat ini dalam keadaan yang baik tanpa kekurangan suatu apapun, juga merupakan salah satu anugrah serta kebaikan Tuhan yang patut kita syukuri. Bahkan sedikit atau banyak kita semua pasti pernah mendapatkan anugrah dari Tuhan, apakah itu berupa kesembuhan, berkat ataupun pertolongan Tuhan yang lain, sebab Yesus yang kita sembah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan dan kemurahan. Kebaikan terbesar yang Tuhan nyatakan yaitu ketika Ia rela mengorbankan diriNya di atas kayu salib bagi keselamatan umat manusia, dan tidak ada yang dapat menandingi kebaikan Tuhan. Oleh sebab itu, setiap hari kita perlu bersyukur atas kebaikan yang Tuhan nyatakan. Jangan pernah mengeluhkan kondisi yang kita alami, sebab ketika kita dapat bersyukur kita akan dapat melihat kebaikan Tuhan yang lebih besar lagi. Mazmur 34:9 mengatakan kecaplah ...