Langsung ke konten utama

Tuhan ada di Tengah Pergumulan



Tuhan ada di Tengah Pergumulan
Ayub 7:1-10

           Kehidupan manusia dibumi ini dipenuhi oleh banyak pergumulan. Pergumulan itu bagaikan sahabat yang selalu menemani disepanjang hidup kita. Pergumulan itupun bersifat misteri; kita tidak tahu kapan ia akan menghampiri kita, dan menggoncangkan kehidupan kita.
Ada pergumulan yang berat, ada pergumulan yang ringan, ada juga pergumulan yang sedang-sedang saja. Gagal atau tidaknya kita menghadapinya seakan-akan tergantung dari sebarapa besar kekuatan yang dimiliki masing-masing orang.
Tetapi walaupun demikian..... yang pasti, tidak ada manusia yang terlalu kuat untuk yang tidak pernah menangis dalam menghadapi pergumulan hidup. Sebab kekuatan manusia ada batasnya.
1.    Kekuatan Ayub ada batasnya.
      Pasal 7 menunjukkan akan hal ini. Pasal ini menyatakan akan betapa rapuhnya dan tidak berdaya Ayub. Jika dipasal 1 kita masih terkagum-kagum dimana Ayub begitu tegar menghadapi penderitaannya; Pasal 7 ini menunjukkan akan kerapuhannya dan keterbatasannya dalam mengatasi masalah hidup. Dan saya kira apa yang Ayub rasakan mewakili apa yang semua manusia rasakan, termasuk setiap kita disini, pada saat kita mendapatkan pergumulan yang berat.
       Di ayat 1-10 ini Ayub menyatakan isi hatinya yang terdalam. Diawali dengan pernyataan: bukankah manusia harus bergumul di bumi ini, dan hari-harinya seperti orang upahan? Ayub menggambarkan pergumulan itu bagaikan seorang budak. Yang terikat pada tuanya, yang tidak bisa lari kemana-mana, dan tidak berdaya, hanya dengan sabar menerima nasib menjadi orang rendah yang tidak berpengharapan. Demikian pergumulan itu membuat dia seperti budak. Ia tidak berdaya, tidak bisa melawan beban berat itu, dan mau tidak mau harus menuruti kemauan dari pergumulannya.
2.    Ayub mulai merasa hidupnya sia-sia
     Berikutnya di ayat yang ke 3 & 4 Ayub mulai merasa hidupnya sia-sia. Setiap malam ia merasakan gelisah yang berat. Ia tidak bisa tidur karena dihantui pergumulan itu.
Dan pergumulan yang berat itu membuat dadanya sesak. Setiap malam datang mungkin ia berkata kepada dirinya semoga hari esok sudah tidak ada daripada hidup terus menderita. Saya yakin saudara juga pernah mengalami hal ini. Pergumulan yang begitu berat, membuat hati kita sesak tidak bisa tidur, menangis sepanjang malam sampai matahari terbit. Dan rasanya tidak ada kekuatan kita mulai sirnar untuk menghadapi hari esok.
3.    Ayub juga merasakan tiada lagi harapan
     Di ayat 6 dikatakan hariku berlalu lebih cepat daripada torak dan berakhir tanpa harapan. Torak dalam bahasa Alkitab  seperti bekas bahan sewaktu orang menenun, yang dipakai sebentar lalu kemudian dalam sekejap bekas bahan tenunan itu menjadi sampah dan dibuang. Ayub merasakan hidupnya seperti itu. Ia kehilangan pengharapannya.
    Di ayat 7 dikatakan bahwa matanya tidak sedikitpun melihat yang baik. Bukankah itu yang dialami ketika kita tidak lagi memiliki pengharapan. Segala sesuatu yang ada di depan kita tampak tidak jelas. Semuanya buruk. Kita seperti tersesat dalam sebuah gua, dan tidak sedikitpun melihat secercah cahaya semuanya gelap.... tidak ada harapan.
Bukan hanya itu yang dialami Ayub. Selain merasa hidupnya sia-sia, selain kehilangan pengharapan Ayubpun....
4.    Ayub merasa bergumul seorang diri
   Di ayat 8 dikatakan orang yang memandang aku tidak akan melihat aku lagi, sementara Engkau memandang aku, aku tidak ada lagi.
