Keluarga
Sebagai Pangkalan Injil
Ulangan
6:1-9
Dewasa ini orangpada umumnya
beranggapan bahwa kepala dengan otak menjadi pusat pengatur kegiatan manusia.
Tetapi Alkitab menyatakan bahwa hatilah pusat itu; “dari situlah (hati)
terpancar kehidupan” (Amsal 4:23; bnd 6:45). Secara alkitabiah hati dapat
dilihat sebagai berisi seluruh pikiran, perasaan, dan kehendak seseorang
(Markus 7:20-23).
Kitab Ulangan berisi penyampaian
kembali atau pembaruan hukum dari hukum-hukum yang sudah diberikan Tuhan kepada
Musa di Sinai. Ulangan ini menduduki posisi penting dalam Perjanjian Lama
sebagai akhir dari Taurat. Kitab ini disajikan sebagai perkataan terakhir Musa
kepada generasi Israel yang siap memasuki tanah Kanaan.
Perikop kita saat ini adalah
bagian dari pidato kedua Musa dengan penekanan mengenai kasih kepada Allah
sebagai dasar kehidupan. Dalam tradisi Yahudi ini disebut sebagai Sema
(dengarlah)...! yaitu sebagai pengakuan iman kepada Tuhan, Allah yang Esa.
Pengakuan ini berisikan perintah dan pengajaran yakni:
·
Tujuan perintah ini adalah supaya
kita dan anak cucu kita hidup takut akan Tuhan, taat Firman Tuhan, panjang
umur, dan mengalami keadaan baik
·
Inti pengajaran adalah mengasihi
Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan (ayat 5)
·
Caranya adalah setiap saat, setiap
hari, setiap waktu dimanapun, dan kemanapun (every moment). Artinya perintah
ini harus dilakukan dengan setia (ayat 3), dengan perhatikan (ayat 6), dan
dengan berulang-ulang (ayat 7)
Menarik untuk dicermati bahwa pemberlakuan formula
tersebut diletakkan dalam konteks keluarga, dengan orang tua sebagai “pengajar”
dan anak-anak sebagai “yang diajar”. Ditambah lagi, percakapan dan pengajaran
itu harus dilakukan dalam berbagai macam keadaan. Dari uraian diatas kita
mendapatkan gambaran bahwa sejatinya, sejak jaman Israel, keluarga pemegang
kunci penting mengenai pendidikan Kristen pada anak-anak. Bangsa Israel
menjadikan kasih kepada Allah sebagai objek utama percakapan dalam keluarga.
Bagaimana dengan keluarga kita? Apakah yang menjadi objek percakapan keluarga
kita?
Peranan setiap keluarga dalam kehidupan
berjemaat sangat penting, sebagai “wadah, tempat” untuk belajar menjadi umat
Allah yang tangguh handal dan bertanggung jawab kepada Allah. Setiap keluarga
rumah tangga harus “ditata” agar menjadi tempat mengambil kembali hak kita
untuk menjadi pencerita bagi anak dan keluarga kita. Orang tua harus jadi model
bagi anak, karena dengan itu kita sebagai orang tua menyiapkan generasi kita
memasuki masa depan, Khusus nya anak-anak kita. Setiap keluarga haruslah
menjadi “pangkalan pengkabaran injil” melalui berdoa, membaca Alkitab, setia
dalam ibadah. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Komentar
Posting Komentar