Langsung ke konten utama

Gereja Tanpa Tembok



Gereja Tanpa Tembok
Yakobus 2:1-4

Dalam Yakobus 2:1 Yakobus mengingatkan kita untuk tidak memandang muka, isu yang dilontarkan oleh Yakobus adalah mengenai  jemaat yang suka membedakan antara yang kaya dan orang miskin. Isu ini merupakan yang sangat pelik di dalam seluruh perjalanan sejarah gereja. Gereja akan menuju kepada kehancuran ketika memulai memandang muka. Hal ini tidak hanya berlaku untuk zaman awal kekristenan tetapi juga berlaku sampai saat ini.
Saudara-saudara....., pernah tidak sih terbayang apa yang dikuatirkan oleh Yakobus dalam teks pembacaan Alkitab kita pada hari ini,  itu terjadi benar-benar di sana pada waktu itu?
Saya kebayang.... tentang orang-orang yang dikatakan oleh Yakobus dalam ayat yang ke 3, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: “Silahkan tuan duduk di tempat yang baik ini”, sedangkan kepada orang yang miskin itu kamu berkata: “Berdiri di sana!” atau “Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku”,
Mereka pasti adalah orang –orang yang dengan mudahnya  mengubah raut wajah mereka, mungkin hanya sepersikian detik mereka bisa mengubah tampak muka mereka itu....
·       Dari wajah yang manis..... menjadi asam-pahit
·       Dari yang tampak ramah..... jadi....sangar
Goba saja ditest, di ayat tiga itu kan ada tiga kalimat:
1.    Silahkan tuan duduk di tempat yang baik ini!.
2.    Berdirilah disana!.
3.    Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!.

Coba itu tiga kalimat cocoknya pake raut dan nada suara yang gimana? Cocok tidak kalimat yang nomer 2 dan 3 itu pake wajah manis dan ramah? Cocok? Ah yang bener! tidak cocoklah!.
    Saya tidak tahu apakah jemaat yang diingatkan oleh Yakobus ini sudah se-ekstrim yang kita baca atau belum. Akan tetapi kalau kita baca seperti kayak ayat tiga tadi itu... yang berarti kemungkinan besar memang kejadiannya sudah pernah terjadi.
     Saudara-saudara...., pada Konteks Yakobus 2:1-4, orang miskin datang ke sinagoga (rumah ibadah). Ada orang miskin yang pakaiannya kumal, kotor dan dekil. Mereka dianggap jahat, suka mengambil barang orang lain, meresahkan dan mengganggu. Kehadiran mereka dianggap benalu oleh sebagian orang yang beribadah disana, oleh beberapa orang Kristen. Sementara orang yang kaya, dianggap lebih bermartabat dan layak dihormati. Mereka beroleh perlakuan yang sangat berbeda dengan orang-orang miskin. Sampai saat ini tidak jauh berbeda, dalam pola dunia yang kompetitif ini perhatian orang seringkali tertuju kepada orang-orang “besar”, yaitu mereka yang sukses dan terkenal di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, orang-orang “kecil” dan “lemah” biasanya cenderung tidak dipandang orang.
     Surat Yakobus yang selalu berupaya menghubungkan iman dengan praktek hidup setiap hari, mengajak pembacanya untuk bersikap seperti orang beriman seharusnya. Iman dan kesalehan hidup, tidak nampak dan sesuatu yang lahiriah seperti pakaian dan uang, melainkan dan cara kita memperlakukan orang lain. Yakobus mengingatkan bahwa keselamat itu nampak melalui hidup baru dan cara kita memperlakukan mereka yang selama ini dianggap hina. Jangan memandang muka!.
     Dalam kehidupan bergereja sekarangpun kadang-kadang hal yang seperti itu juga bisa terjadi, berkenaan dengan hal ini. Sebab itu Yakobus menegur jemaat Tuhan. Seringkali kita jumpai gereja memperlakukan orang-orang berada secara istimewah (Yak 2:2-3a). Sebaliknya, orang-orang yang tak punya mereka pandang hina (Yak 2:3b-4). Maka dalam kehidupan berjemaat, penting sekali dibina dan dikembangkan sikap saling peduli. Anggota yang satu tidak boleh berkata kepada yang lain: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Sebab tubuh Kristus itu dapat diibaratkan seperti tubuh manusia, di mana anggota-anggota tubuh yang tampaknya paling lemah yang paling dibutuhkan.
     Saudara-saudara...., maka pertanyaan pentingnya adalah apakah kejadian-kejadian seperti dalam ayat tiga itu masih terus bisa kita temukan sampai dengan hari ini...
Mungkin tidak se-ekstrim seperti yang kita baca dalam ayat tiga. Tetapi justru karena tidak ekstrim seperti ayat tiga itu, bukannya itu jadi lebih menakutkan? Yang ekstrim menakutkan...yang tidak ekstrim jauh lebih menakutkan lagi.
Orang bisa duduk bersama, tetapi sebenarnya mereka terpisah. Temboknya gak kelihatan. Duduk bersama tetapi diem-dieman, senyum pas berhadapan muka, tetapi di belakang cemberut.
Tembok yang paling menakutkan adalah tembok yang seseorang bangun tetapi tidak pernah kasat mata.
Hari ini, mari kita lihat hidup kita... apakah kita sedang membangun sebuah tembok pemisah atau kita sedang mau menghancurkannya?
Kuncinya...Ayat 4 bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?
Susah ya kuncinya... karena kuncinya meruntuhkan keinginan untuk membangun tembok pemisah itu adalah keluar dari hati kita masing-masing. Mendamaikan dirinya sendiri sebelum berdamai dengan orang lain yang ada di sekitarnya.
     Sekali lagi... ayat empat menjadi kuncinya. Kita bukan hakim. Oleh sebab itu berhentilah bersikap bak seorang hakim yang menghakimi. “tapi dia sudah begitu nyakitin!” Stop. Itu urusan dia atau mereka sama Tuhan.
Yakobus 2:4 menyatakan bahwa ketika kita melakukannya dengan penghakiman/penilaian yang salah. Kalau gereja tidak lagi bisa memberikan penilaian secara tepat maka tidak ada lagi pengharapan bagi dunia ini. Tugas kita hanya sampai pada menjaga hati dan pikiran kita tetap damai dan berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri dan semua orang. Cuma itu saja. Selebihnya...kasih ke Tuhan. Dia tahu apa yang harus Dia lakukan untuk kita, untuk Dia....atau untuk mereka.!
   Maka dari itu... siapapun, bagaimanapun keadaanya dan dari manapun orang yang berbeda dengan kita sambutlah mereka seperti Tuhan telah menyambut kita, itulah artinya Kasih. Gereja sejati akan mengajar jemaat untuk beriman kepada Tuhan. Ketika semua berfokus kepada Tuhan maka akan membangun kehidupan bergereja yang beres. Iman akan bertumbuh sehingga persekutuan pun menjadi sehat. Tuhan Yesus memberkat!. Amin