   Ayat 10 melengkapi: Ia tidak lagi kembali kerumahnya, dan
Tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya. Ayub merasa seorang diri. Pergumulan itu begitu hebat sehingga ia merasa tidak ada satu orangpun yang dapat mengerti dirinya.
Aplikasi
    Saudara, saya kira setiap kita pernah merasakan apa yang Ayub rasakan ketika menghadapi pergumulan yang hebat. Perasaan tidak berdaya menghadapi semua masalah yang menekan. Rasanya kekuatan kita hampir sirna menghadapi pergumulan itu. Perasaan hidup yang sia-sia. Mungkin sakit penyakit, masalah ekonomi, atau segala duri dalam daging kita telah menghancurkan semua impian dan cita-cita kita.
Bahkan kita mungkin pernah merasakan apa yang namanya putus asa. Kehilangan harapan.
Semua tampak gelap, seakan tidak ada jalan keluar. Kita merasa berjalan seorang diri, tidak ada satu orangpun yang mengerti perasaan kita. Suami tidak, anak-anak tidak, sahabat-sahabatpun tidak. Saya yakin saudara di tempat ini pernah merasakan apa yang dirasakan Ayub. Bahkan mungkin saja saat ini bapak/ibu datang dengan membawa segala perasaan itu.
   Karena itu mari kita kembali kepada toko Ayub.
Ditengah kesesakannya, ditengah keputusasaannya, ditengah ketidakberdayaan dan keputusasaannya menghadapi pergumulan hidupnya, Ayub memilih untuk berseru dan memohon kepada Tuhan.
Pasal 7 ini dibagi 2 bagian.
·       Bagian pertama ayat 1-10 berisikan apa yang dirasakan Ayub terhadap pergumulannya.
·       Bagian kedua ayat 11-21 berisikan seruan Ayub kepada Tuhan.
Diawali di ayat 11 dimana dengan susah hati Ayub berkata: Oleh sebab itu, aku pun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku.
Hatiku sudah tidak tahan lagi, ia ingin segera menyampaikan keluh kesahnya dihadapan Tuhan. Ayat-ayat selanjutnya ia menyatakan kepada Tuhan akan keluh kesahnya.  Ya.... Ayub menyatakan isi hatinya kepada Tuhan.
·       Walaupun ia tau bahwa mempertanyakan kedaulatan Tuhan itu tidak baik, namun kesesakan hatinya mendorongnya untuk berseru kepada Tuhan secara apa adanya.
·       Ia memilih untuk menjadi seperti seorang anak kecil yang bertanya kepada Bapanya segala sesuatu yang ia tidak mengerti.
·       Ia menyatakan dihadapan Tuhan bahwa ia lebih baik mati daripada hidup demikian.
·       Ia bertanya sebenarnya siapakah manusia, sehingga Tuhan mengagungkanya. Bahkan Ayub bertanya apa salah dan dosaku ya Tuhan? (mengingat pada jaman dulu ada konsep bahwa sakit penyakit itu merupakan kutuk atas kesalahan yang diperbuat manusia). Bahkan dalam pergumulan yang berat itu, ayub berani bertanya kepada Tuhan: Mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku dan tidak menghapus kesalahanku? Mengapa Engkau tidak mencari Aku? (Ayat 21)
Ayub merasa Tuhanpun tidak peduli terhadap dirinya.
Saudara, memang doa yang disampaikan Ayub ini tidak benar.
Tidak benar kalau Tuhan tidak peduli terhadap Ayub.
Tidak benar kalau Ayub bertanya apa doa dan salahku.
Tidak benar kalau dikatakan Tuhan tidak mau mengampuni.
Semua itu isi hati kita dihadapan Tuhan.
Saya yakin Ayub merupakan seorang yang saleh.
Ia tau bahwa Tuhan itu peduli.
Ia tahu bahwa Tuhan itu maha kasih dan maha pengampun. Dan ia tahu bahwa bukan Tuhan yang menebabkan Ia menderita.
Namun, semua kesesakan dan pergumulan yang hebat itulah yang mendorongna mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan.
segala sesuatu yang terlintas dalam pikirannyapun diajukan kepada Tuhan. Seperti seorang anak kecil yang bertanya kepada papana mengapa ini terjadi, mengapa itu terjadi.

