Hidup
dalam Kemurahan Hati
Lukas
10:25-37
Kasih bukan hanya kata tetapi praksis hidup.
Kehadiran kita ditangah-tengah kehidupan ini adalah menjadi garam, terang dan
berkat bagi semua orang. Lakukanlah firman itu di dalam kehidupanmu, dengan
selalu mengandalkan kemurahan hati Allah. Banyak orang mengerti arti kasih,
tetapi tidak banyak orang yang mau melakukannya, masalah melakukan atau tidak
melakukan bukan terletak pada ketidaktahuan tetapi ketidakmauan. Kita sering
mendengar tentang kasih, tetapi hanya dalam batasan pembahasan tidak sampai
menerapkannya dalam kehidupan bersama. Kita satu dalam persekutuan namun hal
itu tidak otomatis kita sudah saling mengasihi, kita sudah satu dalam Tuhan,
tapi dalam prakteknya tidak bersatu di dalam perbuatan kasih. Kita seharusnya
melakukan kasih itu, melalui satu perumpamaan tentang orang Samaria yang murah
hati.
Apakah kemurahan itu sebenarnya? Didalam
Alkitab secara hurufiah dapat diartikan sebagai kebaikan. Mungkinkah kemurahan
itu sama dengan kebaikan? Kemurahan hati mencakup kebaikan, tetapi lebih dari
sekadar kebaikan. Sikap murah hati seharusnya menjadi konsekuensi logis dari
sikap menerima Kristus dan menikmati anugerah Tuhan. Jika kita tidak bersikap
murah hati berarti kita belum menerima kemurahan Kristus, dan karenanya juga
tidak layak untuk berharap akan mendapat kemurahan pada hari penghakiman kelak.
“Murah hati” adalah bagian dari kasih, “kasih
itu murah hati” (1 Kor 13:4) dan merrupakan buah Ro, “buah Roh ialah
kasih...Kemurahan...” (Gal 5:22).
1.
Mau memperdulikan sesama.
“Lalu datang seorang Samaria...
dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan”(ay
33). Di dalam perikop ini Tuhan menyatakan orang yang “setengah mati”(ay 30)
itu bukan hanya orang Samaria tetapi ada “seorang Imam” (ay 31) dan “seorang
Lewi” (ay 32). Mereka melihat tetapi tidak peduli dan hatinya tidak tergerak
oleh belas kasihan.
Orang yang peduli adalah orang
yang memiliki hati mudah tergerak oleh belas kasihan dari sebab itu untuk
meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama, tingkatkan hati untuk tergerak
oleh belas kasihan.
Kita harus mau mendengarkan,
bergumul dan mengamati orang-orang yang dalam kesulitan/penderitaan atau
masalah hingga kita ikut serta merasakan.
2.
Mau melakukan perbuatan baik.
“Ia pergi kepadanya lalu
membalut... sesudah menyiraminya dengan minyak...menaikkan orang itu ke atas
keledai tunggangannya sendiri dan membawanya ke tempat penginapan dan
merawatnya”(ay 34).
Orang Samaria melakukan tindakan
dengan tujuan mengurangi penderitaan dan memberikkan kelegaan, bukan menambah
masalah!.
Gereja bahkan kehidupan tiap
pribadi harus menjadi penyalur berkat Tuhan yaitu memberikkan kelegaan dengan
mengurangi penderitaan dalam perbuatan baik. Rasul Paulus mengingatkan
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik...selama masih ada kesempatan bagi kita,
marilah kita berbuat baik...selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita
berbuat baik kepada semua orang tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”
(Gal6:9-10).
3.
Mau memberi dengan ketulusan
“Keesokan harinya ia menyerahkan
dua dinar kepada pemilik penginapa itu, katanya Rawatlah dia dan jika kau
belanjakan lebih dari itu aku akan menggantikkannya waktu aku kembali” (ay 35).
Kemurahan hatinya dinyatakan dengan tindakan memberi dan berani berkorban. Orang
yang murah hati memikirkan dan melakukan sesuatu yang lebih daripada yang
diminta, diminta berjalan satu mil ia rela untuk pergi 2 mil.
Perhatikkan pula akan tanggung
jawab orang Samaria, mau menggantikkan semua pengeluaran! Orang yang murah hati
tidak hanya sekedar memberi tetapi mau bertanggung jawab atas kehidupan hingga
tuntas.
Ingatlah.. hari ini banyak
saudara kita yang sedang menanti perhatianmu , perbuatan kasihmu!. Uluran
tanganmu dan tetesan air pelepas rasa haus darimu.
Pertama, sadarilah kita dapat
membantu sebagian orang, khususnya mereka yang Tuhan taruh sebagai beban dalam
hati kita.
Kedua, kita harus membuka hati
untuk menolong mereka yang berada di depan mata kita, khusunya keluarga, teman
dan tetangga, sejauh kita bisa menolong.
Ketiga, kita harus mengembangkan
kepedulian orang-orang yang memerlukan bantuan dan pertolongan.
Barangsiapa beroleh kasih, ia kan
membagikan banyak. Barangsiapa beroleh banyak kemurahan, ia kan menunjukkan
banyak kemurahan. Orang yang murah hati akan diberkati, karena mereka akan
beroleh kemurahan dari Tuhan sendiri. Karena Allah telah lebih dulu bermurah
hati dengan melimpahkan kasih-Nya kepada kita, kita wajib membagikan kasih
Allah itu kepada semua orang, bahkan kepada orang-orang yang telah berbuat
jahat terhadap diri kita. Tuhan Yesus memberkati!. Amin
Komentar
Posting Komentar