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pola Hidup Jemaat Filadelfia

Pola Hidup Jemaat Filadelfia Wahyu 3:7-13                                                                PENDAHULUAN Melalui pembacaan firman Tuhan yang terambil dari kitab Wahyu 3:7-29 ini saya ingin mengajak kita semua untuk melihat bagaimana luar biasanya jemaat Tuhan di kota ini. Mereka yang tidak memiliki kekuatan besar tetapi mampu tetap mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus. Kota Filadelfia adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh gunung berapi sehingga di kota ini seringkali terjadi gempa bumi yang hebat dan sering disebut juga tanah berapi. Karena kota ini dikelilingi oleh banyak gunung berapi, maka kota ini memiliki tanah yang subur. Kota...

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI 1 Petrus 5:1-6 Melayani menjadi satu respons yang indah ketika seseorang mengalami hidup yang diberkati Tuhan. Bukan saja mereka yang duduk di dalam jabatan, bukan saja mereka yang berada di dalam satu pelayanan di dalam gereja, setiap anak Tuhan sepatutnya dan seharusnya memiliki prinsip hidup kita adalah hidup yang melayani Tuhan. Surat 1 Petrus , khususnya pasal ke 5 adalah satu bagian dimana Petrus yang sudah tua sedang berbicara kepada hamba-hamba Tuhan yang masih muda, dan juga kepada badan-badan pengurus gereja dimana mereka melayani. Tetapi saya juga yakin dan percaya firman Tuhan ini relevan diberikan untuk setiap kita, memberi direksi bagaimana sikap kita, hidup kita melayani Kristus yang sudah datang terlebih dahulu sebagai Gembala kita yang agung yang melayani kita semua. Ada 3 Bagian tentang Hamba-hamba Tuhan yang Masih Muda Ada 3 bagian di sini, bagian pertama, ayat 1 berbicara mengenai dasar kenapa hidup kita melayani...

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN Dalam sepanjang hidup ini, setiap dari kita tentunya sudah pernah merasakan  kebaikan Tuhan. Kita ada sampai dengan saat ini dalam keadaan yang baik tanpa kekurangan suatu apapun, juga merupakan salah satu anugrah serta kebaikan Tuhan yang patut kita syukuri. Bahkan sedikit atau banyak kita semua pasti pernah mendapatkan anugrah dari Tuhan, apakah itu berupa kesembuhan, berkat ataupun pertolongan Tuhan yang lain, sebab Yesus yang kita sembah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan dan kemurahan. Kebaikan terbesar yang Tuhan nyatakan yaitu ketika Ia rela mengorbankan diriNya di atas kayu salib bagi keselamatan umat manusia, dan tidak ada yang dapat menandingi kebaikan Tuhan. Oleh sebab itu, setiap hari kita perlu bersyukur atas kebaikan yang Tuhan nyatakan. Jangan pernah mengeluhkan kondisi yang kita alami, sebab ketika kita dapat bersyukur kita akan dapat melihat kebaikan Tuhan yang lebih besar lagi. Mazmur 34:9 mengatakan kecaplah ...