     Saudara-saudara....mari pada saat ini kitapun berseru kepada Tuhan untuk segala pergumulan yang kita hadapi. Mungkin diantara kita ada yang sedang merasa tidak berdaya karena permasalahan kehidupan yang berat, mungkih diantara kita mulai berpikir bahwa hidup ini sia-sia, atau bahkan ada yang mulai kehilangan harapan, merasa seorang diri menghadapi persoalan tersebut.
    Mari kita mengambil langkah seperti Ayub. Mari kita berseru kepada Tuhan. Berdoa, curahkan seluruh isi hatimu dihadapanNya. Mazmur 62:9 berkata “berharaplah kepada Allah setiap waktu; curahkanlah isi hatimu kepada-Nya, sebab Dialah tempat kita berlindung.” Tuhan Yesus memberkati! Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pola Hidup Jemaat Filadelfia

Pola Hidup Jemaat Filadelfia Wahyu 3:7-13                                                                PENDAHULUAN Melalui pembacaan firman Tuhan yang terambil dari kitab Wahyu 3:7-29 ini saya ingin mengajak kita semua untuk melihat bagaimana luar biasanya jemaat Tuhan di kota ini. Mereka yang tidak memiliki kekuatan besar tetapi mampu tetap mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus. Kota Filadelfia adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh gunung berapi sehingga di kota ini seringkali terjadi gempa bumi yang hebat dan sering disebut juga tanah berapi. Karena kota ini dikelilingi oleh banyak gunung berapi, maka kota ini memiliki tanah yang subur. Kota...

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI 1 Petrus 5:1-6 Melayani menjadi satu respons yang indah ketika seseorang mengalami hidup yang diberkati Tuhan. Bukan saja mereka yang duduk di dalam jabatan, bukan saja mereka yang berada di dalam satu pelayanan di dalam gereja, setiap anak Tuhan sepatutnya dan seharusnya memiliki prinsip hidup kita adalah hidup yang melayani Tuhan. Surat 1 Petrus , khususnya pasal ke 5 adalah satu bagian dimana Petrus yang sudah tua sedang berbicara kepada hamba-hamba Tuhan yang masih muda, dan juga kepada badan-badan pengurus gereja dimana mereka melayani. Tetapi saya juga yakin dan percaya firman Tuhan ini relevan diberikan untuk setiap kita, memberi direksi bagaimana sikap kita, hidup kita melayani Kristus yang sudah datang terlebih dahulu sebagai Gembala kita yang agung yang melayani kita semua. Ada 3 Bagian tentang Hamba-hamba Tuhan yang Masih Muda Ada 3 bagian di sini, bagian pertama, ayat 1 berbicara mengenai dasar kenapa hidup kita melayani...

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN Dalam sepanjang hidup ini, setiap dari kita tentunya sudah pernah merasakan  kebaikan Tuhan. Kita ada sampai dengan saat ini dalam keadaan yang baik tanpa kekurangan suatu apapun, juga merupakan salah satu anugrah serta kebaikan Tuhan yang patut kita syukuri. Bahkan sedikit atau banyak kita semua pasti pernah mendapatkan anugrah dari Tuhan, apakah itu berupa kesembuhan, berkat ataupun pertolongan Tuhan yang lain, sebab Yesus yang kita sembah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan dan kemurahan. Kebaikan terbesar yang Tuhan nyatakan yaitu ketika Ia rela mengorbankan diriNya di atas kayu salib bagi keselamatan umat manusia, dan tidak ada yang dapat menandingi kebaikan Tuhan. Oleh sebab itu, setiap hari kita perlu bersyukur atas kebaikan yang Tuhan nyatakan. Jangan pernah mengeluhkan kondisi yang kita alami, sebab ketika kita dapat bersyukur kita akan dapat melihat kebaikan Tuhan yang lebih besar lagi. Mazmur 34:9 mengatakan kecaplah ...